Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

by - June 03, 2014

Saya pikir, rafting adalah olahraga paling 'gelo' yang pernah saya coba. Ternyata ada olahraga lain yang menguras nyali plus adrelin.  


Adalah ajakan dari Mas Gendon untuk mencoba paralayang yaitu sejenis olah raga yang menggunakan parasut seperti yang digunakan penerjun payung.  Mas Gendon, begitu kami biasa menyapanya jika bertemu di lingkungan sekolah karena kebetulan anak-anak kami satu sekolah.  



Bermula dari bincang-bincang antar ortu di sekolah hingga suatu saat beliau menawarkan kami, "Kalau mau coba terbang, kasih tahu saya aja, nanti kita terbang tandem" begitu tawarnya.  Ajakan yang sukar ditolak terlebih bagi Suami Ganteng yang [menurut saya sebagai istrinya] termasuk manusia kategori urat nyali-nyaris-putus, maka tawaran demikian is too good untuk dilewatkan.  Ngga sampai di situ, istrinya pun (baca: saya, iya saiyyahh !) dibujuk-bujuknya pulak.  "Ayolah, Mam, kapan lagi nyoba terbang ?  Ntar nyesel lho."  Begitulah kurang lebih bujuk rayunya.  Entah termakan rayuan pulau kelapa Suami Ganteng atau emang saya juga yang pada dasarnya penasaran pengen nyobain hal-hal baru, maka pada suatu akhir pekan kami pun menyambut tawaran 'menggiurkan' tersebut.  


Jadi nih, untuk memenuhi keingintahuan orang awam akan terbang paralayang, maka FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) menyediakan wisata terbang tandem berlokasi di Perkebunan Teh Gunung Mas Naringgul, tidak jauh dari Masjid At-Ta'awun dekat Puncak Pas. Di lokasi yang sama malah terlebih dulu dipakai untuk kegiatan terbang gantole.  Tidak heran, jika bukit ini dinamakan sebagai Bukit Gantole.  Untuk memasuki kawasan ini, kita dikenai retribusi daerah, sekitar Rp 3.000/orang.  Kendaraan bermotor roda dua atau beroda empat dikenakan tarif yang berbeda.  Kalau ga salah Rp 5.000 untuk mobil.

Masjid At-Ta'awun dari atas Bukit Gantole.  Kabut euy !

Nah, untuk terbangnya sendiri.  Jika berat badan Anda berkisar antara 20-85 Kg, tidak takut ketinggian, sehat jasmani tidak mengidap hipertensi, vertigo, epilepsi apalagi penyakit jantung, punya nyali dan penasaran untuk terbang; sisihkanlah 300 ribu rupiah dari kocek Anda. Pabila cuaca mendukung; tidak hujan dan kecepatan 0-20Km/jam, maka Anda sudah bisa merasakan sensasinya terbang tandem bersama instruktur handal.

Sebelum terbang kita akan diminta untuk mengisi dan menandatangi surat perjanjian semacam disclaimer letter yang menyatakan bahwa kita terbang atas kemauan sendiri (bukan paksaan), hal ini sebagai tindakan antisipasi jika terjadi kecelakaan, misalnya.  Saya lalu teringat salah satu pengalaman Trinity si penulis travel kondang itu, dalam salah satu kisahnya manakala wisata naik balon udara di Turki.  Prosedur standar semacam ini jamak dilakukan jika kita mengikuti olah raga atau aktivitas yang "nyerempet-nyerempet" bahaya.



Flight Suit
Setelah selesai dengan administrasi, kita pun diminta untuk memakai perlengkapan terbang seperti helm, parasut berikut flight suit, berbentuk seperti backpack namun ukurannya besar.  Flight suit berfungsi sebagai alas duduk saat melayang di udara.  Pilot tandem sendiri wajib membawa dua flight suit yaitu parasut utama sebagai main control dan parasut cadangan jika parasut utama tidak berfungsi.

