My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management



Assalamu alaikum Readers!

Yes, I'm back (again).  Setelah libur update blog semenjak bulan September, here I am now dengan postingan fotografi persisnya tentang editing.

Mengapa editing?

Bisa jadi ini merupakan akibat dari belakangan sering ngedit foto, jadinya terpikir untuk sharing pengalaman tentang foto editing.

Mulanya saya berpikir foto ciamik merupakan hasil jepretan paripurna seorang fotografer; kombinasi prima antara kemampuan teknis si pemotret, penguasaan atas kamera dan kualitas kamera itu sendiri.  Fotografer atur settingan kamera, jepret langsung jadi deh foto keren.

Ternyata ada hal lain yang luput dari radar saya yaitu proses editing.  Ada proses editing walau sedikit.  Diibarakant manusia; sudah cantik semacam Raisa atau Sofia Latjuba, masih perlu bubuhi make-up walau tipis.  

Secara bahasa, edit bisa berarti merubah, memodifikasi.  Artinya foto yang kita lihat sebagai hasil akhir, bisa jadi bukan jepretan orisinil dan sudah ada "campur-tangan" editing.

Jadi, edit foto itu diijinkan?  Jawabnya adalah IYESS!

Hasil menggali ilmu di beberapa workshop fotografi yang saya ikuti, para narsum selalu menyampaikan materi tentang editing selain tentang teori fotografi.  Masing-masing mempunyai aplikasi favorit berikut teknik editing yang dikuasai di mana hasilnya menjadi ciri khas karya mereka.

Sesungguhnya, apakah yang dimaksud dengan proses editing? 

Pengertian mudah untuk editing  adalah "memperbaiki kesalahan" eksposur dasar (ISO-Aperture-Shutter) yang luput kita lakukan dengan benar di kamera.  Dengan kata lain, editing merupakan proses perbaikan setelah "proses" pemotretan, maka lazim juga dikenal sebagai post-editing.

Semacam touch up make-up gitulah.


Editing dengan VSCO photo editor

Yang harus sering-sering ditanamkan dalam benak bahwasanya post-processing bukanlah pengganti kerja kamera yang bagus, meskipun kadang dapat meningkatkan hasil kinerja kamera. 

Bahkan seorang Darwis Triadi pun mengingatkan "Saat memotret, jangan berpikir untuk mengedit foto karena setiap operational system aplikasi editing itu tiada bedanya.  Jika bergantung pada aplikasi editing, foto yang dihasilkan tidak akan punya ciri khas."

  1. Lihat perbedaan antara gambar yang over expossed dan under expossed.  Lalu putuskan seperti apa tingkat exposure yang benar (atau diinginkan).
  2. Pahami white balance di mana warna putih terlihat putih, sebagaimana mestinya.  Bukan kuning atau biru atau oranye.
  3. Lihat kontras antara gelap dan terang.
  4. Perhatikan level of noise

Pasca-pemrosesan pada akhirnya merupakan pilihan pribadi.  For the shake of simplicity, biasanya setting editing ini dibikin standar.  Setiap kali buka aplikasi editingnya, by default sudah siap pakai.    Tak jarang jadi elemen yang mendasar dari gaya pribadi "editing" seseorang.  Atau biasa disebut preset.  

Terlebih jika Anda penggiat Instagram, I believe you know what I'm talking about 😊

Salah satu faktor akun IG seseorang disenangi banyak orang adalah jika feed-nya rapih, hasil jepretannya baik.  Plus -ini gak wajib walau nice to have- theme yang senada.  Theme yang memanjakan mata biasanya dicari orang.  Dan bagi yang nggak mau ribet ngedit or even oprek-oprek edit aps, opsinya adalah beli present.  Hal itu membuat preset jadi ladang bisnis yang menjanjikan.

Saya sendiri punya kecenderungan akan tone tertentu namun tidak ngoyo.  Dalam artian lebih menyukai hasil jepretan sebagaimana aslinya.  Hingga sekarang masih setia dengan pakem, ngedit seperlunya aja.  Seperti naikin or turunin brightness.

However, there is no Wright or Wrong in creativity.
Rute apa pun yang Anda ambil hanyalah bagian dari gaya pribadi Anda, bagian dari tumbuh-kembang kita dalam berkarya.

Selamat motret!



Share
Tweet
Pin
Share
3 comments



Mirip dua sisi mata uang, dibalik "happiness" sebuah perjalanan, ada hal-hal yang kurang tidak menyenangkan.  6 hal kehilangan yang saya rasakan dan sukses bikin kangen saat meninggalkan rumah.


1. Family Time

Wajar banget jika saya tulis ini di nomor urut satu.  Terbiasa bepergian berempat [baca paksu + 2 anak], rasanya dunia hampa jika terpaksa solo travelling.  Hallagh!  Cara saya mengatasi rasa kangen pada mereka, saya kupas tuntas di sini.


2. Favorite Food

Dimulai dari hal yang paling mudah; makanan halal.  Iyep, bener banget.  Jangan bahas soal menu atau rasa karena jika sudah kepepet, dua hal tadi jadi less priority , siiist.

Ketidaktahuan kadang menyesatkan.  Termasuk ketidakpahaman akan makanan daerah yang kita kunjungi.  Padahal tak jarang kuliner adalah pemicu utama keinginan mengunjungi suatu tempat.  Bagi saya yang seneng icip-icip kuliner lokal di tempat jajanan kaki lima, faktor ini jadi pe-er besar.

Nemu makanan halal ditengah rasa lapar yang mendera plus ketidakpahaman akan lokasi di mana kita berada saja sudah jadi stressor tersendiri yang harus di-manage.  

Tak jarang saya mengalami kejadian yang membayangkannya saja gak pernah!.

Mengabaikan etika plus malu sesudah memutuskan untuk hengkang di salah satu restoran Kota Hanoi saat lihat menu yang disajikan ternyata didominasi olahan "sapi kaki pendek" padahal sudah duduk manis dan ready to order, pernah saya lakukan.

Baca juga Bangkok Street Food; Eat Like Local

Sempet emosi di Singapura karena dihela -tepatnya diusir- oleh seorang pria yang jika ditilik dari pakaiannya menandakan dia seorang koki.  Padahal alasan saya melangkah masuk ke sana karena melihat seorang wanita muda berhijab [mungkin pelayannya?] sedang membereskan etalase tokonya yang berisi aneka menu layaknya yang banyak dijual di restoran Melayu.

Apakah si chef tadi bermaksud memberitahu bahwa makanan yang dijualnya tidak halal namun cara dia memberitahukannya dengan gesture yang tidak elegan?  Wallahu alam.

