Selepas mendarat di Incheon International Airport, kami diberi waktu untuk berganti kostum tempur alias baju musim dingin. Cukup dengan membasuh muka dan sikat gigi serta sedikit minyak wangi karena minus mandi, perjalanan menikmati Korea Selatan pun dimulai.
The Garden of Morning Calm, Gapyeong
Tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah semacam Kebun Raya Bogor mini seluas 300.000 m² , memiliki ribuan varietas tumbuhan khas Negeri Ginseng. Kendati tidak seluas KRB (87 ha), Garden of Morning Calm dapat menarik hingga 600.000 wisatawan dalam setahunnya.
Perjalanan ke arah luar kota bagian timur Kota Seoul kami tempuh hampir 4 jam dari bandara. Rintik hujan setia menemani sepanjang perjalanan semenjak bis kami meninggalkan Incheon. Cuaca yang sama sekali tidak bersahabat buat manusia tropis seperti saiah karena membuat musim semi di pertengahan Maret ini serasa winter.
Saya yang biasanya hidup di bawah curahan matahari melimpah ruah, tetiba harus halan-halan di bawah suhu 10℃. Personally, gak masalah dengan hujan rintik-rintik yang konon sering terjadi di peralihan dari winter ke spring, toh Bogor juga kota hujan malah pake gledek 😁. Masalahnya adalah hembusan angin yang membuat tubuh menggigil. Apalagi Gapyeong ini terletak di luar kota, tepatnya daerah pegunungan. Terbayang 'kan, bagaimana suhunya?
Di sini sarung tangan tidak lepas sebagaimana payung yang saya kembangkan sambil jalan kesana-kemari. Bahkan berpose dengan payung! Hujan dan suhu dingin memang bukanlah kombinasi yang bagus untuk berwisata 😁
Saking dinginnya saya tidak berminat mengeluarkan kamera. Karena jika memotret artinya saya harus melepaskan gloves untuk menekan shutter dan membidik kamera. Lepas sarung tangan alamat kedinginan, hwiih. Untung ada teman yang berbaik hati mau bantu motretin, alhamdulillah 😉
Light Tunnel Spot foto favorit di malam hari atau saat Winter Light Festival |
Kondisi taman bunga di dunia nyata. |
Penampakan di dunia drama 😂 Image owned by https://koreandramaland.com |
Entah cuaca yang tidak mendukung -saat itu gerimis turun disertai angin- atau menyadari kenyataan bahwa taman ini tidak memberikan pemandangan cantiknya sebagaimana yang terlihat dibaleho besar yang dipasang dekat pintu gerbang; bisa dibilang rombongan tidak berminat untuk eksplore banyak. Padahal taman milik perseorangan ini relatif sering dijadikan lokasi shooting drakor karena keindahannya. Bukti bahwa dunia nyata tidak seindah dunia drama (Korea) hehehe.
Menurut penuturan tour guide, Garden of Morning Calm tampil cantik di musim panas, sekitar Juni hingga Agustus saat bunga-bunga baru bermekaran. Aneka warna dedaunan yang memukau pun dapat dinikmati di arboretum milik seorang profesor hortikulutra ini saat musim gugur (September - November).
Hence, what can you expect during cold spring except melted ice and brown branches? 😔
Maka kami pun cukup berpuas diri mengabadikan diri di Tunnel Light yang padam lampunya karena hari masih terang. Atau seperti saya, foto di dekat sungai kecil dengan sebagian besar permukaannya yang masih membeku. Moment of thruth kalau pernah injakkan kaki ke negeri 4 musim, haissh! 😂
Nami Island, Namiseom
Bagi penggemar drama Korea, pergi ke Korea Selatan tanpa mengunjungi Nami Island ibarat sayur tanpa garam. Pulau berbentuk bulan sabit yang terletak sekitar 50 Km dari Seoul jadi ikut mendunia setelah Winter Sonata (2002) meledak di kancah hiburan. Dramanya sendiri yang mengusung kisah cinta yang mengharubiru, masuk dalam must seen Korean drama love story dan diyakini sebagai pemicu virus Hallyu ke seluruh dunia.Saking ngetopnya si Namiseom, lokasi shooting ini jadi salah satu tempat kunjungan wajib para wisatawan yang plesiran ke negeri para Oppa-Noona.
Jalan kaki dari dermaga ke pusat "kota" Nami, gak ada angkot. Mirip seperti Gili Trawangan |
Kiri Atas: Patung boneka salju "Winter Sonata" di gerbang pulau Kanan Bawah: Flyer drama korea yang mendunia |
Kiri Bawah: The iconic bycle. Yang pernah nonton Winter Sonata pasti inget adegan sepeda yang fenomenal itu. Kanan Bawah: mushalla Nami Island. Kanan Atas: cafe di Nami Island. |
Wajah ceria, lupa kalo belum mandi dari kemarin hihi Background adalah Nami Library, tempat di mana mushalla berada. |
Fog on the lake; creates misty and creepy look. |
Unlike Garden of Morning Calm, cuaca di Nami lebih bersahabat walau masih tetap dingin diseling gerimis yang on-off turunnya. Situasi Nami pun lebih hidup; pengunjung bersliweran menggunakan aneka kostum musim dingin dan bercakap dalam aneka bahasa. Jika lelah atau lapar, banyak kafe serta restoran untuk rehat sejenak.