Flight Suit dihubungkan dengan parasut yang panjangnya mencapai 10 meter.  Tidak seperti terjun payung di mana parasut terlipat rapi di punggung untuk kemudian dibuka di ketinggian tertentu setelah terjun dari pesawat, maka parasut utama di Paralayang dibentangkan rapi di landasan pacu dengan tali-tali harnet dipegang oleh si Pilot dalam hal ini Mas Gendon yang siang itu bertindak sebagai our (my husband, me and my daughter) master tandem.  Yup !  My teen also curious to try this flying thing !  

Saya pikir kami akan langsung bergerak begitu memakai perlengkapan dan tali harnet selesai diperiksa.  Rupanya kami harus menunggu hingga arah angin dan kecepatannya sesuai, baru bisa 'naik'.  Di ujung landasan terlihat windsock pole sebagai indikator ke mana arah angin bertiup.  Windlock ini berguna juga sebagai alat prakiraan kecepatan angin.   Windsock pole  ini lazim ditemukan di bandara-bandara.


Windsock  Pole - Gambar dipinjam dari sini

Selain itu, kami pun harus menunggu giliran terbang, tertib mengantri.  Mirip banget seperti pesawat mau take off di airport, hehehe.  Kami berdiri tepat di puncak bukit yang tersambung dengan lempengan besi kokoh.  Itulah landasan terbang kami, 1.300 m di atas permukaan laut.  Di ujungnya terlihat windlock warna oranye berkibar-kibar.

Sambil menunggu giliran, saya memperhatikan sekeliling.  Selain banyak pengunjung yang hanya menonton sambil menikmati pemandangan alam Puncak dari atas bukit, rupanya olah raga paralayang di Puncak Pas ini juga diminati oleh orang asing yang tinggal di Indonesia selain oleh orang lokal. Dari keterangan Mas Gendon, ada sejumlah ekspatriat yang rutin latihan serius. 


a Pro ready to fly 
Perhatian saya kembali pada Mas Gendon yang siaga memperhatikan windlock hingga kemudian terdengar aba-abanya memerintahkan saya untuk berlari.  Saya pun berlari diikuti oleh Mas Gendon.  Beberapa orang kru terlihat ikut menarik tali-tali harnet untuk membantu naiknya parasut.  Saya terus berlari hingga tiba-tiba, lho....kakiku kok tidak napak tanah lagi  ?!

Heehhh....panik menerjang, terasa kaki masih menendang-nendang tak karuan.  Bingung sesaat sampai akhirnya tersadar....oohhhh sudah terbaaang !



Untuk pertama kalinya Saya menatap bumi dengan cara yang tidak biasa, pengalaman yang tak terlupakan dari terbang paralayang.  Kalau biasanya berada di atas awan duduk dilindungi oleh rangka besi pesawat dengan penglihatan sebatas jendela maka kali ini sejauh mata memandang hingga batas cakrawala.  Melihat bebas langit di atas.  Tengok kiri-kanan.  Di bawah sana; terhampar hijau kebun teh Puncak seperti permadani, jalan raya Puncak yang berkelok bagai anak sungai.  Kendaraan roda empat tampak mungil seperti mainan.  Di kejauhan tampak Kota Bogor.  

Udara dingin di atas ketinggian menerpa wajah, segar rasanya.  Yang terdengar hanya desiran angin.  Tenaaaang sekali di atas sana.  Subhanallah ....

Hilang sudah rasa takut yang tadi menghantui.  Seolah-olah kena amnesia dadakan ! Melayang di ketinggian berapa, udah gak kepikir nanya.  Terlalu excited dengan pengalaman pertama "melayang". Bener-bener melayang ! Pengalaman 10 menit yang tak terlupakan.  


Nyimak arahan sang master

Enam ratus detik yang mengesankan berlalu tak terasa.  Mas Gendon mengarahkan parasut kami ke landing spot.  Dari kejauhan terlihat lapangan merah di tengah kebun teh.  Nampak pula sejumlah orang yang menanti di bawah.  Kemudian saya tahu ternyata mereka warga lokal yang membantu membereskan perlengkapan paralayang.  Sebuah angkot yang akan membawa kami kembali ke Bukit Gantole pun sudah menanti.  Tidak ada ongkos tambahan karena sudah termasuk dalam harga paket.  