Lain halnya pengalaman di Philipina.

Keliling bolak-balik di salah satu mall di Manila demi mencari makanan halal padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 malam waktu setempat pun dijabanin.  Akhirnya menyerah pada ayam goreng Sang Kolonel janggut putih berkacamata jua.  Baca basmallah.

Sempet syedih hati di Korea.

Cuma bisa nonton aneka macam street food saat kluyuran malam di Myeong-Dong .  Padahal semua penampakannya menggiurkan, sayangnya timbul perasaan ragu untuk mencoba.  Bersandar pada ajaran yang mengatakan kalau ragu lebih baik tinggalkan, alih-alih jajan saya sibukkan diri memotret riuhnya penjaja kuliner kaki lima ala Negeri Ginseng.  Itupun sambil nelan ludah berkali-kali 😂!!


Baca juga My Korean Food Adventure

Etapi perjalanan di negeri sendiri pun bukan berarti tak pasang mata-telinga lho ya, khususnya saat berkunjung di daerah dengan penduduk minoritas muslim.    Contohnya saat ke Bali.  Berangkat dari rasa penasaran, saya sempat bertanya pada supir taksi bagaimana caranya membedakan rumah makan yang halal dengan non-halal.  

Begini jawabnya; "Biasanya warung makan yang pakai tulisan Jawa Timur atau Malang itu bisa dimakan [maksudnya halal], Bu."

"Tukang bakso gerobak yang ada Jawa Timurnya  itu juga boleh.  Kalau ngga ada tulisan Jawanya, jangan dibeli, Bu"  imbuhnya lagi.  Kenapa mesti Jawa Timur?  Karena notabene banyak pendatang berasal dari daerah tersebut yang mencari nafkah di Pulau Dewata.

Singkatnya pasang radar baik-baik di mana pun kaki melangkah.


3. Suara Azan

Harus saya akui, acap kali mendengar azan berkumandang, yang terlintas adalah waktu kok cepet banget berlalu.  Bagi muslim, suara azan adalah panggilan untuk salat lima waktu.  Selain tanda tibanya salat lima waktu, buat saya, azan adalah penanda waktu yang ampuh.  Tanpa melihat jam, saya bisa mengira-ngira waktu.  Ngga mesti persis namun tak meleset jauh.

Lain cerita saat berada di daerah yang minim atau tak terpapar suara azan.  Apalagi jika beda zona waktu pulak.  Matahari masih kelihatan, anehnya mata sudah sepet dan berkali tak kuasa menguap kantuk.  Pas lihat jam, lhoo, kok sudah malam.  Pantes ngantuk 😮

Cerita tentang azan, saya pernah pergi ke daerah Indonesia bagian Timur.  Rasanya baru tidur sebentar, ehh sudah terdengar azan.  Melirik jendela kamar yang gordennya sengaja tak ditutup rapat, di luar masih menyisakan gelap.  Cek penunjuk waktu di telepon genggam, tinggal beberapa menit menuju pukul 4 pagi!  Saya lupa kalau di sini waktu Subuhnya lebih cepat hehehe.

Seringnya saat berada di tempat yang minim [atau gak ada mesjid], tak mendengar suara azan jadi satu kerinduan tersendiri.

Something is missing.


4. Tempat Beribadah

Kehilangan lain yang saya rasakan saat traveling bisa dibilang terkait #3 .  Kalau dengar azan dipastikan dikumandangkan dari tempat ibadahnya.  Dan berburu tempat ibadah pun sama serunya dengan mencari makanan halal.  Maka bisa dipahami jika ada lokasi yang bisa menyatukan dua hal tersebut menjadi sasaran destinasi wisatawan muslim.

Limitasi akses pada tempat beribadah mendorong saya untuk mempelajari tata-cara ibadah sebagai pejalan berdasarkan keyakinan yang saya anut.  Minimal jadi paham dan praktek langsung bagaimana tayamum dan salat di atas kendaraan yang sedan melaju.

Pengalaman yang tak terlupakan adalah saat melaksanan salat subuh di atas pesawat.  Yang biasanya mendirikan salat usai mendengar azan, waktu itu saya melakukannya berdasarkan intensitas sinar matahari.  Saat semburat kuning tampil mencolok di gelapnya langit, teman seperjalanan lantas melakukan tayamum; tanda waktu Subuh telah tiba.

Usai melaksanakan salat wajib dua rakaat dalam kondisi duduk.  Saya pusatkan kesadaran menatap titik kuning keemasan yang semakin lama semakin luas pancaran sinarnya hingga tirai malam yang pekat berganti benderang.  

Suatu proses pergantian dari malam ke siang yang luar biasa yang sayang untuk dilewatkan.  Tidak setiap waktu mendapatkan fenomena alam seperti ini, di atas angkasa pula!


5. Guling

Kehilangan selanjutnya jika saya traveling adalah *drum roll* ... GULING.

Iya, guling!

Konon -di seantero jagad ini- hanya penduduk Indonesia yang punya kebiasaan tidur memakai guling sebagai salah satu perlengkapan tidurnya.  Kalau benar adanya maka ini bisa jadi ke-Unik-an kita.  

Dan saya termasuk wong endonesah yang sulit tidur tanpa guling plus bukan tipe pelor alias nempel molor.  Terlebih jika bermalam di tempat baru.  Retjeh ya?  Tapi itulah faktanya.

So, walau saya menikmati bepergian, saat tidur perasaan senang tadi berubah menjadi double trouble; adaptasi kamar tidu dulu plus tak ada guling.  Alhasil jadi bikin mata melotot beberapa saat sebelum jatuh tidur walaupun ngantuk warbiyasak!

Jadi manakala menginap di Ibis Manado dan menemukan guling terbujur manis di sandaran tempat tidur; it was like YIPPEEEAAAYY!  

Kamar hotel Ibis Manado


6. Bahasa [Ibu]

Pernah gak mengalami keterasingan padahal Anda berada dalam keramaian?  Lalu panik karena tidak mengerti not even single word of what people around are saying?

Atau mendadak berasa bego, lemah otak, tidak bisa mengingat lagi vocabulary pelajaran bahasa Inggris yang sudah kita pelajari dari semenjak bangku sekolah dasar?  

Kalau jawabnya PERNAH, maka Anda paham betapa nikmatnya berkomunikasi dalam bahasa ibu.  Sepandai-pandainya menguasai bahasa asing, ada satu tempo di mana otak akan tidak kompak dengan mulut.  Buat saya, artinya stamina berpikir sudah di titik terendah.  Biasanya dialami jika sedang training atau rapat dengan orang asing dalam hitungan lebih dari sehari.  

