My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management

Mesjid Istiqlal


Seperti de ja vu ketika siang itu shalat zuhur di Mesjid Istiqlal bersama teman bloggerku Dona Imelda.  Belasan tahun lalu, saya dan Mama sesekali menyempatkan diri untuk shalat zuhur di sini sebelum kami melongok toko-toko di sepanjang Pasar Baru.  

Ingatan yang tak pernah pergi adalah anginnya yang menyejukkan, terutama jika mengambil shaf di lantai atas.  Demikian juga dengan siang itu.  Anginnya masih semilir berhembus dari jendela ke jendela, menyelinap antara selasaran. Sinar matahari tak malu-malu menerobos setiap lubang dan rongga berbentuk geometris yang menyelimuti keseluruhan bangunan mesjid.



Istiqlal dari halaman Katedral


Saya awam akan ilmu bangunan.  Tapi melihat konsep mesjid yang minimalis dan relatif ramah lingkungan dalam artian mesjid tidak perlu alat pendingin ruangan, melahirkan kesimpulan pribadi jika sang arsitek seorang visioner.  Ketika sekarang kita berkutat dengan masalah penghematan energi, mesjid yang didesain untuk menampung kapasitas 120ribu umat serta butuh waktu 17 tahun untuk penyelesaiannya itu, tak pusing akan AC.  Di masa itu, manalah ada issue Go Green, betul?  




Siang itu saya benar-benar menyimak interior mesjid yang ternyata juga minim ornamen.  Kubah berdiameter 8 meter, simbolik dari bulan Agustus, ditopang oleh sejumlah pilar.  Begitu kita jejakkan kaki di bagian dalam hall, sudah terbaca tulisan Allah dan sebelah kiri dan Muhammad (SAW) di kanan dinding tempat imam memimpin shalat.  Kaligrafi hanya terlihat di sekeliling kubah bagian dalam.


Selasaran Istiqlal








Bukan tanpa maksud pula Presiden Soekarno menempatkan Mesjid Istiqlal berdampingan dengan Gereja Katedral yang telah berdiri dari awal tahun 1900-an.  Dari situs tentang sejarah Mesjid Istiqlal, saya baru tahu jika lahan ini dahulunya adalah Taman Wilhelmina.  Selain mengadopsi filsafah Jawa di mana bangunan pemerintahan dan rumah peribadatan dipusatkan di tengah kota yang biasanya juga terdapat alun-alun (baca Lapangan Banteng), pemilihan lokasi juga sebagai tujuan simbolik agar kedua umat tetap selalu berdampingan.

Seperti siang itu, azan zuhur berkumandang tak lama lonceng panggilan misa Gereja Katedral berdentang.




Gereja Katedral

Curiousity kills the cat.  Begitu proverb (peribahasa - English) yang pernah terbaca oleh saya. Maksudnya, rasa ingin tahu yang teramat sangat dapat menjerumuskan seseorang pada kesulitan. Tapi itu tak berlaku ketika akhirnya saya bisa masuk ke dalam Gereja Katedral.  Yup, rasa penasaranlah yang membawa saya dan Donna ke sana di suatu hari minggu lalu.



Langit-langit gereja dengan desain gotik


Pertama, penasaran ingin tahu seperti apa sih bagian dalam gereja.  Kalo ke pura sudah, ke klenteng juga iya, so why not church then?  Apalagi ini Gereja Katedral.  Bisa dibilang Katedral adalah ikon bangunan jaman kolonial Belanda yang masih tegap berdiri.  Walau ternyata bukan bangunan asli karena pernah roboh setelah terbakar pada tahun 1890.  Katedral yang dikenal sekarang adalah hasil renovasi yang kemudian resmi digunakan semenjak tahun 1901.





Sebagai penyuka sejarah dan sesuatu yang terkait dengan sejarah itu sendiri termasuk bangunanannya.  dengan diijinkannya mengambil foto dalam gereja yang dibangun dengan konsep gotik itu adalah sesuatu banget.  "Asal tidak naik ke area ke Altar dan tidak mengganggu (umat) yang beribadah ya, Mba", demikian pesan pengurus yang kami jumpai siang itu.  





Salah satu lukisan dinding


Halamannya tidak luas. 
Di hari raya, kendaraan umat yang membludak bisa menggunakan parkiran Mesjid Istiqlal.
Nice isn't?


