Saya ini [aslinya] pemalas. Sayangnya ngga ada yang percaya kalo saya bilang begitu. Katanya pemalas, tapi kok bla bla bla bla [mengutarakan hasil yang mereka lihat pada saya di mana berbanding terbalik dengan sifat malas itu sendiri, hehehe]. Saya pemalas dalam artian; Malas antri (emang ada yang suka ?). Semua yang judulnya pakai acara antri, kalau bisa dihindari saya hindari deh. Antri mau makan di restoran [asli malesnya, udah nantinya bayar, masih harus antri pula!]. Antrian macet di jalanan [confirmed sebagai salah satu kontributor stress tinggi]. Antrian di Teller bank juga sering bikin jengkel. Entah transaksi nasabahnya yang memang banyak ataufaktor mbak-mbak Tellernya. Kayaknya ngga worthed banget; antri 15 menit, transaksinya kurang dari waktu antri apalagi jika transaksi hanya cetak buku atau setor tunai. Beuhh….suebell !! Yang parah, pernah keliling nyaris 1/2 Bogor karena ATM salah satu bank BUMN ini ga ada yang aktif alias tak berfungsi. Tiap masuk booth ATM, terlihat mesin nya hidup tapi invalid soalnya si mesin menghasilkan tulisan “Sorry, your transaction can not be processed”. Dari yang nehi-nehi pakai internet banking karena khawatir fraud akhirnya kepincut juga pake fasilitas yang satu ini. Tagline tak kenal maka tak sayang memang ga salah. Begitu menikmati betapa efisiensinya waktu dengan transaksi secara on-line, akhirnya jadi ketagihan. Tinggal aktifkan koneksi internet, ketik nama websitenya lalu masukkan username dan password. Tuliskan jumlah transaksi lalu pilih apakah ditransfer antar rekening di bank yang sama atau beda bank. Ada pula pilihan; real time transaction atau set-up time. Spirit Go Green pun terpenuhi soalnya ga perlu cetak buku lagi karena setiap transaksi bisa kita cetak sendiri atau kita save di personal drive. Saya juga paling malas kalau disuruh mengerjakan hal yang sama berulang kali. Tapi jika yang minta si Boss di kantor, memangnya bisa bilang; “Sorry Boss, nyuruhnya yang lain aja deh…bosen …masa’ mintanya itu lagi-itu lagi”. Atau, “pan kemaren udeh..”. Hehehe. Akhirnya saya akalin si Boss. Saya buat template berikut history laporan sebelumnya sebagai pembanding. Plus tulis pake kesimpulan pakai bullet point. [Si Boss masih nggak ngerti juga, kebangetan deh lo, Boss !] Menunggu juga hal yang bisa bikin saya kesal ke level akut. Saking malasnya saya menunggu jawaban dari Departement lain [masih cerita di kantor, niy] sedangkan tiap rapat bulanan juga jadi agenda yang ditanya sama si Boss. Saya buat database sendiri. Semua hasil audit saya kumpulkan. Penasaran kenapa hasilnya selalu tidak bagus walaupun Audit jalan terus, saya cari rooted caused-nyapake Fish Bone Methode dan tampilan trend dengan menggunakan Pareto Diagram. Dari situ kelihatan, masalahnya di mana dan jadi tanggung jawab siapa. Untuk menghindari culture siapa yang bisa dia yang bertanggung jawab “penuh”, saya simpan file tersebut di Public jadi bisa diakses oleh siapa dan kapan saja, hehehe. Jika dirunut lagi, kemalasan saya sudah terlihat dari jaman kuliah dulu. Saya malas bawa buku, cuma bawa kertas loose leaf. Dosen bicara, saya cuma catat poin-poinnya aja [kebiasan yang terbawa sampai sekarang]. Di rumah, saya bikin catatan sendiri [lagi....tuh ‘kan !]. Catatannya berupa rangkuman dari omongan dosen, handsout plus buku referensi lainnya. Alhasil untuk satu mata kuliah dalam satu semester, catatan saya tidak lebih dari 10 lembar kertas loose leaf bolak-bolik. Sangat handy, ga perlu bawa buku setebal-tebal bantal. Ga enaknya, kalo mau ujian, saya harus inget siapa yang pinjam catatan saya itu. Semenjak teman-teman tahu metode rangkuman saya, saya jadi the most wanted person untuk dipinjam catatannya. Tinggal saya yang bete lihat kertas yang udah lecek karena habis difotocopy. Lucunya di hari ujian, hampir semua anak pegang kertas fotocopy-an dengan bentuk tulisan yang sama; my tiny handwriting ! Yang sekarang bikin saya malas adalah kondisi jalanan; macetnya itu lho….parah abisss. Buat komparasi; sekitar 5-6 tahun yang lalu waktu tempuh dari rumah saya di Bogor ke kantor di daerah Pondok Indah adalah 45 menit. Dengan jarak yang sama [ya, eya lah…jalannya ga nambah panjang ‘kaleee] sekarang bisa saya tempuh 2 kalinya bahkan bisa 2.5 – 3 kalinya. Itu baru one way. Nah, kalo pulang pergi ? Betul-betul habis waktu di jalan! Untuk Jabodetabek, Teori Relativitas *thanks to Einstein* sangat berlaku karena jarak tempuh belum tentu sama dengan waktu tempuh ! Ditambah lagi dengan fakta bahwa ada jenis-jenis pekerjaan formal [a.k.a office type job] yang sudah bisa dikerjakan dari rumah *bikin ngeces ajah!* Tambah saya malas rasanya pergi ke kantor. Karena itu saya lagi rajin-rajinnya cari “kantor on-line” atau berbasis SOHO (Small Office Home Office). Ada yang tahu ?