Bayangkan saja, mau ngomong sesuatu; kita harus mikir "ini vocabnya apa ya?"  Pakai grammar ala sekolahan kadang malah gak sampai isi pesan yang disampaikan.  Kalaupun lawan bicara paham, kita harus menyimak every word they said.  Ada proses berpikir lagi dalam otak, menerjemahkan maksud si orang tersebut.  Terlebih jika mereka memiliki aksen yang "unik".  Walau kuping serasa udah dibuka selebar-lebarnya, tetap aja donk ga paham apa yang mereka ucapkan.  Hampir seminggu siang-malam komunikasi seperti ini, alhasil lelah otak haha.  Kepala makin panas rasanya jika trainingnya serius atau meetingnya alot!

So, dibalik berkah dapat kesempatan ke luar negeri dibayarin kantor, harus dibayar dengan kram otak gegara bahasa.  Paling apes, jika pergi sendirian, gak ada kawan seperjalanan dari kantor.  Alhasil manyun sendirian selama perjalanan.  Pe-er tambahan jika negara yang dikunjungi, penduduk lokalnya juga tidak memakai Bahasa Inggris sebagai bahasa utama.  

Namun dari beberapa kali perjalanan saya ke tanah asing, [kendala?] bahasa ini lebih banyak menjadi bahan cerita yang bikin ketawa dibanding kisah sedih atau seram.  Ihh, semoga tidak deh!



Kesimpulan saya jika kita pergi sejenak dari rutinias, the missing of absence can't be denied.  Ternyata ada hal-hal yang kita rasa hilang dari keseharian.

At the same time, "The missing of absence" membuat saya belajar mensyukuri kemudahan yang sehari-hari diperoleh.  Saking mudahnya saya cenderung -atau bahkan?- take it for granted.  

Saya jadi belajar memahami perbedaan. Selama hal tersebut tidak menjadi gangguan yang berarti, tidak prinsip, so leave it as it is.  Don't sweat our life with small stuff juga 'kan?

Mensyukuri diberikan kesempatan untuk sesekali merasakan artinya menjadi minoritas atau merasa "terasing".   Karena ternyata dari sanalah tumbuh rasa untuk simpati, bahkan empati juga rindu.

Sekarang saya jadi bisa mencerna makna ayat dari kitab agama yang saya yakini;

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.[QS 49:13]

---

Tulisan yang dibuat karena rasa kangen akan jalan-jalan ke tempat baru.  Semoga covid segera berlalu.
Share
Tweet
Pin
Share
22 comments

 "Mah, susu habis niih.  Besok beli, ya...", demikian lapor anakku bungsu.  Walaupun sudah beranjak ABG, dia masih hobi mengonsumsi susu sebagai minuman utama saat sarapan pagi.  Sama halnya dengan si Sulung, meskipun sudah kuliah tapi masih setia dengan susu sebagaimana adiknya.



Jadi meski keduanya sudah beranjak besar, mereka tetap menikmati sebagai minuman kala memulai hari.  Kebiasaan yang dimulai dari semenjak tumbuh-kembang ternyata tetap berlanjut hingga kini.  Ada rasa sukur yang menjalar hangat dalam hati.  Sebagai orang tua, kita selalu mengharapkan yang terbaik bagi anak-anak.  Termasuk di dalamnya memberikan pendidikan dengan kualitas yang baik dan makanan bergizi.  Bukankan raga yang sehat merupakan landasan sempurna untuk rumah keilmuan?  Dua pilar utama yang perlu dimiliki oleh setiap anak.  Tidak hanya anak saya semata, tapi hak anak kita semua.  Anak Indonesia tentunya.

Sayangnya belum semua Anak Indonesia mempunyai akses penuh pada dua hal tersebut.  Ada banyak faktor yang menghambat.  Indonesia yang terdiri dari kepulauan sudah menjadi tantangan sendiri terkait pemerataan distribusi. 

Kita masih dapat melihat bangunan sekolah yang reyot, berlantai tanah.  Saat anak-anak kota sibuk dengan gawai untuk belajar daring di masa pandemi, kita tetap mendengar adanya anak-anak Indonesia yang haus akan ilmu pengetahuan  harus berjalan berkilo-kilo meter bahkan kadang mengarungi sungai berarus deras demi mewujudkan impian untuk menjadi orang pandai.

Walau negeri ini sudah berdaulat selama 75 tahun, ternyata kisah miris akan anak putus sekolah baik karena faktor finansial atau sosila masih tetap terdengar.   Bukti nyata jika pemerataan belum terjawab dengan baik oleh kita.  

Kita?

Mengapa "kita", bukan Pemerintah?

Because it takes a village to raise a children.

Karena masa depan generasi mendatang adalah tanggung-jawab kita semua.  Tidak hanya tanggung jawab Pemerintah semata, bukan cuma kewajiban sekelompok orang tertentu saja.


SGM Eksplor – Lazada Bersatu dan Kuat Dukung Pendidikan Anak Generasi Maju

Lalu apa yang terjadi jika SGM Eksplor -salah satu bagian dari Danone Group yang mempunyai misi ‘One Planet One Health’ yang notabene sejak lama peduli terhadap kesehatan #anakgenerasimaju Indonesia bersinergi dengan Lazada (PT Ecart Webportal Indonesia)  yang hirau akan pendidikan?  

Menggandeng Hoshizora Foundation; sebuah yayasan pendidikan non profit yang berjuang memberikan akses dan kualitas pendidikan untuk anak-anak Indonesia, maka hadirlah Beasiswa Mimpi Anak Negeri.  

Yaitu program pemberian beasiswa pendidikan dan peningkatan kapabilitas yang mendukung kemajuan anak-anak usia Sekolah Dasar yang rentan dan kurang mampu agar tidak ada anak yang tertinggal perkembangannya.

Inisiatif yang diluncurkan dalam memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 yang lalu ini, akan mengumpulkan donasi berasal dari keuntungan hasil penjualan susu pertumbuhan SGM Eksplor di platform e-commerce Lazada selama periode 1-31 Agustus 2020.

Beasiswa akan didonasikan melalui Hoshizora Foundation kepada 150 anak kurang mampu di berbagai provinsi di Indonesia.  

Baik Widianto Juwono, Sales Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, maupun EVP FMCG Lazada Indonesia, Bobby K. Gandasaputra; menyambut positif sinergi cerdas tersebut dan menyiratkan harapan yang sama atas anak-anak Indonesia.

