5 Hal Menarik Jalan Surya Kencana Selain Kuliner Khas Bogor
Melakoni rutinitas dalam kurun waktu tertentu, entah sebagai orang kantoran, ibu rumah tangga, pekerja lepasan bahkan pelajar pun; akan berujung pada satu titik yaitu jenuh. Yang membedakan adalah "how we deal" dengan kejenuhan tersebut. Tiap orang punya cara masing-masing.
Selain nonton film atau membaca buku, travelling adalah salah satu kiat saya membunuh jenuh. Namun pilihan terakhir ini agak sulit dilakukan sering-sering. Mengapa travelling? Karena travelling dapat jadi ajang memuaskan hobi lainnya yaitu motret. Selain "oleh-oleh" baju kotor, banyak gambar hasil perburuan selama travel yang memenuhi memory card saat kembali ke rumah. Buat apa foto sebanyak itu? A lot of things I could do with those picts. Selain sebagai dokumentasi keluarga, dapat dipakai untuk menunnjang konten blog dan tentunya untuk dipajang di Instagram #udah follow saya belon? 😄
Sayangnya travelling ini selain faktor waktu yang terbatas -maklum masih orang gajian dengan jatah cuti yang terbatas 😋- biaya menjadi pertimbangan yang paling memberatkan. Ngga mungkin juga 'kan saya travelling sendirian walaupun sebenarnya saya tidak bermasalah melakukan solo traveling namun ada pasangan dan anak-anak yang perlu "dipikirkan" hahaha.
Walau ada keterbatasan; jangan dijadikan sebagai penghalang keinginan travelling. "Sempit" rasanya mendefinisikan jika jalan-jalan "hanya" berupa perjalanan keluar negeri kota. Berkeliling kota di tempat kita berdomisili, mengunjungi spot-spot yang menarik ternyata sudah berhasil mendatangkan excitement tersendiri bahkan ide.
Dan untuk Kota Bogor, rasanya tiada tempat yang lebih menarik dibanding Jalan Surya Kencana.
Menurut sejarahnya, ruas jalan ini merupakan sentra niaga sekaligus sebagai pecinan oleh pemerintah kolonial Belanda. Walaupun wilayah tersebut kini tak lagi dimonopoli oleh etnis Cina namun keberadaan Vihara Dhanagun sebagai "kepala naga" yang bersebelah dengan Pasar Bogor yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi pusat kegiatan perayaan Imlek, masih mengukuhkan trade mark nya sebagai kawasan pecinan. Mungkin karena alasan itu Pemerintah Kota Bogor mengukuhkannya sebagai Kawasan Heritage di tahun 2016 yang lalu.
Baca juga Telisik Imlek di Pecinan Bogor
Baca juga Telisik Imlek di Pecinan Bogor
Dari pengamatan jalan-jalan ini, keramaian Jalan Surya Kencana ini hanya terpusat di beberapa titik. Yang pertama di depan Pasar Bogor. Makin ke tengah -atau mengarah ke selatan- tingkat keramaian menurun bahkan bisa dibilang sepi, terlihat dari rumah-toko yang tutup. Geliat kesibukan baru terlihat kembali menjelang Gang Aut. Menurut saya justru di sinilah sentra kuliner Jalan Surya Kencana berada.
Hanya kuliner sajakah yang bisa kita dapatkan di Jl. Surya Kencana?
Ternyata banyak hal menarik lho yang saya dan Rani (iya, saya ditemani blogger pemilik www.tukangulin.com) temukan saat menyusuri ruas jalan yang membentang sepanjang 2.8 km dan masih menjadi pusat Kota Bogor ini.
Ternyata banyak hal menarik lho yang saya dan Rani (iya, saya ditemani blogger pemilik www.tukangulin.com) temukan saat menyusuri ruas jalan yang membentang sepanjang 2.8 km dan masih menjadi pusat Kota Bogor ini.
Sentra Kuliner
Heritage
Ternyata Jalan Suryakencana adalah sebuah ruas jalan tua yang merupakan bagian dari De Grote Postweg yang dibangun sekira 1808 atas perintah Gubernur Jenderal Daendels. De Grote Postweg memasuki Buitenzorg—nama lama Bogor—dari jalan yang kini jadi Jalan Ahmad Yani, berlanjut hingga Jalan Jenderal Sudirman, membelok ke Jalan Juanda, bersambung ke Suryakencana hingga ke Ciawi.
