My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management



Welkom readers!

Perhatikan tidak, ada yang beda dengan www.mydairynote.blogspot.com?  You're right, tampilannya beda.  Theme blog ini berganti rupa.  It may not signifacantly seen perhaps it because  I keep using my favorite theme; clean & simple.  Persis seperti yang saya tulis tentang blogspot theme beberapa waktu lalu.

Blogspot theme yang saya pakai sekarang adalah Milana yang saya download free version dari www.beautytemplates.com/blogger-templates.

Dua hal berikut menjadi pertimbangan mengapa saya memilih free version theme padahal sebelumnya saya pakai theme berbayar.

Pertama,

Aktivitas blogging Saya masih dalam tahapan dimana belum memerlukan template blog yang canggih.  Walau begitu tampilan blog pengennya tetap stylish, supaya ngga "ketinggalan jaman."  

Walaupun blogspot sendiri memberikan opsi theme yang kekinian, sayangnya tidak ada pilihan yang sreg di hati.  Padahal keinginan saya juga ngga macem-macem; ada icon 'follow us' untuk sosmed, tampilan image thumbnail berikut sedikit keterangan dan drop down navigation menu.  

Kedua,

Saya pembosan.  Dari pertama ngeblog sekian tahun yang lalu sampai sekarang sampai lupa sudah berapa kali ganti template.  Sebetulnya lebih pada rasa iseng saya yang suka "gatel" ngoprek template.  Sok-sok-an coba coding CSS, HTML dan sebangsanya.  Padahal nggak jauh-jauh dari ganti warna, besar-kecilin font atau bongkar-pasang aneka widget yang ternyata ngga 'plag & play' di Blogspot sementara tinggal ceplak-ceplok kalo pake WP.  Nevertheless, I still heart you Blogspot! 😁

"Rugi" rasanya jika memilih theme berbayar namun pemakaiannya hanya sementara.

Lalu apa keistimewaan Milana theme ini?


Featured Post

Theme ini langsung menyuguhkan Recent Post kita sebagai Feature Post.  Jika sebelumnya saya harus mengaktifkan feature post secara manual, now I don't have to do that.  Artinya setiap postingan terbaru akan terpampang paling besar di laman ini. check #1!


Thumbnail Image

Jika recent post otomatis menjadi featured post, lalu bagaimana dengan nasib older post?  Older post akan tetap muncul; ditampilkan secara thumbnail image (biasanya sesuai gambar judul postingan) disertai cuplikan dari kalimat pertama paragraph awa.

Kombinasi keduanya sangat membantu Readers untuk memilih postingan mana yang akan dibaca.  Sebagai pribadi photographic memory, saya mengerti betul fungsi gambar pada tulisan.  Visual membantu menerjemahkan kondisi yang tidak tersampaikan oleh kata.

Keuntungan lainnya dari Thumbnail Image ini, saya tidak perlu lagi secara manual mengaktifkan Insert Jump Break.  Karena thumbnail akan otomatis memotong tulisan.  Theme pada Blogspot yang saya ketahui umumnya tidak melakukan ini.  Hal tersebut akan membuat satu postingan akan terpampang full.  Padahal kebiasaan Readers yang saya ketahui adalah quick scanning jika blog walking dan akan membaca tuntas pada tulisan-tulisan yang dianggap menarik atau yang diperlukan saja.  Am I right?

Maka settingan thumbnail image semacam ini as surely helps a lot.  check #3!

Hover Pin[terest] Icon

Walaupun theme tidak berbayar, namun icon Pinterest sudah diaktifkan [lihat gambar di bawah].


Jadi jika ada Readers yang berminat dengan foto yang ditemukan di blog ini [umumnya hasil jepretan saya sendiri *uhuk*] maka bisa langsung nge-Pin gambar tersebut.  Yeay!  check #3


Drop Down Navigation Menu

check #4 is the "yippi" ones!

Menerapkan menu nvaigasi yang friendly read rupanya merupakan hal yang tidak mudah dalam pembuatan desain blog yang efektif.

Terlalu banyak kategori bisa membingungkan pembaca.  Namun, sedikit pun bisa membuat Readers bertanya-tanya, apakah ada postingan yang terlewati atau memang cuma segini tulisannya?




Terbukti dari pengalaman sendiri.  Perjalanan blogging baru beberapa tahun saja sudah membuat kategori dalam blog ini beranak-pinak hingga sempet kewalahan mengaturnya.  Sejumlah jenis kategori jika ditampilkan (baik secara cloud maupun listed) ternyata membuat 'sesak' tampilan blog. Itupun dengan mencoba diletakkan di tempat yang berbeda;  side bar maupun footer.  Tetap saya gak puas.

