My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management


Hi there!

It's been a while for me not posting an article about Blogging.

Kali ini saya mau sharing tentang template blogspot yang clean and simple.  

Jika ada yang bertanya, kenapa berbasis Blogspot, why not WordPress?  The anwer is why not? 😄

Well actually, itu samalah dengan kenapa makan bubur kok diaduk, gak diaduk aja donk.  Atau, mending mana antara jadi full time mom or wanita pekerja?

Buat saya, it doesn't matter whatever the choice is.  Daripada mendebatkannya, lebih baik cari tahu:

Share
Tweet
Pin
Share
75 comments
Yang tersisa dari sebuah perjalanan adalah kenangan.  Kenangan yang menjadi kumpulan cerita, untuk dibicarakan berulang kali tanpa rasa bosan.

Kenangan jualah yang kadang memicu kita untuk mengulang kembali sesuatu.  Entah perjalanan itu sendiri.  Atau sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan itu yang terkadang hanya untuk mengecap lagi sensasi yang pernah dirasa.

Seperti perjalanan Bangkok tahun lalu yang -seperti perjalanan lainnya- meninggalkan kesan yang masih kadang kami bicarakan.  Entah berkesan karena sempet nyasar pulang ke hotel akibat keliru ambil jalur BTS.  BTS adalah Bangkok Train Sky, semacam commuter line jika di Jakarta.  


Share
Tweet
Pin
Share
21 comments


Di salah satu edisinya, Kompas menuliskan Braga Weg atau Jalan Braga, seruas jalan kuno di pusat jantung Kota Bandung yang penuh romantika itu kini berada di persimpangan perabadaban akibat derasnya modernisasi perkotaan.  Jalanan yang membujur 700m dari utara ke selatan itu dipenuhi bangunan kuno kolonial Belanda tanggal 18 Juni 2017 lalu ternyata sudah berusia 135 tahun.  Tidak heran jika Braga Weg sekarang mejadi salah satu tujuan wisata nostalgia, terutama wisatawan asing.  

Ruas jalan ini muncul di tahun 1882 saat Asisten Residen Bandung Pieter Sijthoff mendirikan kelompok tonil bernama Toneelvereniging Braga.  Semenjak saat itu, nama jalan yang sebelumnya bernama Karren Weg (Pedati Weg).  Sedangkan Gedung tonil itu kini menjadi Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.  Konon, Jalan Braga adalah satu-satunya jalan di kota yang memiliki hari jadi dan galur sejarah.  Jalan yang sarat akan nilai budaya itu telah menjadi legenda.  

Harapan saat itu ialah Braga dijaga sebagai kawasan konservasi budaya, museum heritage, daerah pedestrian dan menjadi kawasan wisata eksotis khas yang melatarbelakangi kenangan akan Paris van Java.  Braga pun dikenal sebagai jalan eksklusif karena toko-tokonya mermiliki ciri khas, baik barang yang dijual maupun bentuk bangunannya.  Di jamannya dulu, tidak sembarang orang bisa berbelanja di pertokoan Jalan Braga ini.

Menurut literasi Sunda, nama Braga berasal dari kata ngabaraga yaitu berjalan benyusuri Sungai Cikapundung.  Berjalan menyusuri sungai disebut baraga.  Kata ngabaraga dapat diarartikan sebagai “memamerkan tubuh”.  Maka ngabaraga artinya “bergaya”, “nampang” atau mejeng.  Maka Braga menjadi tempat nampang dan menonton alias the place to see and to be seen.



Peter Sijthoff selain tidak bisa dipisahkan dari sejarah Braga, erat juga kaitannya dengan sejarah Kota Bandung yang kini berusia 208.  Dari semenjak menjabat sebagai Asisten Residen Priangan, beliau sudah mempunyai pandangan jauh ke depan untuk mengembangkan Kota Bandung yang awalnya eenkleine bergdessa (desa pegunungan) menjadi kottaje (kota kecil) hingga berlanjut menjadi kota besar yang dijuluki “Paris van Java” lewat komite yang dibentuknya.  Organisasi yang kemudian menjadi besar sesuai dengan perkembangan Bandung dikenal sebagai Bandoeng Vooruit (Bandung Besar). 

