Ternyata mengambil foto di tengah kerumunan sangat berbeda dengan menjepret obyek diam. Selama ini seringnya memfoto orang-orang yang emang niat difoto alias foto narsis. Kalau orang yang mau difoto narsis to the max (hallah !) ga usah diperintah kadang udah nyosor gaya duluan. Hampir sama dengan memfoto pemandangan atau landmark di lokasi tertentu misalnya, karena obyeknya yang diem, justru kitanya yang harus aktif bergerak untuk cari angle yang baik.
Maka ketika lihat kerumunan manusia sebanyak itu untuk menonton Perayaan Cap Go Meh di Jl. Suryakencana, mendadak bingung. Kalo sampe ga dapet tempat yang strategis, bisa-bisa nanti yang kefoto cuma kepala-kepala hitam lautan manusia ajah. Akhirnya mata jelalatan cari tempat-tempat yang lebih tinggi sampe coba naik trotoar segala. Namun kurang puas karena pijakannya kurang solid, ngeri jatuh.
Maka ketika lihat kerumunan manusia sebanyak itu untuk menonton Perayaan Cap Go Meh di Jl. Suryakencana, mendadak bingung. Kalo sampe ga dapet tempat yang strategis, bisa-bisa nanti yang kefoto cuma kepala-kepala hitam lautan manusia ajah. Akhirnya mata jelalatan cari tempat-tempat yang lebih tinggi sampe coba naik trotoar segala. Namun kurang puas karena pijakannya kurang solid, ngeri jatuh.