Untuk mewujudkan Generasi Maju berkualitas dan berprestasi demi Indonesia Maju di masa depan; diperlukan anak-anak yang sehat dan berkualitas.

Because inside every child there is a rainbow waiting to shine.



SGM Eksplor, Lazada Beasiswa Generasi Maju
Image diambil sebelum masa pandemi


Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
alasan-nonton-drama-korea

Blog post ini ditulis di masa #socialdistance #covid19 #staysafe #dirumahaja
---

Hi again Mentemen!

Saya datang lagi dengan tulisan yang masih bahas drama Korea.  Bukan, ini bukan postingan tentang review ceritanya.  Yakin di luar sana sudah banyak yang membahas tentang resensi drama Korea.  Secara saya juga nontonnya hanya selewatan saja 😎

Walau hanya selewetan, harus mengakui jika booming drama Korea membuat saya jadi familiar dengan hal-hal berbau Korea.  Mulai dari artis-artis "oppa" ganteng semacam Hyun Bin dan "eonni" secantik Sen Yo-Jin yang berhasil membuat baper sedunia lewat serial Crush Landing On You yang usai di awal tahun 2020 ini.

Setelah diamati, drama Korea yang makin hari digandrungi banyak orang seantero dunia ternyata bisa jadi ladang ide juga, lho.

Memangnya ide apa saja yang bisa diambil dari serial drama Korea?

#1. Inspirasi [Unlimited] Cerita

Walau sebutannya drama, tidak semua serial Korea ada percintaannya.  Ada banyak genre yang bisa dipilih; medical drama, romcom atau romantic comedy, history alias sejarah, fantasi, action, family hingga drama tentang masak pun ada!  Oiya, drama tentang kuliner saya tulis terpisah di sini.

Baca juga 7 Serial Layak Tonton Bagi Pehobi Masak dan Pencinta Drama Korea

Plot cerita juga ternyata beragam; mulai dari twisted sampai ending is the beginning.  Maksudnya "ending is the beginning" adalah asal mula cerita itu justru terkuaknya di mulai di episode terakhir.  Seru 'kan?

Baca juga Twisted Story Movie 

Bagi yang berkeinginan atau senang menulis cerita, drama Korea ibarat perpustakaan besar yang tidak ada ujungnya.  Begitu banyak cerita memiliki keunikan masing-masing. 

Agree?

Termasuk saya menuliskan blog post ini, hasil dari menonton beberapa drama Korea 😎


#2. Inspirasi Teknologi 

Kepiawaian Korea meracik teknologi tak perlu dipertanyakan lagi.  Produk-produk made in Korea tidak hanya berjaya di kawasan Asia bahkan sudah mendunia.  Dan dengan apiknya produk-produk tersebut disusupkan dalam drama Korea.

Sebut saja Samsung Z Flips series. Android dapat dilipat dua ini (namanya juga flip hehehe) dan baru dilirilis belum lama ini sudah "berkeliaran" di serial Itaewon Class yang belum lama usai episodenya.  Konon gadget yang memiliki processor 8 GB RAM tersebut dihargai sekitar 20-an juta Rupiah!  😲

Apakah teknologinya hanya sekedar telepon genggam?

Well, yang mengikuti dengan setia drama Korea Crush Landing On You pasti ingat adegan kocak saat salah satu Ibu-ibu Julid tetangga Kapten Ri ketahuan memiliki alat penanak nasi listirk yang secara otomatis akan menginformasikn "nasi sudah masak".  Mengingat mereka tinggal di negara komunis dengan aturan kepemilikan barang pribadi juga diatur Negara, sudah pasti kepemilikan benda-benda semaca itu adalah ilegal!  Apalagi jika dimiliki oleh rakyat biasa.

Aplikasi teknologi Korea semisal robot vacuum cleaner yang berbentuk mirip piring terbang UFO serta sistem penerima panggilan telepon genggam yang terkoneksi ke audio mobil termasuk yang sering diperlihatkan dalam scene drama Korea.

Kira-kira, ada teknologi baru apa lagi ya nanti?


#3. Inspirasi Design Interior

Berniat mendekor ulang ruangan dan mentok ide walaupun sudah melihat majalah desain?  

Ngga ada salahnya sih nonton drama Korea, selain refreshing, siapa tahu berhasil memancing kreativitas karena belakangan style interior Negeri Kimchi kini digemari banyak orang.

Kamar tidur

Selain menyukai jalan ceritanya, serial drama Korea The Time When We're Not In Love juga menarik dalam menyajikan dekorasi tata ruang.  Drama ini banyak mengambil indoor ruangan terutama kamar tidur kedua tokoh sentral.  Di postingan ini saya contohkan 2 desain yang berbeda untuk ruangan yang sama milik sang tokoh Choi Won [Lee Jin-wook].

Gaya maskulin kamar sang jomblo Choi Won

alasan-nonton-drama-korea
Ruangan yang sama dengan interior yang berbeda setelah kedua tokoh sentral Choi Won menikah dengan Oh Ha-na
Disclaimer: I do not own this picture.  This belongs to SBS

Atau tema ruangan yang girly di What's Wrong With Secretary Kim?
alasan-nonton-drama-korea
Ide dekorasi dari drama What's Wrong With Secretary Kim
Disclaimer: I do not own this picture.  This belongs to TVN

Ruang baca

Sebagai penimbun penyuka buku, saya mupeng abis lihat ruang baca di drama Korea Chicago Typewriter.  Sukses bikin iri poll!
alasan-nonton-drama-korea
This picture belongs to serial Chicago Typewriter 
Nah, itu hasil sneak peak dari beberapa drama Korea yang pernah saya tonton.  Tentunya masih banyak jenis dekorasi lainnya, yess?  Bisa cari di Pinterest atau googling menggunakan keyword korean drama room decor atau korean drama room interior decor.



#4. Inspirasi Kuliner

Apa pemicu jalan-jalan?  Selain keinginan mendatangi tempat baru, icip-icip kuliner termasuk alasan saya melakukan traveling.

alasan-nonton-drama-korea


Dan wisata kuliner yang otentik so pasti dari tempatnya langsung donk!  Pengalaman merasakan kuliner Korea sudah saya rekam di sini.  Dibaca yaaaaa! 😄

Baca juga My Korean Food Adventure

#5. Inspirasi Fashion & Make-up

Kalau hal ini rasanya tidak perlu dibahas panjang lebar deh heheh.  Mulai dari make-up a'la artis Korea yang tetap tampil memesona dengan nude style hingga produk perawatan kulit.  Bagi saya yang kurang suka memoles muka, harus diakui Korean make-up style memang jadi referensi.