Organisasi inilah yang berjasa mengembangkan obyek pariwisata, bukan hanya Kota Bandung melainkan sampai ke Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Papandayan di Kabupaten Garut, 60 kilometer dari Bandung.  Merekalah yang melakukan penataan kota secara artistik dan menarik penuh pesona.  Karena itu, banyak pelancong berdatangan dari Eropa ke Bandung hingga kini.  Warisan itulah yang harus dipertahankan saat ini.  

***

Dan setelah sekian tahun, akhirnya beberapa waktu lalu saya dapat menyaksikan kembali warisan kemegahan kolonial yang masih berdiri di sepanjang jalan Braga.  Area pedestrian kelihatan rapih dan bersih minus sampah.  Thanks to Kang Emil -sang Walikota Bandung yang heits seantero dunia maya- yang tiada bosan mengubah kebiasaan baik warga maupun pendatang akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, matahari sudah menajamkan teriknya namun baru beberapa pertokoan di sepanjang Jalan Braga yang menunjukkan aktifitasnya, terutama restoran dan warung kopi kekinian.  Namun tak sedikit tempat yang baru akan dibuka untuk pengunjung menjelang senja hingga dini hari.  Mereka-mereka inilah tampaknya pemegang teguh 'warisan' jaman kolonial baheula Jalan Braga yaitu sentra hiburan malam Kota Bandung.




Sambil melangkah, saya arahkan kamera ke spot-spot yang tampak menarik.  There's nothing can defeat the beauty of vintage.  Jalanannya masih sempit, namun yang dulunya aspal sudah berganti menjadi semacam paving block.  Tersedia pula bangku-bangku taman di sepanjang trotoar.  Desain toko beragam, dari yang artistik dengan tema vintage  hingga gaya minimalis kekinian.  Semuanya berlomba mencoba exist di Jalan Braga yang memang tempatnya untuk melihat and dilihat. 

Keragaman lay out yang tak jarang unik membuat Braga kerap diabadikan para penggemar fotografi.  Dan tak heran jika kawasan ini sering dijadikan foto shot.  Mulai dari pre-wedding, shooting iklan hingga lokasi film.  Di siang itu pun, tidak hanya saya seorang yang berada di sana dengan kamera di tangan.  Sekelompok orang bahkan tak ragu dan malu untuk selfie dan wefie.  Negara ini memang sangat demokratis soal foto-memfoto 😀




Perlahan ingatan melayang kembali di saat di mana saya duduk di bangku sekolah dasar. Jika ke Bandung, kami selalu menginap di kawasan ini, tepatnya Hotel Braga.  Lokasinya tidak jauh dari pertokokan Sarinah Bandung.  Masih jernih dalam ingatan bentuknya hotel dua lantai dengan jendela-jendela menghadap jalan ke Jalan Braga.

Sarapan berupa nasi goreng lengkap dengan kerupuk udang yang besar serta ceplok dan teh manis akan diantar ke kamar tamu setiap paginya.  Jika hendak menginginkan air panas untuk minum, tamu hotel harus minta ke bagian dapur hotel.  Setiap kamar dilengkapi dengan bathub jadul dan teras.   Di teras itulah biasanya kami memanggil pedagang keliling jajanan yang lewat di depan hotel.  Suatu hal yang sulit dibayangkan apalagi dilakukan jaman sekarang; pedagang keliling masuk halaman hotel!   Siap-siap diomelin Security 😆

Malam harinya, kami biasa makan di Cikapundung.  Setelah sebelumnya menghabiskan sore di Jl. Asia Afrika atau sekitaran alun-alun dan Mesjid Raya Bandung.




Sayangnya setelah hampir satu jam menyusuri dua sisi Jalan Braga di siang itu, saya tidak bisa menemukan sama sekali jejak hotel seperti yang saya deskripsikan.  Sekeras apapun saya coba mengingatnya namun tak berhasil.  Mungkinkah kedua tempat historis itu sudah berubah fungsi atau bentuk?  

Saya tidak memberanikan diri untuk bertanya. Menilik dari orang yang lalu-lalang, tidak menjamin mereka penduduk lokal.  Pun dari usia, khawatir tidak ada yang cukup "tua" untuk dijadikan nara sumber guna memuaskan keingintahuan saya.  Apakah perlu saya bertanya pada orang-orang yang terlihat di beberapa toko tua?  Satu-dua memang nampak bangunan toko-toko yang sudah dimakan usia.  Tertatih berjualan diantara gerai penjual segala rupa kebutuhan atau restoran yang modern.  