Di situ saya sendiri malas melihat blog sendiri.  Ownernya aja males lihat, gimana yang lain?  

BTW, pernah mengalami hal ini?

Karena itulah menu drop down navigation jadi solusi terbaik.  Menyembunyikan kategori yang tidak sedikit sambil tetap menyajikan blog yang enak dilihat.



Lain-lain

Pada footer setiap artikel, sudah tersedia sharing icon FB, Twitter, Pinterest dan G+.  Sooo kekinian *wink-wink*

Masih di bagian bawah (footer) postingan, ada pilihan ke Newer Post dan Next Post.  Navigasi yang pastinya memudahkan Readers; akan melanjutkan ke artikel yang mana.

Sudah tersedia pula Go Up icon.  Seringkali kita ingin kembali pada bagian awal tulisan.  Nah, icon ini memudahkan aktivitas pencarian Readers.  Cukup dengan menekan icon tersebut (ditandai dengan tanda panah mengarah ke atas) maka screen langsung kembali ke bagian paling atas. 

Untuk fitur lain yang standar seperti Blog Archive dan About Me (Tentang Saya), menurut saya fungsi yang blogspot sekarang sediakan sudah cukup mumpuni.  It is just for the shake of filing after all.

Intinya, memilih template blogspot sebaikan sesuaikan dengan kebutuhan.  Walau tidak jarang penetapan template karena faktor visual a.k.a kadung terkesima dengan tampilan, nggak ada salahnya kan jika teliti lagi fitur-fitur tiap template.

Kelemahan template premade yaitu tidak 100% menjawab semua yang kita perlukan.  Kalau mau seperti itu pilihannya hanya satu; memesan template blog pada web desainer alias custom template.  Mirip seperti memesan baju.  Ada konsekuensi biaya di sana.

Pertanyaannya; apa iya ngeblog perlu investasi ?  The answer is all yours.

Jadi itulah pertimbangan saya hingga akhirnya memilih template Milana untuk blog ini.  Seperti yang saya katakan di atas, memang tidak sepenuhnya memenuhi yang dibutuhkan.  Namun gap tersebut justru membuat saya belajar hal baru yaitu: coding!

Bagaimana emak gaptek belajar sendiri coding [basic coding lho, ya!], saya sharing di postingan berikut.

Keep in touch!















Share
Tweet
Pin
Share
25 comments




Suka jalan blusukan dengan tema vintage sekaligus icip-icip makanan?  Nah, Sabtu tanggal 18 November 2017 kemarin, saya dan beberapa teman dari Asinan Blogger melakukannya.

Tertarik dengan flyer Food Tour Jakarta yang saya peroleh dari salah satu orang, saya iseng lempar ke grup teman-teman Asinan Blogger and surprisingly, piknik ngga syantik ini banyak peminatnya.

Kenapa saya bilang "piknik ngga syantik"?  Karena ada beberapa destinasi yang disebutkan dalam flyer tersebut jauh dari cantik.  Notabene lokasi tersebut berada dalam kawasan padat penduduk seputaran Glodok sana.

Yup; karena jalan-jalan kali ini adalah Food Tour Jakarta Old Cina Town - Glodok dengan rute Pantjoran Tea House, Deretan Toko Obat, Petak Sembilan, Vihara Dharma Bhakti, Gereja St. Maria de Fatima, Gang Kali Mati dan Es Kopi Tak Kie.



Image from http://www.nowjakarta.co.id/reviving-old-town-charm-at-pantjoran-tea-house


Share
Tweet
Pin
Share
30 comments
Yen tak itung-itung, di tahun 2017 ini ternyata saya sudah tiga kali menjejak Jogjakarta.  Ketiganya dilakukan untuk occasion yang berbeda dan teman pergi yang nggak sama pula.

Kesamaan dari ketiga kunjungan adalah; mencoba kuliner lokal yang sedang hits plus mendatangi tempat wisata yang sedang 'in'.  Dari semua tempat yang dikunjungi, ada satu yang catch my attention.  Satu tempat unik yang saya datangi bersama rombongan teman-teman SMA.

Bagian Teras
















Mulanya saya senang hati saat rombongan diarahkan ke Kota Gede.  Mendengar namanya saja sudah membubungkan khayal akan lorong-lorong kota beraroma vintage.  Pastinya asik untuk foto hunting.  Namun khayalannya langsung terjerembab saat salah satu teman membisikkan bahwa tujuan kali ini adalah butiknya Lulu Lutfi Labibi.  Lho, jalan-jalan kok ke butik, emang ada yang mau shopping?