Surprisingly, tersedia mushalla di lantai dua Nami Library. Gedung perpustakan ini kira-kira ada di bagian tengah pulau. Jadi bagi muslim traveller yang berkunjung ke Nami tetap dapat menjalankan kewajiban lima waktunya. Waktu itu saya sedang berhalangan, tak terpikir untuk masuk ke dalam. Jadi memutuskan hanya memotret bagian pintunya saja yang bertuliskan mushalla. Sekarang menyesal kenapa waktu itu tidak masuk untuk mengabadikan bagian dalamnya. Pelajaran berharga nih untuk ke depannya, ambil saja foto sebagai bahan dokumentasi.
Dan yang tak kalah penting; Nami memiliki lokasi yang cantik untuk berfoto 😂. Terutama lokasi-lokasi iconic dari drama Winter Sonata; seperti danau dan deretan pohon pinus yang berjejer panjang rapi. Saya yang biasanya di belakang view camera, jadi terbawa aura pengen dipotret terus-terusan juga hehehe.
Dari ketiga tempat yang saya tulis di postingan ini, Nami is my favorite!
Petite France, Gapyeong
Usai menikmati (tepatnya pepotoan 😁) Nami Island, kami lanjut ke Petite France. Tujuan wisata yang berjarak sekitar 9 Km dari Nami Island. Walau tak berada dalam satu provinsi, dua tempat wisata Korea Selatan ini letaknya berdekatan. Tak heran jika banyak ditawarkan paket 1-day tour dengan agenda Nami Island dan Petite France mengingat Gapyeong ini sekitar 55 Km jauhnya dari Kota Seoul. Sekalian jauh ke luar kota, tiga tempat terlampaui #eh.Yang mau tahu paket tur ke Gapyeong, silahkan browsing. Sudah banyak infonya seliweran di dunmay. Lengkap mulai dari operator plus harga, opsi ikut rombongan atau tidak. Bagi yang ingin lebih privat, gak mau terikat sama rombongan, bisa pergi sendiri. Rute kendaraan umum berikut ongkosnya pun jelas terpampang di internet.
Bergaya di gerbang Petite France |
Mengingat kepergian kali ini saya berada dalam rombongan so all I have to do is just sit and enjoy the rural view from the bus. Alhamdulillah.
Namanya saja sudah Petite France, jadi segala sesuatu yang berada di sini semuanya berbau Perancis termasuk atraksinya. Sayangnya saat tiba di sana, rombongan sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang ditawarkan seperti mencicipi suasana rumah tradisional Perancis abad 19. Atau pertunjukkan boneka khas Negeri Eiffel yang biasa dipertontonkan.
Entah karena kami tiba di sana menjelang injury time or 1-hour before last admission, suasananya sepi dengan banyak toko yang sudah tutup. Ditambah cuaca yang hujan rintik-rintik, membuat suasananya sepi. Tak terlihat banyak pengunjung. Jujur, memancing rasa heran saya mengingat di sini terdapat workshop, restoran serta guest house.
Padahal dalam brosur tertera agendanya beragam; European dance show, puppet play hingga art exhibition. Alhasil rombongan kami yang berjumlah sekitar 20 orang hanya sekedar foto-foto sambil eksplor desa Perancis wanna be yang emang ukurannya kecil, sesuai dengan namanya "petite" (Perancis: kecil).
Sudah mirip desa Perancis, belum? Karena saya belum pernah ke Perancis 😄 |
Gerbang Petite France Terlihat flyer drama korea yang pernah shooting di lokasi ini |
Wefie di depan Mini Eiffel! |
Alhasil kesan pribadi berkunjung ke tempat yang pernah jadi lokasi syuting reality shownya Korea "Running Man", drakor heits macam My Love Coming From The Star dan Secret Garden; bahkan masuk Daftar 100 Lokasi Atraktif Korea Selatan ini, ga greget samsek buat saya. Zoonk, anti klimaks gitu 😩
Despite to the fact this place might be overrated, still it is important to know its operational hours.
- Senin - Kamis 09:00-18:00.
- Jumat Sabtu 09:00-20:00.
- Masih bisa diakses paling lambat 1 jam sebelum ditutup.
Dengan harga tiket masuk:
- Dewasa ₩6,000
- Remaja & Anak-anak ₩4,000
- Penyandang cacat & Lansia ₩4,000
- Anak di bawah usia 3 tahun; free.
Ki Atas: coffee shop di sekitaran area wisata. Ka Atas: Penjaja buah kaki lima Ki Bawah: poster drakor berlokasi shooting di Petite France. Ka Bawah: coffee shop dalam area wisata |
Di luar dugaan, si penjual buah menawarkan dagangannya dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Mungkin dia mendengar perbincangan kami dan bukti jika banyak pelancong Indonesia datang ke mari.
"Ibu, beli. Tiga ribu Won" ujarnya 😁
.
.
Bagian 2
Bagian 3
Baca rangkaian jalan-jalan di South Korea The Series