Bisa konser musik, teater pokoknya yang konsepnya un-plugged atau live deh.
Dalam sepanjang sejarah hidup, total pertunjukkan yang pernah saya lakukan
ga banyak, ga lebih dari 10 jari.
Pengalaman pertama waktu kelas 2 SMA, diajak temen yang punya 2 tiket free
past nonton lakon Figaro di GKJ.Itu juga kebetulan; sang temen ngeluh kok ga
ada ya yang mau nonton pertujukan teater padahal yang main Teater Koma.Weit....jangan dilewatkan golden opportunity ini Ratna !Ga mikir lagi, saya dengan sukarela
menyerahkan diri untuk nemenin...hehehehe.Mungkin waktu itu Cuma kita berdua penonton yang paling ”kecil”, anak
SMA bok !Ga ketahuan karena ga pake rok abu-abu.Terbukti, pengalaman pertama memang selalu berkesan
–mau baik atau nggak-.Nonton Teater
Koma di GKJ yang waktu itu baru direnovasi sungguh membekas dan jadi bikin
adrenalin untuk nonton-nonton live
performance yang lainnya.Different sensation !
Yang kedua waktu jaman kuliah nonton konsernya Kenny-G di Stadion Sepak
Bola Lebak Bulus.Bela-belain nabung
padahal uang kiriman bulanan juga ga banyak.Maklum anak kos!Karena banyak
temen satu kos yang nonton, kita janjian pergi nonton bareng.Dari siang udah heboh dandan.Kenny-G gitu loch...audiencenya pasti pada
wangi en keren.Walau konser mulai jam 7
malam tapi kita udah stan-by di Stadion dari pukul 4 sore.Antisipasi antrian masuk dan macet.Walaupun tahun segitu (awal 90-an) kondisi
jalan Depok – Lebak Bulus belum seperti sekarang.Waktu itu Depok – BlokM rasanya jauh
be’eng.Kalo sekarang, berasa deket tapi
macetnya minta ampun.
Singkat cerita, nonton konsernya sukses, hati senang dan pulang ke tempat
kost ga pake ngumpet-ngumpet sambil ketok jendela teman untuk dibukain pintu. Mengingat yang pergi segerombolan, kita dapet
ijin pulang lewat jam malam dari ibu kost.Malam itu, pintu rumah kost dibuka dengan senyum ibu kost.
Ketiga, setengah ”diculik” temen kantor sehabis pulang kantor untuk nonton
konsernya Dewa [lupa tempatnya di mana].Sampai di tempat konser pun saya masih menggerutu karena have no clue at all siapa Dewa itu sebab
si Dewa belum ngetobbb kayak sekarang, hihihi...
Dari semua lagu yang dibawain Dewa, Cuma Kangen aja yang ear catching to me.And I think, Ari Lasso was the most
perfect ones who sing that song !Sampai sekarang, kalo denger lagu Kangen ini memory
langsung inget kejadin “nonton konser ga niat” nya Dewa.
Setelah itu beberapa kali nonton live music Friday Jazz Night di Taman
Seni Ancol yang sayangnya sempet vakum lama tapi kabarnya “dihidupkan” lagi di
awal tahun ini.
Di panggung ini pula
pertamakali lihat performansinya Glen Fredly yang waktu itu gabung sama Func
Section dan bikin saya melongo.Suaranya
itu lho.…gila banget, apalagi waktu dia bawain lagu Ben milik Michael Jackson.Buset, mirip abisss !!
Yang salut dari acara ini
adalah kita nonton ga pake bayar alias gratis.Cuma bayar HTM masuk area Ancol doang.Kapan lagi lihat jazzer ber-jamp ria di bawah sinar rembulan
disamping pacar ?Huhuy !!
Setelah menikah, yang
namanya pertunjukkan Cuma sebatas nonton film di bioskop.
Sekali waktu pernah ngajak
suami nonton Michael Learns To Rock, dia malah nanya “Siapa tuh ?”
“Lagian rugi ah…bayar
karcis ratusan ribu buat nonton orang yang masih belajar ngeband”.
Jia…hhhh, males banget ga
sey denger komentarya.Udah ga tahu siapa Michael Learns To Rock,
'nyela pula !!
“Kalo The Beatles aku mau”
sambungnya lagi.Please deh…ngomongin grup band yang anggotanya ada yang almarhum. Sama aja kayak mengharap Queen konser 'kaleee.
And story always ends-up the same untuk semua ajakan nonton ini atau lihat itu.
Sampai tadi pagi, di perjalanan menuju kantor.
Seperti biasa kita tune-in di I-Radio dengerin duet kocak-seru Rafiq dan
Putri Suhendro.Tadi tuh mereka berdua
mewawancarai Sardono W. Kusumo selaku sutrada untuk pergelaran Diponegoro Java
War 1825-0000 yang akan digelar dari tanggal 11 – 13 November di Teater
Jakarta, Taman Ismail Marzuki.
All of the sudden; “Say, kita nonton pertunjukkan ini yuk.Kayaknya bagus deh.Ada Iwan (Fals) juga lho”.
Waw...!!!
Jarang-jarang dapat ajakan -di luar nonton bioskop lho ya- kayak gini. Sambil inget-inget, kayaknya tadi malem ga mimpi apa-apa deh, hihi...
"Ayo. Nanti aku browsing jadwal pertunjukkan sama HTM-nya deh" jawab ku sambil menawarkan diri.
Hey World, this would be my 5th experience wacthing Live Performance and the 2nd if together with him !