Lesehan di teras, serasa di rumah sendiri


Lagipula, siapa pula itu Lulu?  Lo nggak tahu, Na?  Itu lho, perancang baju yang terkenal.  Teman yang lain ikut menambahkan keterangan tentang orang yang dimaksud.  Still, I have no idea 😁

Begini salah satu resiko bepergian dalam rombongan.  Tidak mudah menyatukan keinginan, menyelaraskan ide.  Yowis, nikmati saja.


The Rumpies ^_^
Di kejauhan sana adalah mulut gang, Pasar Kota Gede

Hingga akhirnya shuttle bus berhenti di jantung Kota Gede.  Tak jauh dari pasar yang jalannnya pas untuk dua mobil, kendaraan kami berhenti.  Rupanya lokasi yang dituju masih harus ditempuh dengan jalan kaki.  Kami masuk ke sebuah gang yang lebarnya hanya cukup dilewati oleh satu kendaraan roda empat.  Ukuran yang terlalu kecil untuk shuttle bus yang kami pakai siang itu.


Sebelah kiri ruang display, sebelah kanan galeri

Di sepanjang gang, saya lihat aneka warna dan bentuk jendela serta pintu.  Jalanan yang kami lewati pun relatif bersih, no sampah dan bebas bau pesing sebagaimana yang sering dijumpai di 'jalanan gang'.  Bukti jika penduduk setempat menjaga benar kebersihan lingkungan.  Saat berjalan kaki itulah saya merasakan Jogja sebagaimana yang saya tahu.   Sesekali kami harus menepi, memberikan akses bagi pengendara motor yang melintas.

Rasanya tak jauh kami melangkah dari pinggir jalan, penglihatan langsung dihadapkan dengan tanah lapang -mungkin hampir sepertiga lapangan sepak bola- berikut deretan rumah joglo dengan ukuran besar di bagian belakangnya.  Bentuk tanah yang demikian rupa biasanya disebut ngantong.  Ada sebagian orang meyakini, model tanah seperti ini mendatangkan hoki bagi pemiliknya.  Wallahu alam.

Rombongan bergerak ke arah kiri lapangan.  Di sebelah kiri berdiri beberapa bangunan,  Bentuknya tidak besar dengan desain yang tidak kekinian.  Kesan teduh langsung menyambut mata karena selain memang dirimbuni banyak pepohonan, material kayu menguatkan suasana teduh yang diinginkan.  Teduh dan homy, tepatnya.  Well, begitu sih yang saya rasakan.




Sebagain dari kami ada yang mengarahkan langkah ke sebelah kanan.  Langsung lesehan di meja-meja rendah yang ditata rapih pada pelataran sebuah rumah joglo yang luas.  Nampak piring berisi jadah dan kacang dibungkus plastik dalam toples kaca bening model jadul.  Toples yang melemparkan ingatan akan toples milik mbah saya, dulu.

Di saat itulah saya baru menyadari jika rumah sekaligus butik ini ternyata unik.  Rupanya keunikan rumah Lulu ini sudah diketahui khalayak terutama penggemar karya-karya Lulu.  Waalaah, ketahuan kurang gaulnya, nih!

sumber foto: instagy.com/user/lululutfilabibi/media/3


Sumber foto: dewimagazine.com
Setiap bangunan memiliki desain dan peruntukan yang berbeda.  Bangunan yang terlihat di sebelah kiri tadi rupanya salah satu ruang kerja sang desainer.  Bersebelahan dengan bangunan tersebut, yang berupa teras, tempat biasa Mas Lutfi menerima tamu-tamunya.



Salah satu rumah di Kampung Pekaten

Nggak cuma di situ.  Bagian dalamnya makin unik.  Ruang display baju karya sang desainer dibiarkan bebas bergantungan di sebuah ruangan panjang yang kaya sinar matahari karena sebagian ruangnya full kaca.  Di seberang ruang display terlihat ruang galeri.  Dua ruangan tersebut dipisahkan oleh kolam panjang berisi teratai.   Sebuah jembatan kayu kecil menghubungkan keduanya.

Tenggelam dalam rasa penasaran akan uniknya rumah tersebut, saya memilih untuk menjelajah area di sekitaran sementara kawan-kawan lain sibuk memilah pakaian sang perancang.