Ngga semua juga saya tiru.  Hanya beberapa terutama produk skin care-nya.  Siapa sih yang tidak ingin memiliki kulit bersih glowing nan flawless?



Walau demikian tetap harus yang cocok dengan jenis kulit yang kita miliki ya; apakah cocok dengan skin care water base seperti Laneige atau perlu produk perawatan kulit mengandung ginseng macam Sulwhasoo yang harganya bikin syok #kekepindompet.



#6. Inspirasi Fotografi

Sebagai pehobi fotografi, tidak sedikit ide visual dari sejumlah drama yang pernah saya tonton. Ada banyak hal sehingga suatu hasil visual tampil menarik; mulai dari permainan warna, tekstur, pengulangan pola, perspektif dan komposisi.  Atau kombinasi semuanya.

Walaupun "hanya" drama, semua unsur tersebut banyak saya temukan di berbagai scene drama Korea.

Contohnya dalam salah satu scene drama Secret yang menampilkan keindahan musim gugur Negeri Kimchi.  Kepincut pemandangan yang disuguhkan musim gugur dimana dedaunan yang lazimnya kita lihat di sini berwarna hijau berubah jadi berwarna-warni, alhasil jadi punya bucket list untuk mengunjungi Korea di musim gugur untuk memotretnya langsung #Aamiin.
Secret Korean Drama

Secret Korean Drama

Permainan komposisi yang pas pun menghasilkan gambar yang ciamik.  Ambil contoh scene tepi pantai dari drama yang sedang airing When The Weather is Fine.  Angle gambar persis sebagaimana teori fotografi yang saya pelajari.

Centre POI & Negative Space

Aplikasi Rule of 3rd, Negative Space dengan angle Eye Level

Frog Eye Angle, Negative Space & Rule of 3rd

Ternyata tidak hanya bagi pehobi foto saja yang bisa menemukan sumber ide dari tontonan drama Korea.  Buat Mentemen yang hobi dipotret dapat mendapatkan banyak referensi beragam pose; mulai dari gaya romantis hingga kocak semua ada.  Saat difoto berkelompok maupun berdua saja dengan si dia.

Belakangan halaman Pinterest dipenuhi oleh trend baru #Koreanweddingphotography (silahkan browsing).  Saya sih gak bakalan heran kalau new look itu bakalan menggeser konsep pre-wed western style.  Jika diperhatikan seksama, ada persamaan dari foto-foto dengan Korean look; yaitu simpel, sederhana namun memanjakan mata yang melihatnya.  Setuju?

alasan-nonton-drama-korea
All images from Pinterest.  I do not own them

#7. Dating Inspiration

Bingung cari ide kencan dengan pasangan atau bosan karena hanya menghabiskan waktu dari kafe ke kafe berdua si dia?

Setelah disimak seksama, drama Korea ternyata menyajikan beragam aktivitas yang bisa dilakukan berpasangan, lho.  Mulai dari yang perlu biaya besar sampai yang tidak bikin jebol dompet.

Menikmati alam seperti piknik dan tracking termasuk adegan yang sering nongol di drama Korea, yes?  Khusus bagi yang sudah halal menikah, boleh tambahkan camping ke dalam daftar quality time dengan pasangan 😉

Buat yang ingin seru-seruan tapi irit bisa menghabiskan waktu di tempat semacam Time Z*ne;  Kan banyak tuh games yang disediakan, mulai dari war game, adu mobil balap, flying hockey (I love this one), masukkan bola basket kecil ke keranjang sampai doll machine.  Itu lho, ambil boneka dari kotak dengan capit mesin.  Benerannya ngga gampang bu-ibuuk!  Yang barusan disebutin itu adalah contekan dari drama Suspicious Partner dan Cheese in Trap.

Atau pengen coba mancing?  Bolehlah tiru kegiatan ini seperti yang dilakukan pasangan Song-Song yang sempet heits di Descendant of The Sun.  Bersepeda pun bisa jadi alteranatif yang menyenangkan ternyata.  Karena Paksu hobi gowes, sesekali saya pun ikutan menemani ^_^

Scene from Chocolate

Semoga pandemic Covid-19 ini segera berlalu ya.  Jadi bisa dieksekusi ide-ide meningkatkan quality time dengan si dia, ehm.


Nah, itulah 7 inspirasi versi saya dari drama Korea.  Bagaimana menurut Mentemen, ada ide apa yang timbul usai menonton drakor?





Share
Tweet
Pin
Share
12 comments

Blog post ini ditulis di masa #socialdistance #covid19
---

drama-korea-tentang-chef-masak


Salah satu kegiatan mengisi waktu selama #selfquarantine akibat pandemik #corona selain memasak adalah nonton.  Tontonan yang simpel gak pake mikir apalagi jika bukan drama Korea, setuju?  Sebetulnya memasak bukan hobi melainkan lebih pada kewajiban sebagai ibu *kencengin iket kepala*.   Di tengah kondisi kesehatan yang memprihatinkan ini, lebih bijak rasanya jika memperbanyak masakan home made dibandingkan beli jadi dari luar.  Selain pemilihan bahan yang selektif, faktor higienisnya juga lebih terpercaya.  Bukan begitu bu-ibuk? 😉

Jadi buat Mentemen punya hobi memasak dan pencinta drakor; ngga ada salahnya nonton drama Korea tentang chef berikut ini.  Selain untuk hiburan pelepas penat setelah memasak untuk anggota keluarga, siapa tahu jadi ladang ide menyajikan masakan kuliner Korea di rumah, yes?

1. Coffee Prince

Kita mulai dengan serial jadul yang dirilis tahun 2007.  Konon drama ini merupakan starting point Gong Yoo masuk dalam jajaran "oppa" dengan bayaran tertinggi.  Dikisahkan sebagai anak tunggal dari keluarga yang manja (klise banget sih 😁) hingga akhirnya berubah sikap setelah berkawan akrab dengan salah satu karyawannya yang cantik namun tomboy dan bercita-cita menjadi barista profesional dibawakan pas oleh Yoon Eun-hye. 

Coffee Prince - AsianWiki
https://asianwiki.com/images/f/f8/Coffeeprince.jpg
Di luar plot ceritanya yang standar plus happy ending, drama Korea ini menunjukkan proses kreatifitas berikut tantangan dalam membangun usaha warung kopi yang belakangan banyak bermunculan.

