Semenjak kepergian ayah saya empat tahun lalu karena kanker tulang yang dideritanya, saya jadi punya perhatian lebih akan penyakit ini. Dimulai dengan mencari tahu hal-hal apa saja yang bisa menjadi pemicu penyakit kedua mematikan sedunia setelah kelainan jantung (WHO-2015).
Ternyata ada banyak penyebab kanker, tergantung dari varian kanker yang diderita. Masih menurut catatan WHO; ditemukan bahwa 1 dari 3 kasus kematian yang disebabkan oleh kanker disebabkan karena lima hal berikut; indeks massa tubuh yang tinggi, asupan buah dan sayuran yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan tembakau dan terakhir adalah konsumsi alkohol.
Semasa hidupnya -terutama saat usia mudanya- almarhum ayah memang perokok aktif. Setelah pensiun, frekuensi merokok menurun tapi tetap tidak berhenti total. Apakah kebiasaan tersebut memicu transformasi sel-sel normal tubuhnya bermetastase menjadi sel kanker? Wallahu alam.
Karena metastase yang dialami oleh almarhum ayah saya adalah kanker tulang. Bukan menyerang paru-paru jika memang itu disebabkan oleh rokok yang lekat dengan sistem pernafasan.
Terlepas dari itu semua, saya jadi paranoid dengan asap rokok. Jika dari jauh terlihat kerumunan orang merokok, saya memilih menghindar. Jika ada teman atau kerabat yang merokok, saya akan menjauh selama mereka menikmati batang-batang putih sepanjang 9cm (keinget pusinya Pak Taufik Ismail 😎) untuk kembali bergabung setelah acara hisap-hisapan asap usai.
Belum berhenti sampai di situ. Saya sampai meniadakan keberadaan asbak di dalam rumah. Adanya asbak di dalam ruangan sama artinya dengan memfasilitasi. Dan sejauh ini alhamdulillahnya suami sudah berhenti merokok selama 12 tahun. Bagaimana jika ada tamu yang ingin merokok? Dengan halus akan 'diarahkan' untuk melakukannya di teras halaman rumah 😉
Terlalu ekstrim? Mungkin. Tapi itu berangkat dari sebuah kesadaran yang mengkristal lewat fase paling menyedihkan dalam hidup saya bahwa hanya dalam hitungan bulan, sel-sel agresif itu dapat merangsek tubuh tua ayah saya.
Alhasil, seusai periode yang menjungkir-balikkan emosi dimulai dari vonis dokter, malam-malam yang panjang di rumah sakit, untaian doa yang tak usai hingga kini, serta air mata; maka sepanjang saya bisa menjauhkan faktor pemicunya, sejauh itu pula saya akan mengupayakannya demi terhindar dari kanker yang sudah menelan korban hampir 9 juta manusia di seluruh dunia (WHO-2015).
Sayangnya sama seperti paparan polusi asap kendaraan, virus yang kasat mata, zat pengawet pada makanan; asap rokok ternyata termasuk kategori radikal bebas yang sulit untuk dihindari.
Ternyata ada banyak penyebab kanker, tergantung dari varian kanker yang diderita. Masih menurut catatan WHO; ditemukan bahwa 1 dari 3 kasus kematian yang disebabkan oleh kanker disebabkan karena lima hal berikut; indeks massa tubuh yang tinggi, asupan buah dan sayuran yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan tembakau dan terakhir adalah konsumsi alkohol.
Semasa hidupnya -terutama saat usia mudanya- almarhum ayah memang perokok aktif. Setelah pensiun, frekuensi merokok menurun tapi tetap tidak berhenti total. Apakah kebiasaan tersebut memicu transformasi sel-sel normal tubuhnya bermetastase menjadi sel kanker? Wallahu alam.
Karena metastase yang dialami oleh almarhum ayah saya adalah kanker tulang. Bukan menyerang paru-paru jika memang itu disebabkan oleh rokok yang lekat dengan sistem pernafasan.
Terlepas dari itu semua, saya jadi paranoid dengan asap rokok. Jika dari jauh terlihat kerumunan orang merokok, saya memilih menghindar. Jika ada teman atau kerabat yang merokok, saya akan menjauh selama mereka menikmati batang-batang putih sepanjang 9cm (keinget pusinya Pak Taufik Ismail 😎) untuk kembali bergabung setelah acara hisap-hisapan asap usai.
Belum berhenti sampai di situ. Saya sampai meniadakan keberadaan asbak di dalam rumah. Adanya asbak di dalam ruangan sama artinya dengan memfasilitasi. Dan sejauh ini alhamdulillahnya suami sudah berhenti merokok selama 12 tahun. Bagaimana jika ada tamu yang ingin merokok? Dengan halus akan 'diarahkan' untuk melakukannya di teras halaman rumah 😉
Terlalu ekstrim? Mungkin. Tapi itu berangkat dari sebuah kesadaran yang mengkristal lewat fase paling menyedihkan dalam hidup saya bahwa hanya dalam hitungan bulan, sel-sel agresif itu dapat merangsek tubuh tua ayah saya.