Lalu terdengar suara Mas Gendon agar saya mengangkat kaki dengan posisi lurus horisontal karena pendaratan akan dilakukan olehnya.  Saya jadi menyadari, ikut tandem paralayang bener-bener cuma "duduk manis" dan nurut aja semua instruksi sang pilot.  Dijamin everything is alright.  Karena para pendamping tandem atau master tandem adalah atlit terbang paralayang dengan jam terbang tinggi dan tak sedikit diantara mereka yang biasa mewakili Indonesia dalam event-event tingkat dunia.  


I believe I can fly !

Termasuk mas Gendon atau Gendon Soebandono lengkapnya, punya track record yang tidak diragukan lagi bagi komunitas dirgantara khusunya terbang paralayang.  Olah raga ini sudah digeluti hampir setengah dari usianya, dimulai semasa kuliah dulu di Universitas Gajah Mada.  Jika ingin tahu lebih jauh tentang profil beliau silahkan meluncur ke personal blognya di sini.  Mas Gendon juga pernah didaulat menjadi sekretaris umum FASI paralayang, yaitu organisasi induk olahraga paralayang di Indonesia.

Dan hari itu, kami dapat kehormatan besar terbang didampingi beliau. Matur suwun, mas !

Note:
Bagi yang serius berlatih, bisa mengikuti kursus paralayang dengan tarif sekitar 7 juta rupiah per orang untuk 40 kali terbang.  Pelatihan sudah termasuk penanganan sebelum terbang, mengendalikan parasut dan pengetahuan mendarat yang sempurna.  Lokasi latihan bertempat di Bukit Sentul.

You May Also Like

78 comments

  1. yang pasti sy gak berani, takut ketinggian

    ReplyDelete
  2. waaaa... pengen.. pengen... pengeeeeennn!

    Tunggu anak-anak saya gedean, ah ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayok mak Chie, kalo berat anak-anak udah masuk kriteria bisa kok !
      *kompor_mledug* ^_^

      Delete
    2. ada penyewaan kameranya gag di sini mbak

      Delete
    3. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  3. Replies
    1. Tapi kalo naik pesawat terbang, ga takut 'kan ?
      :))

      Delete
    2. Mbak , kalau saya sama pasangantanpa intrukstur boleh gak ya ??

      Delete
  4. uwaaaaa keren banget mak..seru,dulu saya cuma lihat aja,lihat bucek main paralayang di batu malang ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. makanya coba terbang mak, nanti dilihat ma Bucek deh, qiqiqiq

      Delete
  5. Waaa pingiiiinnn !!! keren banget, mbayangin rasanya dagdeg seerrr :D

    ReplyDelete
  6. Waaah waaah kereeen, Mak! :D
    Jadi kepingin ngerasain terbang hehe.

    ReplyDelete
  7. kemaren ngantree benerr pas long wiken, mana macet pulak hihihi. Tapi udah masuk agenda nih mak buat nyobain, tengkyuu bangett infonyaa *siapTerbang

    ReplyDelete
  8. wuaaaa... seumur hidup aku belum pernah main gituan... :)) kapan yaaaaa....

    ReplyDelete
  9. ahhhhhh aku pengen ini blom kesampaian mbak ... asik banget yaaaa :))

    ReplyDelete
  10. Rencananya mau ajak bocah2 remajaku (usia 14 dan 13 tahun) untuk paralayang di puncak. Tapi masih deg2an, khawatir, agak ragu2. Tapi aman ya, Mbak? MInimal bobot tubuh berapa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah aman kok, karena jika cuaca tidak mendukung, mereka pun tidak akan menganjurkan untuk terbang. Kalo tidak salah ingat, minimal bobot tubuh di atas 35Kg deh, tepatnya berapa saya lupa *maaf*.