Bukan drama Korea namanya jika tak ada romansa.  Selain memotret dinamika usaha warung kopi yang sepenuhnya dikelola oleh anak muda, Coffee Prince juga dibumbui cerita cinta tokoh-tokoh sentralnya yang menurut saya cukup seru.  Dimulai dari prasangka akan percintaan sesama jenis, cinta plationis hingga friend zone!  Selain suka melihat penampilan Eun-hye yang masih polos dan menurut saya bermain tanpa beban,  saya juga senang lihat karakter second lead Lee Sun-kyun yang dewasa.

2. Pasta

https://images.app.goo.gl/EkCYGrSRMFz7cW7z5
Ini drama Korea kedua dari Lee Sun-kyun yang pernah saya tonton dan berhubungan dengan dunia kuliner.  Alih-alih second lead sebagaimana serial Coffee Prince, di sini Sunk-kyun yang dijuluki The Swee Voice "oppa" menjadi lead actor sebagai Sous Chef yang galak banget sama anak dapurnya.   Otomatis sang boss killer tidak disenangi oleh anak buahnya padahal ada seorang asisten dapur [Gong Hyo-jin] yang bercita-cita menjadi koki pasta profesional dan ingin belajar pada si boss yang notabene chef profesional lulusan Italia.

Serial bergenre romcom [romantic comedy] Pasta tidak melulu menyuguhkan romansa sesama chef di belakang dapur restoran Italia berlokasi di tengah sibuknya Kota Seoul, namun sarat tips memasak khususnya mengolah pasta.  Jika MenTemen penyuka pasta, di sini bisa dapatkan aneka tips seperti bagaimana merebus pasta hingga mendapatkan pasta dengan kriteria al dente, membuat Aglio Olio yang lezatos hingga penyajian seafood pasta.

Salut dengan penulis cerita yang nampaknya melakukan banyak riset tentang pasta!

3. Temperature of Love

Pengen lihat koki berwajah imut mempersiapkan masakan Perancis mengencani seorang penulis naskah drama?  Jawabannya ada di serial ini.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/f/f5/Temperature_of_Love-poster.jpg
Tidak hanya memperlihatkan adegan memasak, cara bagaimana seorang chef mengasah aneka pisaunya saja sesuai ilmu koki pun masuk adegan dalam drama.

Buat saya yang tidak betah nonton serial dengan episode dalam jumlah banyak, terus-terang nyerah juga lihat drama sebanyak 40 episode.   Alhasil saya butuh waktu lama menuntaskannya walaupun durasi setiap episode hanya 30 menit!

4. Oh My Ghostess

Walaupun mengandung kata "hantu",  drama Korea ini malah banyak menampilkan adegan yang menceritakan kesibukan di dapur dan proses memasak.

Mengusung genre romcom, Oh My Ghostess bersetting di sebuah restoran Italia mengisahkan tentang asisten chef bernama Na Bong Sun (Park Bo Young) yang jatuh cinta pada atasannya seorang chef tampan Kang Sun Woo (Jo Jung Suk) namun arogan.

Oh My Ghostess" Posters Are Out | Korean drama, Popular korean ...
https://id.pinterest.com/pin/338473728222035569/

Kemampuan unik Bong Sun yang mampu melihat hantu dan dirasuki oleh arwah yang ingin kembali ke alam keabadian menjadi sumber kekocakan karakter Bong Sun yang jatuh cinta pada atasannya, sang koki sekaligus pemilik restoran.

Oh My Ghostess tambah kocak lagi dengah kehadiran pemain Kang Ki-youn yang wajahnya saja sudah kocak.  Dia dikenal sebagai aktor pendukung di banyak drama Korea populer, sebut saja My Secret Terius bareng Su Ji-sub yang belum lama melepas masa lajangnya.

Jika tujuannya menonton ini untuk mendapatkan scene memasak secara detil, kalau menurut penilaian saya porsi adegan tersebut memang tidak sebanyak Temperature of Love atau Pasta.

It's more to see how hot male being busy in the kitchen, hahaha!
             

5. Chocolate

Jika ternyata selama ini saya beranggapan coklat adalah salah satu jenis makanan yang menimbulkan rasa bahagia karena kandungan theobromine-nya, lain halnya bagi karakter Lee-Kang (Yoon Kye-sang) seorang neurologist berpenampilan "dingin".

Coklat juga kenangan yang traumatis untuk seorang koki baik hati bernama Cha-Young (Ha Ji-won).

Dua manusia dengan luka jiwanya itu harus berdamai dahulu dengan masa lalunya masing-masing sebelum akhirnya memutuskan untuk bersama.

Chocolate Drama Korea (2019) : Sinopsis dan Review | Diani Opiari
https://images.app.goo.gl/wRZRnJj7JZPEin4X9

Apa yang menarik dari drama Korea Chocolate?

Ha Ji-won tidak hanya harus menjadi karakter yang sendu namun ditantang untuk dapat memasak sebagaimana aslinya seorang kaki.  Chocolate banyak menampilkan scene mengolah masakan beragam masakan.  Tidak hanya kuliner asli Korea tapi juga masakan internasional.  Banyak adegan memasak ditampilkan close-up dan step-by-step; detil banget.  Contoh saat Ha Ji-won dikisahkan mengikuti lomba memasak.  Semuanya diperlihatkan selayaknya melihat tontonan Master Chef!

Saking penasarannya; saya sampai nonton klip BST (Behind The Scene)-nya di Youtube.  Ternyata sang aktris memang mempelajari dahulu langkah-langkah menyiapkan masakan dari seorang koki sebelum take scene.  Very impressive!

Drama Korea yang tayang di jaringan Netflix ini termasuk yang menemani saya melewati pergantian tahun 2019 yang lalu di rumah saja 😉


Dua serial berikut bukan drama Korea melainkan serial cooking show.  Saya menonton keduanya di channel TVN and I loved it very much!  Di dua reality show ini kita dapat menyaksikan bahwa aktor dan aktris Korea itu ternyata tidak hanya memiliki wajah yang enak dilihat, pandai berakting tapi juga memiliki kemampuan memasak yang mumpuni.

Reality show ini juga memberikan perspektif lain bahwa mereka juga sama seperti kita; senang makan dan bisa memasak hanya saja berprofesi sebagai pelakon film.

6. Youn's Kitchen Season 2, Spain Series

Saat melihat Park Seo Joon berperan sebagai pemilik restoran di serial Itaweon Class, ingatan saya terlempar pada cooking show Youn Kitchen Season 2.

Acara ini menampilkan Park Seo Joon, Lee Seo Jin, Jung Yu Mi dan Yoon Yeo Jung untuk mengurus dan menjalankan restoran Korea di Garachico.  Sebuah kawasan wisata bertempat di desa kecil tepi pantai di Spanyol.