Alhasil, seusai periode yang menjungkir-balikkan emosi dimulai dari vonis dokter, malam-malam yang panjang di rumah sakit, untaian doa yang tak usai hingga kini, serta air mata; maka sepanjang saya bisa menjauhkan faktor pemicunya, sejauh itu pula saya akan mengupayakannya demi terhindar dari kanker yang sudah menelan korban hampir 9 juta manusia di seluruh dunia (WHO-2015).
Sayangnya sama seperti paparan polusi asap kendaraan, virus yang kasat mata, zat pengawet pada makanan; asap rokok ternyata termasuk kategori radikal bebas yang sulit untuk dihindari.
Radikal Bebas
Lalu, apakah radikal bebas itu?
Okey, kita kembalikan ingatan pada pelajaran biologi jaman sekolah dulu nih.
Dari hasil browsing sana-sini, singkatnya radikal bebas adalah molekul tubuh yang tidak seimbang. Harusnya dia berpasangan. Karena molekul tersebut memiliki lebih atau kurang dari satu elektron, menjadikannya tidak stabil. Hmm, mirip manusia ya? Harus berpasangan 😁
Agar seimbang, si molekul tubuh akan mencuri atau memberikan elektron yang dimilikinya ke molekul lain. Akibatnya struktur kimia (DNA) si molekul akan berubah sehingga timbul sel baru yang mutan.
Di saat radikal bebas menyerang molekul lain, molekul yang awalnya netral akan diubah menjadi radikal. Proses ini mengakibatkan reaksi berantai yang dapat menyebabkan kehancuran sel. Tidak heran, penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas tergolong kronis. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar suatu penyakit tersebut menjadi nyata.
Selain kanker; gangguan pada jantung, alzeimer adalah contoh penyakit yang dianggap bertanggung jawab atas radikal bebas. Penuaan dini disebabkan sel baru yang tumbuh tidak sempurna sebagai akibat DNA yang rusak.
Walau begitu, radikal bebas juga penting lho. Kemampuan tubuh mengubah udara dan makanan menjadi energi, ternyata bergantung pada reaksi berantai dari radikal bebas. Selain kekebalan tubuh dan menyerang zat asing yang masuk ke tubuh kita.
Apa yang harus dilakukan untuk menangkal bahaya radikal bebas?
Adalah antioksidan, molekul dalam sel yang dapat mencegah radikal bebas mengambil elektron. Sehingga radikal bebas tidak menyebabkan kerusakan sel. Keberadaan antioksidan ini mengendalikan jumlah radikal bebas dalam tubuh kita.
Sesungguhnya tubuh manusia dapat menghasilkan antioksidan namun jumlahnya seringkali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Atau, tubuh tidak memiliki persediaan zat pemicu untuk menghasilkan antioksidan yang dibutuhkan. Pada kondisi seperti inilah, manusia membutuhkan antioksidan dari sumber luar.
Glutathione merupakan salah satu antioksidan yang sangat kuat. Tubuh manusia dapat menghasilkan zat ini asalkan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg terpenuhi.
Selain vitamin C, ternyata dalam sehari tubuh butuh kandungan 3.000 ORAC atau Oxygen Radical Absorbance Capacity sebagai anti oksidan alami untuk tubuh atau setara dengan konsumsi buah-buahan dengan porsi masing-masing sebagai berikut.
Bayangkan jika dalam sehari kita harus melahap buah-buahan sebanyak itu. Beneran sanggup? Padahal kita semua maklum dengan life style jaman now yang serba cepat, makanan pun lebih sering disajikan instan. Banyak dari kita yang cenderung mengonsumsi fast food dibanding makanan berserat macam sayuran apalagi buah-buahan.
Namun berkat Ester-C Plus dari CNI, kita sudah dapat memenuhi kebutuhan ORAC tersebut dengan mengonsumsi 1-2 tablet per harinya (lihat aturan pakai). Manfaat lainnya adalah menjaga daya tahan tubuh. Nah, ini penting banget apalagi bagi yang punya aktivitas padat setiap harinya.
Namun berkat Ester-C Plus dari CNI, kita sudah dapat memenuhi kebutuhan ORAC tersebut dengan mengonsumsi 1-2 tablet per harinya (lihat aturan pakai). Manfaat lainnya adalah menjaga daya tahan tubuh. Nah, ini penting banget apalagi bagi yang punya aktivitas padat setiap harinya.
Tidak hanya mudah dikonsumsi, cara mendampatkannya pun tidak sulit. Akses saja www.geraicni.com untuk memilih apakah akan membeli Ester-C Plus dalam kemasan botol atau strip isi 40 tablet. Lalu klik sesuai pilihan, bayar dan tunggu hingga pesanan Anda diantar di rumah. Mudah bukan?
Ternyata menjaga daya tubuh dari radikal bebas bisa kita upayakan dari hal yang sederhana, ya.