      Selamat terbang ya mba Tami :)

      Delete
  11. Mbak kalo mau ikutan harus janjian dulu atau langsung ke tkp aja ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Langsung ke TKP bisa. Nanti di sana ketemu dengan bagian administrasi yang akan mengarahkan ke instrukturnya. Kalau mba/mas berkenan, bisa saya inbox nomor telpon mas Gendon. Drop email aja ke saya, klik icon email di pojok kanan atas.

      Terima kasih sudah mampir :)

      Delete
    2. mba boleh mnta cp nya? saya mau beli tiketnya makasi

      Delete
    3. go show bisa kok,mba
      tapi jika mba Kristina ingin khusus dengan mas Gendon, saya bisa kasih nomor telponnya. email mba Kristina apa ?

      Delete
  12. Harganya brapa sih? Kok ada blog lain bilangnya 400rb . nah yg bner yg mana

    ReplyDelete
    Replies
    1. hallo mba Hilmy, 300-400 itu kisaran harganya. Untuk pastinya, bisa konfirmasi di TKP. Selamat terbang dan terima kasih sudah mampir.

      Delete
  13. minta alamat lengkapnya dong mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. halla mba Chatrine. Alamatnya paralayang di Bukit Gantole, Perkebunan Teh Gunung Mas Naringgul, ga jauh dari Masjid At-Ta'awun dekat Puncak Pas. Di sana ada information booth yang bisa memberikan informasi lebih detil. Kalo mau no HP mas Gendon, kirim email aja ke gmail saya di pojok kanan atas ya...
      Selamat melayang ^_^

      Delete
  14. Halo mbak salam kenal ,boleh saya minta info no contact person di paralayang ,saya coba email mbak gak bisa ,boleh minta tolong di email ke saya mbak dioamaza@gmail.com

    ReplyDelete

  15. Envy!!
    Seru abis kayaknya!
    Mau banget cobain paralayang kalau ke Puncak nanti.
    Ada fasilitas untuk dokumentasi nggak sih? Atau mbaknya mengambil semua foto sendiri ya?

    High Five!
    Born To Bite

    ReplyDelete
    Replies
    1. envy abezzzz, mba Megan.
      Untuk dokumentasi, bisa dikomunikasikan dengan mas Gendon.
      Happy flying !

      Delete
  16. pengen bangeet
    btw itu terjun sendiri or di pandu sama para masternya ya mbak??
    pemula kayak saya bisa gak yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ikut program tandem, mas Yunan.
      Kalau mau kursus, bisa juga kok.

      Delete
    2. ikutan kursus gimana cara nya ya?
      ada kontak yang bisa dihubungi gak... :D

      Delete
  17. Seruuu mba, saya ada rencana kesana di bulan ini, boleh minta cp Mas Gendon nya mba
    email saya: herru52@gmail.com

    Terima kasih

    ReplyDelete
  18. Wah saya agak takut ketinggian nih mbak... :3 kalau liat gambarnya emang seru

    ReplyDelete
  19. mba ratna, bisa minta cp nya MasGendon ?
    rencana saya awal juni mau pergi bersama teman2 saya..
    tolong di email ke wahyu_aia@yahoo.com yah..
    terima kasih..

    ReplyDelete
  20. Mba, boleh minta CP mas gendon nya, rencana mau gantole-an sama teman2 kerja
    boleh ke see.lukman@gmail.com, terima kasih

    ReplyDelete
  21. Saya harus coba, go flying......

    ReplyDelete
  22. mbak saya minta cp pemandu paralayang dong, soalnya agustus ada rencana mau mencoba paralayang

    ReplyDelete
  23. halo mbk.. Thnk u sharingnya jdi pingin coba. Aku mnta di email jg dong cont person yg bisa lngsung dpt info mengenai paralayang. Ini email sy mbk di fernando_davidlahea@yahoo.com. Thnks 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo mas David, sudah saya emailkan as your requested.

      Delete
  24. Mb sy mau nyoba pas weekend. Bisa info cp-nya mb.. minta tlg kirimkan ke ambaratjatera@gmail.com. terimakasih.