Selain toko-toko yang sudah berusia lanjut, penjual lukisan di pelataran pedestrian mempertegas kenangan bahwa ini adalah Braga sebagaimana yang saya ingat dulu.  And it was so ironic, how those painting sellers can make myself into tears.

Lagipula napak tilas dadakan di Jalan Braga hari itu lebih merupakan suatu keputusan impulsif sebelum meninggalkan Bandung setelah penat oleh rally seminar siang-malam selama dua hari kemarin.  Last minute decision yang saya ambil demi mengobati kenangan masa kecil, di mana kami masih lengkap berlima; Apak-Mamah dan kami tiga bersaudara.  Di masa di mana liburan ke Bandung identik dengan menghabiskan waktu di sepanjang Braga.

Meskipun tak menemukan yang saya cari, akhirnya pencarian sepotong Braga saya cukupkan di hari itu.  Harus diakui ada kecewa yang akhirnya menjadi titik kekhawatiran sampai kapan Braga akan bertahan, mampukah bertahan dan tak tergerus jaman?

Mungkinkah hal yang sama dirasakan juga oleh para komunitas pecinta Kota Bandung akan alih fungsi tata kota dan bangunan historis kawasan Braga seperti berita yang pernah terbaca di salah satu media?

Bisa jadi.




Biarlah tempat-tempat yang saya sebutkan tadi hanya berjejak dalam ingatan semata. Karena selama saya ada, selama itu pula kenangan akan Jalan Braga abadi dalam ingatan sebagaimana kenangan akan Apak dan Mamah beserta orang-orang terkasih yang mengenalkan saya pada Bandung, akan selalu menghangatkan jiwa.

Memories are timeless treasures of the heart.


Share
Tweet
Pin
Share
14 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Me


          

recent posts

Popular Posts

  • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
  • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
  • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June 2025 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  June 2022 (2)
  • ►  2021 (12)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (3)
    • ►  June 2021 (2)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  February 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ►  2020 (7)
    • ►  December 2020 (2)
    • ►  October 2020 (1)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  March 2020 (1)
    • ►  January 2020 (1)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  October 2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (4)
  • ►  2018 (25)
    • ►  December 2018 (4)
    • ►  November 2018 (4)
    • ►  October 2018 (3)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (3)
  • ▼  2017 (18)
    • ►  December 2017 (5)
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ▼  August 2017 (3)
      • 9 Free, Clean & Simple Blogspot Themes For Your Blog
      • My Thai Bogor, Kuliner Thailand di Kota Hujan
      • Menggali Ingatan di Braga Weg
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (1)
  • ►  2016 (37)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (4)
    • ►  May 2016 (2)
    • ►  April 2016 (9)
    • ►  March 2016 (8)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (6)
  • ►  2015 (75)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (6)
    • ►  August 2015 (5)
    • ►  July 2015 (19)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (7)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (9)
    • ►  January 2015 (5)
  • ►  2014 (39)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  October 2014 (2)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  August 2014 (5)
    • ►  July 2014 (2)
    • ►  June 2014 (3)
    • ►  May 2014 (4)
    • ►  April 2014 (2)
    • ►  March 2014 (2)
    • ►  February 2014 (5)
    • ►  January 2014 (7)
  • ►  2013 (36)
    • ►  December 2013 (5)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  June 2013 (1)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (6)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (28)
    • ►  December 2012 (2)
    • ►  November 2012 (3)
    • ►  October 2012 (3)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (4)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  May 2012 (1)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  March 2012 (1)
    • ►  February 2012 (1)
    • ►  January 2012 (3)
  • ►  2011 (28)
    • ►  December 2011 (2)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (2)
    • ►  June 2011 (4)
    • ►  May 2011 (1)
    • ►  April 2011 (4)
    • ►  March 2011 (3)
    • ►  January 2011 (3)
  • ►  2010 (2)
    • ►  December 2010 (1)
    • ►  June 2010 (1)

Created with by BeautyTemplates