Katedral view dari Mesjid Istiqlal


Orgel 1000 pipa buatan Belgia


Dan akhirnya, saya dan Donna pun masuk ke bagian dalam gereja yang selama ini cuma dilihat di media cetak atau film.  Kami berdua pun larut dengan keindahan seni yang ada di dalamnya.  Sibuk mengabadikan sudut-sudut unik klasik dengan kamera.  Melihat ornamen yang vintage, saya serasa berada dalam musium.  Sayangnya musium Katedral tidak beroperasi hari itu.  Musium hanya dibuka pada hari Senin, Rabu dan Jumat mulai pukul 10:00 - 12:00.  Meskipun banyak dipamerkan memorabilia dalam musim, pihak Gereja tidak mengijinkan pengunjung untuk mengambil foto-fotonya.  Well, too bad however we need to respect it, right?

***

Mendatangi tempat ibadah dua agama besar tersebut menambah khasanah baru pengetahuan dan pemahaman akan perbedaan. Desain Mesjid Istiqlal ternyata dilombakan, bukan melalui proses tender tunjuk langsung yang sarat nepotisme.  Dari sekian banyak kontestan, salah satunya adalah seorang Nasrani bernama F. Silaban.  Kabarnya sang arsitek meluangkan watku 3 bulan untuk mempelajari dan memahami literatur tentang Islam dan akhirnya menuangkan rancang bangun yang sarat akan simbol agama yang disiarkan oleh Nabi Muhammad SAW kurang lebih 14 abad yang lalu.

Sejarah Indonesia akhirnya mencatat maket mesjid yang diberi judul "Ketuhanan" karya Frederich Silaban -si anak pendeta itu- sebagai pemenang desain mesjid dari 22 peserta sayembara.

Dan mungkin, itulah upaya Tuhan untuk mengingatkan bangsa ini agar selalu damai dalam perbedaan.





Referensi:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Sejarah_Masjid_Istiqlal
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katedral_Jakarta
Share
Tweet
Pin
Share
9 comments
Buat saya, hal lain yang terpuaskan dari jalan-jalan adalah foto.  Bisa dipastikan, setelah jalan-jalan maka koleksi foto akan bertambah.  Campur aduk, mulai dari foto yang hasilnya maksimal hingga yang ancur sekalipun ^_^

pintu-jendela-grand-palace-bangkok


Baca juga Tentang Pintu dan Jendela

Karena foto adalah momen.  Momen yang tidak akan terulang kembali.  Jika toh bisa diulang, hasilnya tidak akan sama seperti yang pertama. Ekspresi yang sama sulit untuk terekam kembali. Lewat lensa, saya mencuri momen itu, merekam hal-hal yang berbeda dalam keseharian dan melihat sesuatu yang jarang atau bahkan tidak akan dijumpai sama sekali di tempat kita berasal.

Share
Tweet
Pin
Share
16 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Me


          

recent posts

Popular Posts

  • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
  • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
  • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June 2025 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  June 2022 (2)
  • ►  2021 (12)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (3)
    • ►  June 2021 (2)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  February 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ►  2020 (7)
    • ►  December 2020 (2)
    • ►  October 2020 (1)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  March 2020 (1)
    • ►  January 2020 (1)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  October 2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (4)
  • ►  2018 (25)
    • ►  December 2018 (4)
    • ►  November 2018 (4)
    • ►  October 2018 (3)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (18)
    • ►  December 2017 (5)
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  August 2017 (3)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (1)
  • ▼  2016 (37)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (4)
    • ▼  May 2016 (2)
      • Katedral - Istiqlal, Romantisme Dua Agama Besar In...
      • Sudut Unik Grand Palace Bangkok
    • ►  April 2016 (9)
    • ►  March 2016 (8)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (6)
  • ►  2015 (75)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (6)
    • ►  August 2015 (5)
    • ►  July 2015 (19)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (7)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (9)
    • ►  January 2015 (5)
  • ►  2014 (39)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  October 2014 (2)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  August 2014 (5)
    • ►  July 2014 (2)
    • ►  June 2014 (3)
    • ►  May 2014 (4)
    • ►  April 2014 (2)
    • ►  March 2014 (2)
    • ►  February 2014 (5)
    • ►  January 2014 (7)
  • ►  2013 (36)
    • ►  December 2013 (5)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  June 2013 (1)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (6)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (28)
    • ►  December 2012 (2)
    • ►  November 2012 (3)
    • ►  October 2012 (3)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (4)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  May 2012 (1)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  March 2012 (1)
    • ►  February 2012 (1)
    • ►  January 2012 (3)
  • ►  2011 (28)
    • ►  December 2011 (2)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (2)
    • ►  June 2011 (4)
    • ►  May 2011 (1)
    • ►  April 2011 (4)
    • ►  March 2011 (3)
    • ►  January 2011 (3)
  • ►  2010 (2)
    • ►  December 2010 (1)
    • ►  June 2010 (1)

Created with by BeautyTemplates