    ReplyDelete
  25. Wah seru sepertinya. Boleh share info cp nya kah mbak? Kalo berkenan, ini email saya mbak simatupangheru@gmail.com .terimakasih banyak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah saya emailkan, mas Heru. Have a nice flight !

      Delete
  26. Klo weekend antri banyak g ya?
    Pengen bgt coba, kyknya seru n asyik bgt yah ^-^
    Boleh juga mnta CP nya, tolong kirim ke riedzmaertanea@gmail.com
    makasih

    ReplyDelete
  27. Hi mba, minta cp mas gendon dong. Minggu depan aku ingin nyoba paralayang ^^ thanks a lot

    ReplyDelete
  28. coba mba email saya di wank_qq@yahoo.co.id atau supriwanki@gmail.com

    kaya nya menarik hati pergi ke sana dan mencpba yang baru

    ReplyDelete
  29. coba mba emial ke saya supriwanki@gmail.com

    kaya nya menarik hati dan mencoba yang ini...

    ReplyDelete
  30. wah 300 ribu kalo naek pesawat bisa sampe mana tu mbak hehe mantap ini hehe

    ReplyDelete
  31. Mbak, tolong email ke saya dong no mas gendonya :
    roma.metalurgi@gmail.com

    makasih yaaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Please check inboxnya mba Roma. Terima kasih sudah mampir :D

      Delete
  32. MayGaatt kerennya.. 10 menit juga kayanya ngos ngosan nahan takut hahaha.. Itu kalo yang pertama kali terbang gimana ? bareng sama instruktur.. ? Jadi pengen.. :(

    ReplyDelete
  33. Hi mbak Ratna, spertinya pengalaman yg menyenangkan dan mendebarkan ya mbak.. jika berkenan, bolehkah saya dikirimkan CP nya ke noviantynapitu@gmail.com?
    Trimakasih mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penglaman yang sangat mendebarkan sekaligus menyenangkan. BTW, sudah saya email. Happy flight!

      Delete
  34. Hi Mbak, seru nih aku jadi pengen coba. Untuk contact personnya, boleh minta tolong dikirim kah? Email saya avaisla87@gmail.com

    Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru sangat kok. BTW, sudah saya email ya. Happy flight!

      Delete
  35. mba ratna,, saya juga minta cp-nya mas gendon mba.. hehehee.. tertarik nich.. makasih mba..

    ReplyDelete
  36. Waaaawwww...keren banget mbak bisa main paralayang tandem gini bareng suami terganteng di dunia. Mbak Ratna hebat bisa punya nyali kenceng hehe akirnya tau2 udah terbang ya ga berasa ngeri :) AKu mau juga ah kapan2. Kudu ngurangin BB dulu ah wkwkwkkwkw.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih tepatnya NEKAT, bukan nyali kenceng hahaha

      Delete
  37. Pasti ketagihan abis itu kapaaaan ;)? Aku pecinta berat wahana extreme begini mba. Bangeeet bangettt suka. Yg berhubungan Ama ketinggian, harus aku coba. Makanya waktu itu aku rela ngeluarin uang banyak hanya utk bungy jumping di Macao tower yg ga sampe 1 menit. Trus ke singapur hanya utk main Giant swing dan G Max reverse bungy. ATO ke jepang utk ngejajal semua rollercoaster nya yg masuk rekor dunia.

    Paralayang aku blm coba memang, akan, kalo ntr pandemi berakhir. Rasanya memang beda melihat dunia dari atas. Rasanya pengeen banget bisa terbang.

    Makanya aku udah planning juga setelah pandemi ke Nez Zealand hanya utk skydiving . Tandem Ama ahlinya pasti, Krn sadar diri aja aku ga expert hahahaha. Cuma suka nekad Ama wahana begini

    ReplyDelete

Hai ^_^
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya di blog ini.
Silakan tinggalkan komentar yang baik.
Mohon maaf, komentar anonim maupun yang sifatnya spam, tidak akan dipublikasikan.
Keep reading and Salam !