Bangkok Trivia Fact

by - September 07, 2013

Ini hasil mengumpulkan ingatan dari beberapa kali kunjungan singkat ke Negara Siam.  Kenapa saya sebut "kunjungan singkat" ?  Karena semua perjalanannya dalam rangka kerja dan gak pake acara jalan-jalan kecuali maksain untuk City Tour which is itu ternyata yang dianjurkan juga oleh Tourism Authority of Thailand, hehehe tepat lah kalo begitu. 

City of Temples
Nggak cuma Bali, Bangkok juga bertebaran kuil baik yang terdapat di dalam kota maupun di luar kota Bangkok. Belum lagi patung Budhanya yang segede-gede gaban itu terbuat dari emas.  



Hot hot hot !
Jakarta atau kota-kota lainnya di Indonesia yang dekat pantai rasanya udah panas banget tapi ternyata di sana lebih panas.  Bawaannya pengen kipasan terus atau berteduh.  Makanya ga bisa lihat pohon rindang sedikit. Bawaannya pengen dekeeeet terus.  Bukan mau nari sambil nyanyi lagu Bollywood tapi buat 'ngadem'.  

Untuk menghindari dehidrasi, maka sangat dianjurkan untuk sedia air mineral karena sebentar-sebentar minum terus.


Respect The King
Selain biksu, raja sangat dihormati oleh penduduk negeri Gajah Putih ini. Saking hormat dan respeknya penduduk Thailand, adalah tabu untuk membicarakan sang Raja yang bernama Bhumibol Adulyadej.  Semua mendoakan raja yang bergelar Rama IX untuk tetap sehat dan berumur panjang sehingga tetap memerintah seperti sekarang ini.

Jangankan ngomongin hal yang tidak-tidak tentang keluarga kerajaan, mengkritik salah satu anggota kerajaan terutama Raja yang sudah memerintah dari tahun 1946 itu dikategorikan sebagai tindakan kriminal dan bisa dihukum penjara.  Uh, ngeri !





























Juicy Fruity
Ada ga buah ga pake embel-embel Bangkok ?  Mulai dari pepaya Bangkok, Jambu Bangkok sampe durian juga pake 'Bangkok'.  Jadi, mumpung di sana, cobain deh segala rupa buah-buahan.  Rasanya memang beda kok dengan yang biasa dimakan di sini.  Contoh; di negara tercinta ini rasa nanas ga konsisten, kadang manis kadang asem; di sana kok manis semua. Saya mencoba buah semangka yang warnanya merah menggiurkan, rasanya juga selalu manis seger tumpah ruah sari buahnya.  Semua ternyata tidak terlepas dari upaya Pemerintah Thailand terutama Rajanya yang sangat mendukung dan memperhatikan masalah agribisnis.  

Sedikit cerita yang saya dapatkan dari seorang teman, konon setelah menerima patung gajah yang sekarang dipajang di halaman Musium Nasional Jl. Merdeka Barat, pihak Indonesia menawarkan pada delegasi Thailand sekiranya apa yang bisa mereka bawa kembali ke negerinya.  Terkesan dengan rasa asem jawa yang dicoba oleh para tetamu maka mereka minta dibawakan bibit asem jawa.  Alhasil sekarang, asem jawa kita masih piyik-piyik sedangkan asem jawa yang sudah di"Bangkok"an besarnya bisa segede jempol kaki orang dewasa dan rasanya manis pula !


Thai Food
Banyak makanan asing yang masuk ke Indonesia sudah disesuaikan dengan cita rasa lokal.  Tapi pas coba makanan Thailand di negeri asalnya, surprisingly nggak beda tuh. Malah ada beberapa makanan salah satunya Tom Yam Gung yang rasa aslinya lebih gila pedesnya.  Menurut mereka, yang disajikan di restoran internasional atau di luar negerinya sendiri, kadar pedasnya ngga seperti aslinya !  Dan kata mereka juga nih, kalo mau coba rasa otentik makanan mereka, coba kunjungi restoran-restoran tradisional, jangan beli di food court atau restoran besar.  

Belakangan baru saya tahu kalau Tom Yam Gung itu sejenis sayur asemnya orang Thai.  Jika sayur asemnya Pasundan kaya akan sayuran, maka Tom Yam yang ini berisi lauk.  Gung kurang lebih berarti makanan laut, karenanya isian Tom Yam Gung terdiri dari sea food seperti udang atau cumi-cumi.  Ada pula jenis tom yam lainnya yang berisi potongan daging.




Selain si Tom Yam, ternyata ga sedikit jenis makanan yang mirip atau bahkan sama dengan makanan Indonesia.  Es cincau hijau, ketan siram saus durian, es cendol itu adalah beberapa jenis makanan yang saya lihat identik !