Dapat dikatakan jalan ini adalah denyut nadi Kota Bogor dari semenjak jaman Prabu Siliwangi hingga kini. Dari literatur sejarah, hari jadi Bogor merupakan tanggal ditasbihkannya Sang Prabu menjadi raja yang diperkirakan jatuh pada tanggal 3 Juni 1482.
Dalam hati menyayangkan. Sebagai penyuka bangunan-bangunan lama, saya kurang setuju dengan tindakan merubuhkan gedung-gedung tua. Dibandingkan dengan negara-negara lain yang berhasil menjaga peninggalan historisnya seperti kawasan heritage Geylang atau Chinatown di Singapore, Indonesia bisa dibilang jauh ketinggalan. Mereka sukses merawat bahkan dapat mengemasnya menjadi komoditi wisata. Saking dikenal oleh mancanegara, Bukit Pasoh Road di Chinatown bahkan masuk dalam scene film The Crazy Rich Asian!
Coffee Shops
Rupanya ruas Surya Kencana tidak melulu menyuguhkan kuliner tradisional Bogor. iGeliat gerai kopi lokal juga merasuki wilayah ini. Saya hitung ada 3 coffee shops kekinian yang bisa saya temukan; Cyrano, Fanaticoffee dan Kopi Lalu. Kecuali Kopi Lalu yang hanya menyediakan kopi saja di ruang yang tidak terlalu besar, dua lainnya berkonsep resto & coffee shop. Sudah banyak reviewnya di dunia maya, silahkan digoogling.
Dari semuanya, kami sempatkan menghalau dahaga sekaligus lelah di Kopi Lalu. Letaknya pas di perempatan Gang Aut, titik di mana saya dan Rani sepakat menyudahi jalan kaki kami siang itu.
Foto Kanan: Pencitraan Rani masuk ke Cyrano yang sebetulnya masih tutup |
Hotel
The only hotel besar di kawasan ini. Letaknya kira-kira di tengah ruas Jalan Surya Kencana. Letaknya menjorok ke dalam, memberikan arena parkir yang cukup luas di halaman depan serta menjanjikan kenyamanan bagi tamu hotel karena tidak persis di sisi jalan.
Selain berada di muara kuliner khas Bogor, 101 Hotel juga menyuguhkan akses penuh pada kerlip lampu city view Bogor di malam hari.
Mural
Semacam hidden gems nemu mural di tengah Kota Bogor. Belum seartistik mural-mural ketjeh di Melaka atau Haji Lane siyy, namun lumayanlah.
Urban mural ini kami temukan di bagian tengah ruas Jalan Surya Kencana tak jauh dari Hotel 101. Seperti yang saya jelaskan di atas, di area ini tidak seriuh dekat Pasar Bogor maupun Gang Aut. Banyak rumah toko yang tutup menjadikan bagian ini lebih sepi. Diantara rumah-rumah toko dan gang-gang kecil itulah ada bagian pintu atau dinding yang dijadikan kanvas mural.
Mural di gang kecil |
Mural di pintu toko |
Penyusuran yang kami mulai sekitar pukul 8 pagi berakhir menjelang waktu makan siang. Ruas Surya Kencana yang panjangnya kira-kira 3Km kami tapaki dengan santai penuh obrolan "berbobot" diseling curhat.
Jalan-jalan tipis ini ternyata ampuh menghilangkan jenuh atas rutinitas. Selain puas hati ber-quality time dengan salah satu kawan blogger yang walau satu kota jarang bersua, saya pulang dengan memory card berisi foto-foto baru dan punya ide untuk nulis blog post (lagi) seperti yang sedang Readers baca ini! 😉
47 comments
Berharap smg rumah tua dg ukiran khas itu bertahan terus.
ReplyDeleteKita mempunyai harapan yang sama, Mba Otty. Semoga yaa...
Deletekomplit ya, kuliner dapat, heritage dapan juga yang lainnya. Ke Bogor belum pernah sih, malahan Jakarta juga belum. Mudah mudahan ada kesempatan kesana. Penasaran dengan kulinernya
ReplyDeleteSEmoga dimudahkan langkahnya bisa berkunjung ke sini, Mas ^_^
Deleteaku suka juga mbak Ratna main di Suryakencana, tapi belum nemu lho di mana itu mural2nya..., ada satu mural sih yang agak dekat dengan rumah tua Kapiten Tan itu...