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Youn%27s_Kitchen_Season_2.jpg
Bedanya; dalam drama Itaewon Class, Seo Joon hanya berakting saja sebagai pengelola restoran; di Youn's Kitchen, Seo Joon benar-benar melakukannya.  Mulai dari berbelanja bahan masakan, menyiangi, memasak, taking order, serving customer hingga membersihkan restoran.  Bersama 3 rekan lainnya, para pesohor yang dikenal di negara asalnya tersebut sesaat menjadi nobody hingga akhirnya restoran yang menyajikan kuliner asli Korea tersebut diliput oleh stasiun televisi setempat.

Hal menarik lainnya dari reality show ini, proses memasak yang dilakukan sendiri oleh para aktris/aktor diperlihatkan secara seksama.  Pujian atas masakan dari pengunjung restoran yang awam jika pegawai restoran yang melayani mereka adalah para pesohor Negeri Ginsang menjadi daya tarik tambahan serial Youn's Kitchen.

Gara-gara nonton cooking show Youn's Kitchen, saya sampai bela-belain beli kimchi untuk membuat Nasi Goreng Kimchi.  Ternyata gampang sekali!

Jika Youn's Kitchen Season 2 berlokasi shooting di Spanyol, Season pertamanya ternyata bertempat di Gili Trawangan!  Sayangnya hingga kini saya belum berhasil mendapatkan episode lengkap dari Season-1.  Padahal saya penasaran banget.

7. Korean Hostel in Spain

Selain Youn's Kitchen, ada lagi variety cooking show berlatar negara Spanyol yaitu Korean Hostel in Spain.

Jika Youn's Kitchen menantang para pesohor untuk menjalankan usaha restoran, maka reality show ini meminta tiga aktor (Yoo Hae Jin, Cha Seung Won dan Bae Jung Nam) untuk mengelola sebuah hostel yang biasa dikunjungi oleh pejalan kaki rute ziarah Camino De Santiago.

Dengan membayar €10, seorang pengunjung dapat menginap semalam, menggunakan kamar mandi, fasilitas laundry dan mendapatkan 2x jatah makan (sarapan dan makan malam).

3 aktor papan atas Negeri Ginseng tersebut menjadi staf dari penginapan ini. Sebagaimana penginapan yang asli, mereka bertugas membersihkan hostel, menyiapkan kamar hingga membuatkan makanan khas Korea untuk para peziarah yang ingin bermalam di sana.

Polltab - Which is your favourite Korean variety show for the past ...
https://images.app.goo.gl/aUhtaf9RbAujTkZF6Add caption

Adapun pembagian tugasnya; Yoo Hae jin sebagai resepsionis serta mengelola ruangan agar tetap nyaman. Cha Seung-won bertugas sebagai koki utama, memasak makanan untuk para tamu.  Sedangkan Bae Jung Nam yang bertugas sebagai asisten koki.  Setiap orang begitu serius dengan peran masing-masing.

Diperlihatkan pada episode pertama saat pertama tiba di hostel, bagaimana Seung-won memeriksa dapur berikut fasilitas memasak.  Dilanjutkan berdiskusi serius dengan dua orang rekannya dalam menetapkan menu.  Gegara lihat Seung-won mengatur menu dan menunjukkan kepiawaiannya memasak di variety show ini, saya jadi envy sama dia.  Udahlah tamfan, pintar masak pulak!  Gimana rasanya dimasakin sama hot papa macam Seung-won, ya?  #tutupinmuka

Di acara ini kita tidak hanya melihat bagaimana para member dalam mengelola penginapan berikut tingkah menarik dan terkadang lucu dari para member acarannya.

Kelucuan lainnya datang dari reaksi peziarah asal Korea saat mengetahui jika awak hostel ternyata wajah-wajah yang selama ini hanya bisa dilihat di layar kaca/bioskop malah melayani mereka di hostel.  Reaksi terkejut tersebut malah menjadi hiburan tersendiri bagi para Yoo Hae Jin, Cha Seung Won dan Bae Jung Nam.

Selain menunjukkan masing-masing ketrampilan 3 aktor pria dari Tanah Kimchi ini, 11 episode show juga memperlihatkan rutinitas para peziarah menghabiskan waktunya di penginapan selama rehat dari perjalanan panjang 800km rute Camino de Santiago. Peziarah dengan karakter yang berbeda, bukan hanya peziarah dari Korea saja.

Bag peziarah Korea, menemukan penginapan bergaya Korea di Spanyol setelah perjalanan panjang terasa mengejutkan sekaligus menyenangkan.  Sedangkan bagi peziaarah asing yang mengunjungi hostel ini mereka akan mengenal budaya baru, dalam hal ini budaya Korea.

Secara keseluruhan saya menyukai variety ini sebagai tontonan yang relaxing sekaligus informatif.


Nah, dari 7 judul yang saya uraikan di atas, adakah yang sudah ditonton atau malah ada judul lain yang lebih menarik untuk direkomendasikan selama masa #dirumahaja ?

---

Oiya semoga #covid19 segera berlalu, ya.  And stay safe.

Share
Tweet
Pin
Share
7 comments


Assalamu alaikum Reader, ketemu lagi dipostingan kedua di tahun 2020 😁

Saya mau sharing pengalaman tentang motret [lagi!] niii.  Terinspirasi dari kegiatan di akhir pekan belum lama ini yang saya gunakan untuk belajar motret.  Betul sekali, seharian tadi bisa dikatakan saya motret terus.  Baru terasa lelahnya menjelang petang.  Entah karena sudah lama tidak "angkat" kamera, segala rupa objek di rumah jadi korban jepretan.  Memangnya di rumah bisa motret apa?  Kenapa ngga di luar rumah, coffee shop misalnya, atau bahkan ke luar kota?  Ini mirip pemikiran saya dulu banget yang ternyata keliru!  😂

Banyaknya gambar makanan atau suasana kafe resto yang diposting di sosial media oleh para penggiat foto belakangan ini memberikan kesan bahwa potret itu harus melulu makanan.  Belum lagi informasi untuk belajar fotografi umumnya diselenggarakan di kafe atau resto.  Tidak heran juga jika pada akhirnya menggiring opini bahwa belajar motret itu harus food related.  Padahal ngga juga.

Belajar motret dapat dilakukan di mana saja termasuk di rumah.  In fact, there's a lot of things at home yang bisa dijadikan challenge object foto.

Mau tahu benda atau objek apa saja di sekitar rumah yang dapat dijadikan bahan untuk belajar motret?

Children (Anak-anak)

Yep, that's right.  Your own kids!