Jadi kalau sudah punya makanan favorit asal negeri gajah putih ini, jangan ragu untuk mencobanya lagi di negara asalnya.  Selain rasanya gak melenceng, harganya pun terjangkau gak bikin jantungan ^_^.


LadyBoy
Selain makanan, Thailand juga terkenal dengan yang satu ini.  Artinya she is a he alias transgender.  Dari pembicaraan dengan supir taksi yang juga jadi pemandu City Tour kami; ternyata menjadi ladyboy bukanlah hal yang dipandang sebelah mata. Mereka percaya bahwa jika ada salah satu anggota keluarganya beralih rupa it was already meant to be.  Menurut kepercayaan yang mereka anut, hal tersebut ada kaitannya dengan reinkarnasi.  Jadi mereka percaya bahwa selain wanita dan laki-laki, ada lagi jenis lain yaitu the 3rd gender. Makanya di sana ada, ga ada yang ledekin "Awas, ada banci !". Kurang lebih gitu deh katanya...

Dengan lingkungan yang kondusif terhadapa para ladyboy ini, maka mereka punya kesempatan untuk bisa exist selayaknya "orang normal" lainnya dalam lingkungan masyarakat. Di sana mereka bisa jadi artis terkenal dan tidak menutupi kondisi dirinya.  Tidak sedikit lho ladyboy yang tampilannya bikin sirik perempuan alias cantik banget !  

Ga heran, ladyboy asal Thailand bisa jadi juara waria kelas dunia, ck ck ck !

Tapi warning buat para pria, jangan terpesona kalo papasan sama cewek cantik di Thailand sana.  Wait until they declare themselves !  


Pathaya or Bali ?
"Definitely Bali !"
Ini yang jawab orang Thailand sendiri lho...
Penasaran saya pernah lontarkan pertanyaan ini pada rekan kantor asal Thailand (penting ga sih ditulis di sini ?  Hehehe).


Smiley Faces
Mirip-mirip orang Indonesia lah, mereka suka senyum khususnya jika betemu orang asing.  Bukan orang Thai, maksudnya.  Mereka akan berusaha untuk berbahasa Inggris.  Tidak sedikit orang yang tidak fasih berbahasa asing (bahasa Inggris maksudnya) but they try very hard to do so.  Walau nggak ngerti yang diomongin, teteubbb senyum plus ngangguk-ngangguk. Sumpah ! Gak usah berpikir tentang grammar karena kemampuan berbahasa asing mereka pun tidak lebih baik dari kita.  Ini berdasarkan hasil komunikasi dengan supir taksi, penjual suvenir dan supir tuk-tuk yang saya temui yahh.


Tuk-tuk or Taxi ?
Hati-hati kalau mau coba naik tuk-tuk, kendaraan khas Bangkok.  Jangan takut untuk nawar karena kadang-kadang harganya lebih mahal dari ongkos taksi untuk jarak tempuh yang sama.  

Sama seperti becak ojek atau bajaj di Jakarta, tuk-tuk ini terlihat mangkal juga di pinggiran hotel.  Bedanya, ukuran tuk-tuk lebih panjang dibanding bajajnya Indonesia.  Jadi kalo penumpangnya berbadan besar, ga sampai adu b*kong seperti di Jakarta, hehehe.


Silk & Jade
Mereka suka banget dua hal ini.  Kalau kita tanya ke supir taksi di mana tempat kita beli oleh-oleh khasnya, seringnya kita akan digiring ke tempat ini. Modus operandinya seperti kalo kita naik andong atau becak di Jogjakarta. Begitu penumpang naik, terus ditanya dengan pertanyaan standar seperti asalnya dari mana, dalam rangka datang ke Bangkok, berapa lama bakal tinggal (kepo banget ga seeehhhh ?!) dan ujung-ujungnya udah beli apa aja untuk oleh-oleh (suvenir) ?  Beli sutera atau perhiasan donk, itu khas negara kami.  Nah, kalo pancingannya kena, dianterin deh kita ke toko yang direkomendasiin sama dia, dengan senyum lebarnya karena udah kebayang komisi yang bakal dia terima.  Ternyata sama aja ya ?

Balik lagi ke sutera dan batu giok, sebagai imbas dari kehidupan kerajaan yang kental dalam sosial kultur mereka maka these two things is reflecting somebody's status in society, in another word symbol of prosperity.

Well, masih tertarik untuk berkunjung ke negeri Siam ?

You May Also Like

2 comments

Hai ^_^
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya di blog ini.
Silakan tinggalkan komentar yang baik.
Mohon maaf, komentar anonim maupun yang sifatnya spam, tidak akan dipublikasikan.
Keep reading and Salam !