ReplyDeleteaku suka nontonin tukang lumpia basah sama abang2 kaki lima he.. he..
nggak bosan2 ya main ke sini
Lumpia basahnya juwarak ya, mba Monda! One of the best, menurut anakku. Dia hobi banget beli ini.
DeleteAku nggak begitu tahu soal surken ini. Ya aku taunya memang surga kuliner aja. Namun kalau jeli, ternyata banyak keunikan lainnya ya.
ReplyDeleteMakasihblho mbak buat infonya :)
Sesekali berkunjunglah ke mari Mas, selingan ngga ke pantai melulu hehehe
DeleteBanyak sekali tempat makan di Surya kencana ini, tapi perlu kerja bakti untuk membuat masing-masing tempat makan jadi tempat yang nyaman untuk disinggahi.
ReplyDeleteMemang Perlu kerjasama semua pihak; mulai dari pemerintah hingga penjaja kulinernya juga. Semoga program yg digagas Pemkot sekarang bisa sukses. Ada keinginan dari pak walikota menjadikan daerah ini spt Chinatown Singapore. Semoga terwujud ya!
DeleteGw kalo habis main ke kebun raya selalu mampir ke sini. Apalagi kalo bukan cari kulineran khas Bogor. Gw suka tuh mampir ke soto kuning. Eh btw, alpokatnya minta gw borong deh, bagus-bagus banget...
ReplyDeleteHuhuhu
Bogor dari dulu femes akan alpukatnya lho...#ngasihtahu ^_^
Deleteaku paling seneng jajan street food di surya kencana kalau ke bogor, pilihannya banyak dan juga makanan-makanan yang sudah jarang sekali bisa ditemui
ReplyDeleteGAk salah juga jadi kawasan heritage ya?
DeleteKuliner khas bogor memang kudu dicoba. Belum pernah ke sana sihh semoga bisa lekas kesana
ReplyDeleteAamiin. Jika sudah kemari, silahkan puas dinikmati mas :)
DeleteSaya biasanya kesana kulineran. Ahhaa. Tapi Ada yg menarik soal Fenomena mural. Ga cuman di Bogor sajanlho. Di Kota lain di Jabar skrg semacam trend
ReplyDeleteAku sih termasuk yang pro ttg urban mural. Kesan kumuh kota berganti jadi atraktif dan nyeni. Apalagi jika gambarnya bagus :)
DeleteJalan Surya Kencana ini favoritku kalau berburu kuliner di Bogor
ReplyDeleteSegala macam jajanan ada di sana, dari sekedar cemilan hingga makan berat
Enak-enak semua pula. Kalau lewat sana, rasanya pengen beli semua
Favoritku jajanan jadul di salah satu toko, rasanya jadi bernostalgia klo masuk ke sana deh
Ada juga bapak penjual martabak yang legendaris itu di salah satu sudut, duh itu enaaaak banget martabaknya
Pokoknya semua enak
Sama, aku juga seringnya kalap kalo lihat jajanan pasar. Kenapa ya? Tapi they all looks tempting siih xixixixi #alasan
DeleteWahhh kami selalu suka beli jajanan kaki lima. Rasanya seru aja...
ReplyDeleteJajanan kaki 5 itu tiada duanyaaahhh. Kami sekeluarga pun suka ^_^
DeleteAh, post ini mengobati rinduku pada Surken..sekaligus pengen jalan2 di sana lagi..
ReplyDeleteJalan-jalan memang bikin kangen kok :)
DeleteSepertinya menarik untuk di kunjungi, sayangnya ga ada ulasan budget. Jadi bisa persiapan kalo mau ke sana
ReplyDeleteAh iya ya. nanti kalau nulis reportase macam ini, berikut info budgetnya Kang. Nuhun insight-nya ^_^
DeleteAku cuma bisa dihitung jari mampir ke Bogor. Karena mampir, aku engga tahu jalan apa. Wkwkwk...Btw, aku jadi tahu kuliner di situ. Macem² yah...
ReplyDeleteAku fokus banget sama sentar kulienrnya kak, apalagi pas toge goreng wkwk duh laper seketika masa haha. Btw, itu toge goreng yang terkenal bukan sik di Bogor kak?
ReplyDeleteBogor memang punya banyak spot wisata yang asik. Mulai dari kuliner sampai mural semua harus disusuri satu persatu.