Masih (salah satu) rumah di Kampung Pekaten


Kembali ke bagian muka dan melintasi lapangan di muka rumah joglo yang diperuntukan sebagai restoran, indra penglihatan saya tertumbuk pada bangunan lain di seberang lapangan.  Walaupun bukan joglo, tapi sama  menyuguhkan nostalgi akan rumah lama.  Lagi-lagi mereka menjadi korban bidik kamera saya.





Entah berapa lama saya habiskan, mengeksplor lingkungan di sekitaran rumah sang desainer.  Saking asiknya membidik, saya sampai lupa waktu dan kehilangan kesempatan wefie bareng sang perancang di akhir kunjungan hari itu.  Belakangan saya baru tahu jika mas desainer yang membumi itu adalah langganan selebrities ibukota.  Yaahh, walau tak membeli hasil rancangnya, minimal saya  punya jejak rekam pernah berfoto bersama sang pemilik butik.

Jika wajah beberapa teman sumringah karena membawa karya Mas Lutfi.  Hati saya membuncah  karena berhasil menyimpan sepotong kecil wajah Kota Gede dalam flash disk kamera.  What a lovely surprise!

Jogjakarta seakan tidak pernah lelah memberikan kejutan.  Acapkali saya ke kota ini, selalu ada yang baru disuguhkan untuk memanjakan; tidak saja indra pengecap tapi juga mata bahkan emosi.  Kejutan yang kadang berani tampil mandiri, tak jarang sembunyi dan harus kita cari terlebih dahulu.  Seperti rumah butik unik Lulu Lutfi Labibi yang seolah tertimbun keriuhan Pasar Gede, di dalam gang dan tanpa penunjuk bahwa di dalam Kampung Pekaten, ada suasanan asri yang menyegarkan.


_________



====

Trivia fact:
- Lulu Lutfi Labibi is one of talented Indonesian designer, origin from Jogjakarta, first winner of Lomba Perancan Mode (LPM) 2011.
- He is known for his draping techniques, similar with Japanese style.  He is using local cloth such lurik, batik or mix of both.  His creations is allowing his customer for mix & match even it is not a pair.
- For further, visit his fan page https://www.facebook.com/lulu.lutfilabibi


Share
Tweet
Pin
Share
32 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Me


          

recent posts

Popular Posts

  • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
  • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
  • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June 2025 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  June 2022 (2)
  • ►  2021 (12)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (3)
    • ►  June 2021 (2)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  February 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ►  2020 (7)
    • ►  December 2020 (2)
    • ►  October 2020 (1)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  March 2020 (1)
    • ►  January 2020 (1)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  October 2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (4)
  • ►  2018 (25)
    • ►  December 2018 (4)
    • ►  November 2018 (4)
    • ►  October 2018 (3)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (3)
  • ▼  2017 (18)
    • ►  December 2017 (5)
    • ▼  November 2017 (3)
      • Tips Memilih Template Blogspot
      • Jakarta Food Traveler; Mengenal Kuliner Peranakan ...
      • Rumah Unik Butik Lulu Lutfi Labibi
    • ►  October 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  August 2017 (3)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (1)
  • ►  2016 (37)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (4)
    • ►  May 2016 (2)
    • ►  April 2016 (9)
    • ►  March 2016 (8)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (6)
  • ►  2015 (75)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (6)
    • ►  August 2015 (5)
    • ►  July 2015 (19)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (7)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (9)
    • ►  January 2015 (5)
  • ►  2014 (39)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  October 2014 (2)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  August 2014 (5)
    • ►  July 2014 (2)
    • ►  June 2014 (3)
    • ►  May 2014 (4)
    • ►  April 2014 (2)
    • ►  March 2014 (2)
    • ►  February 2014 (5)
    • ►  January 2014 (7)
  • ►  2013 (36)
    • ►  December 2013 (5)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  June 2013 (1)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (6)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (28)
    • ►  December 2012 (2)
    • ►  November 2012 (3)
    • ►  October 2012 (3)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (4)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  May 2012 (1)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  March 2012 (1)
    • ►  February 2012 (1)
    • ►  January 2012 (3)
  • ►  2011 (28)
    • ►  December 2011 (2)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (2)
    • ►  June 2011 (4)
    • ►  May 2011 (1)
    • ►  April 2011 (4)
    • ►  March 2011 (3)
    • ►  January 2011 (3)
  • ►  2010 (2)
    • ►  December 2010 (1)
    • ►  June 2010 (1)

Created with by BeautyTemplates