Lebih spesifiknya lagi adalah framing kegiatan keseharian mereka di rumah. Apalagi jika usianya masih kategori bocah yang notabene aktif bermain, menjurus tidak bisa diam hahaha.

Selain mengabadikan polahnya, di saat yang bersamaan saya jadi belajar teknik panning (memotret objek bergerak).  Apparently put a moving object in a frame is very challenging.






Butuh praktek berulang kali hingga dapat menghasilkan gambar panning yang sempurna baik.  Seringnya objek bergerak berujung pada gambar yang blurry.  Tantangan lazimnya foto outdoor adalah perubahan intensitas cahaya dalam hitungan detik.  Di saat bersamaan, tidak ingin ketinggalan momentum.

Walaupun sudah mengaktifkan fitur continuous shooting pada kamera dan setting sesuai kondisi matahari, tetap saja hasilnya tak seragam seperti terlihat pada gambar di bawah saat saya mengabadikan Si Bungsu bermain bola.

Selain bereksperimen dengan kondisi lighting yang dinamis, manfaat lainnya adalah eksplorasi fitur lain yang tersedia di kamera sebagai bagian dari pengenalan dan pendalaman kamera itu sendiri.



Food (Makanan)

Walau masih seputaran makanan, berikut adalah beberapa gambar yang saya hasilkan dari studio "odong-odong" di rumah 😀.

Objeknya beragam, mulai dari bahan mentah hingga yang sudah siap santap.  Tak sedikit beli makanan jadi, namun ada juga hasil dari dapur sendiri.  Yang ini niat pake banget karena seringnya saya malas dibanding rajinnya 😋.

Seperti yang pernah saya tulis di sini, food fotografi itu melelahkan terlebih jika kita melakukannya semua sendirian.  Mulai dari cooking preparation, mengolah sang makanan, sekaligus menjadi food stylist plus fotografernya.  Padahal cucian kotor hasil memasak beserta situesyen rumah yang pabalatak akibat jadi studio dadakan masih menanti untuk dibereskan.  Singkatnya; merepotkan tapi anehnya ngga bikin saya kapok! 😂




Gardening or plants


Dibanding makanan, item ini yang relatif jarang saya pakai untuk belajar motret.  Mungkin karena saya lebih senang mengunyah dibanding berkebun 😅

Tidak hanya bunga hidup, bunga kering dan kembang artificial dari plastik pun tak jadi masalah untuk bahan latihan foto.  Malah untuk keperluan props [baca: properties] saya sampai nyetok beberapa macam tanaman plastik xixixi.




[your favorite] Books

Punya buku bacaan favorit?

Ngga ada salahnya sesekali diabadikan, yess?





Miscellaneous

Menurut kamus Bahasa Inggris, artinya bermacam-macam.  

Kenapa saya kategorikan sebagai "miscellaneous"?

Karena memang objeknya segala rupa barang yang saya temukan di rumah di luar 4 kategori yang sudah saya tulis sebelumnya di atas.   Apa saja itu?  Mulai dari parfum,  tempelan kulkas oleh-oleh dari teman & kerabat, uang 'retjeh', sepatu, alat makan, label tag bahkan jemuran; semuanya sudah pernah saya framing 😬!







Hanya empat hal itu saja yang bisa dipakai untuk belajar motret dari rumah?

Cencu cydak 😉

Masih panjang daftarnya.   Dimulai dari dapur dengan bahan masakan seperti sayur-mayur beserta bumbu masaknya.  Pindah ke ruuangan favorit di rumah, mainan anak-anak, alat masak bahkan alat tulis (stasionaries).  Masih mentok ide?  Biasanya saya akan berkelana di lautan gambar Instagram dan Pinterest .  Usai berselancar di dua platform sosial media yang sarat image ini, akan muncul inspirasi untuk belajar motret dengan konsep yang baru.

Jadi sahihlah bahwasanya kita dapat meningkatkan kemampuan motret dengan memakai benda yang sehari-hari kita jumpai dengan mudah di sekitaran rumah. 

Pendek kata, all can be an object for us in mastering photography.  So give it a try!



"The question is not
what you look at,
but what you see."

-Henry Thoreau-


Share
Tweet
Pin
Share
16 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Me


          

recent posts

Popular Posts

  • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
  • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
  • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June 2025 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  June 2022 (2)
  • ►  2021 (12)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (3)
    • ►  June 2021 (2)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  February 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ▼  2020 (7)
    • ▼  December 2020 (2)
      • Foto Editing, Yeay Or Nay?
      • Saat Travelling, Saya Kehilangan 6 Hal Ini
    • ►  October 2020 (1)
      • Beasiswa Generasi Maju, Sinergi Cerdas SGM Eksplor...
    • ►  April 2020 (2)
      • 7 Alasan Drama Korea Wajib Ditonton Pencari Inspirasi
      • 7 Serial Layak Tonton Bagi Pehobi Masak dan Pencin...
    • ►  March 2020 (1)
      • Belajar Motret dari Rumah Menggunakan 4 Hal Ini
    • ►  January 2020 (1)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  October 2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (4)
  • ►  2018 (25)
    • ►  December 2018 (4)
    • ►  November 2018 (4)
    • ►  October 2018 (3)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (18)
    • ►  December 2017 (5)
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  August 2017 (3)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (1)
  • ►  2016 (37)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (4)
    • ►  May 2016 (2)
    • ►  April 2016 (9)
    • ►  March 2016 (8)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (6)
  • ►  2015 (75)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (6)
    • ►  August 2015 (5)
    • ►  July 2015 (19)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (7)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (9)
    • ►  January 2015 (5)
  • ►  2014 (39)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  October 2014 (2)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  August 2014 (5)
    • ►  July 2014 (2)
    • ►  June 2014 (3)
    • ►  May 2014 (4)
    • ►  April 2014 (2)
    • ►  March 2014 (2)
    • ►  February 2014 (5)
    • ►  January 2014 (7)
  • ►  2013 (36)
    • ►  December 2013 (5)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  June 2013 (1)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (6)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (28)
    • ►  December 2012 (2)
    • ►  November 2012 (3)
    • ►  October 2012 (3)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (4)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  May 2012 (1)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  March 2012 (1)
    • ►  February 2012 (1)
    • ►  January 2012 (3)
  • ►  2011 (28)
    • ►  December 2011 (2)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (2)
    • ►  June 2011 (4)
    • ►  May 2011 (1)
    • ►  April 2011 (4)
    • ►  March 2011 (3)
    • ►  January 2011 (3)
  • ►  2010 (2)
    • ►  December 2010 (1)
    • ►  June 2010 (1)

Created with by BeautyTemplates