ReplyDeleteHitung-hitung mengenali kota sendiri juga, mba. Banyak yang luput kalau dilewati di atas kendaraan. Dengan berjalan kaki, rasanya lebih berinteraksi dengan lingkungan #sokidealis ya?
DeleteSetujuuu banget mbakk, traveling itu ga harus yg gimana2, yg penting esensinya dpt. Kayak gini nih, aku jg suka melakukannya di kotaku mb ��
ReplyDeleteEfeknya sama kok. Yang penting niat dan bawa seneng aja mba Prita
DeleteSepemikiran dengan saya, Mbak. Saya suka gak sreg kalau lihat bangunan tua dirobohkan. Suka sedih lihatnya. Apalagi kalau bangunannya bagus.
ReplyDeleteSetiap kali ke Bogor, selalu aja hujan deras. Jadi mau ke sini batal melulu. Kayaknya kapan-kapan mau menginap di hotel 101 aja, deh
Artinya kalau mau ke Bogor, doa minta ga hujan, Chie biar bisa explore Surken hehe.
DeleteKalo jadi nginep di 101, kabar-kabari ya siapa tahu kita bisa mitap.
AKu lupa2 ingat yang mana tuh Jalan Surya Kencana hehehe. Pokoknya taunya kulineran Bogor yg enak aja :D Makanan APang tuh yg gimana ya? Itu ada kue 'Tete Mbah' segala ya. Soto mie Bogor udah pasti yummy biasanya sih. Bagus pemandangan peninggalan kolonial Belanda. Sambil foto2 ala tempo doeloe dan ada mural juga yang 3 wajah keren tuh.
ReplyDeleteSaya sendiri ngga terlalu hafal saking banyaknya kuliner provider, apalagi yg posisinya nyempil atau menjorok dalam gang. Tapi rata-rata emang enak jajanannya. Suka kalap sendiri lihatnya hahaha
DeleteWah kalo ke SurKen ngga pernah terlalu memperhatikan bangunannya, selalu eksplor makanannya karena berlimpah banget. Menuju ke arah roti unyil baru deh ada beberapa bangunan tua yang masih bagus terjaga. ^^ Salah satunya punya mentor fotografi saya yang ada ruang gelap untuk cuci foto sendiri. Keren deh.
ReplyDeleteKe arah Roti Unyil namanya sudah jadi Jalan Siliwangi. Dan saya malah baru tahu kalau ada mentor foto kamar gelap di sana.
DeleteDuuh... sate nya... bungkusin dong mbak.... wkwkkww
ReplyDeleteJadi pengen, ya? hahaha
DeleteWahh, aku mau dong jalan-jalan keliling Bogor begini Mbak kalau pas mudik Desember nanti, pengen eksplorasi juga terus foto-foto deh, kangen padamuuu...
ReplyDeleteMari kita janjian menapaki Surken, Dew. Jalan sambil ngobrol kayak gw dg Rani gini..^_^
DeleteMiss U too
yay seru halan2 berdua :D
ReplyDeletekalo aku bareng keluarga sering ke bakso titoti buat nostalgia tinggal di solo dulu wkwkwk
kalo pergi sendirian cukup jaya makmur dan grand udah bikin tangan pegel nenteng belanja krentilans perabot hihihi
Kamu mah belanja wae kalo ke Surken ya? hihi
DeleteTiap kali ke Bogor, dan jalan ke surken , aku slalu ya cuma kuliner mba. Pernah dulu, ajakin mama dan adekku, dari pagi, Ampe malam, kami cuma makan, pindah dari 1 resto ke resto lain :D. Dan itu puas bnagetttt sih.
ReplyDeleteSetelah baca ini aku baru sadar kalo surken banyak tempat2 uniknya :). Mungkin next ke Bogor, aku bakal nyempetin jg utk menikmati mural dan bangunan2 lamanya :)
Dari pagi sampe malem resto hopping pastinya puas banget itu, mbaa ^_^
DeleteMEmang ga cukup sebentar kalau mau explore semuanya. Next time, mural hopping ya :)
Ini sih daerah rumah aku.. emng keren spot buat foto.. apalgi klo weekend, rame nyaa minta ampun, tp wlpn aku warga asli snii, jarang2 aku brfoto didaerah surken 😅😅😅😅
ReplyDeleteHai ^_^
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya di blog ini.
Silakan tinggalkan komentar yang baik.
Mohon maaf, komentar anonim maupun yang sifatnya spam, tidak akan dipublikasikan.
Keep reading and Salam !