Endorfin -gabungan dari endogenous dan morfin- zat yang merupakan unsur senyawa kimia neuropeptida opioid lokal dan hormon peptida, diproduksi oleh sel-sel tubuh serta sistem saraf manusia. Bermanfaat membuat seseorang merasa senang, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Dan salah satu cara saya menghasilkan endorfin adalah dengan menonton film secara daring. Terima kasih kepada internet dan platform nonton online sehingga saya bisa melihat segala rupa tontonan. Ngga kebayang kalau ngga ada kalian!
Nah, apa yang terbersit saat dengar film India?
Dalam benak saya selain Shah Rukh Khan dan Kajool [cuma mereka yang saya ingat namanya, itupun karena sebelumnya melihat film Kuch Kuch Hotai 😂] adalah tarian dan nyanyian.
Sementara film Hollywood selalu berakhir bahagia, jagoan pasti menang. Dan Hallyu atau serial drama Korea penuh dengan orang ganteng dan cantik dengan konsep cerita Cinderella Symptom . Maka film Bollywood penuh dengan nyanyian. Menggambarkan hati senang dengan tarian, sedihpun menyanyi sambil menari-nari melingkari tiang pilar.
Etapi ternyata ada lho film Bollywood yang zonder tari dan nyanyian. Ini daftarnya.
Tribhanga - Tedhi Medhi Crazy (2021)
Judul dari film ini diambil dari pose tarian klasik India yang menggambarkan ketidaksempurnaan namun tetap cantik. Sebagai benang merah plot cerita, tentang cinta dan konflik tiga wanita dari tiga generasi.
Berlatar di Mumbai, film ini mengajak penonton untuk melihat lika-liku kehidupan dan perjuangan menghadapi pilihan hidup yang sama sekali tidak konvesional menurut kacamata adab sosial India.
Rangkaian kisah tiga perempuan dari tiga generasi diceritakan dengan gaya melintasi garis waktu untuk melihat lebih jauh kehidupan ketiganya. Pertikaian dan kemarahan masa kini sebagai hasil dari trauma menyakitkan dan air mata masa lalu digambarkan maju-mundur silih berganti tanpa membingungkan yang melihatnya.
Setelah menontonnya, saya seolah diingatkan kembali arti pentingnya keluarga dalam kehidupan.
The Sky Is Pink (2019)
Film tentang anggota keluarga yang sakit selalu digambarkan menyedihkan. Berurai air mata sepanjang cerita dan biasanya lagi digambarkan dari perspektif yang sehat terhadap yang sakit. Sebut saja film My Sister's Keeper atau Miracles from Heaven. Catet ya, dua judul film ini made in Hollywood 😉
Dalam The Sky Is Pink semua kebiasaan itu dipatahkan. Kalau boleh dibilang; diputarbalikkan! Dari judulnya aja udah kebaca, this one is unusual!
Narasi diceritakan dari perspektif kacamata si sakit (malah udah meninggal!) dengan gaya humor, kalau gak mau disebut witty.
The Sky Is Pink dibuat berdasarkan kisah nyata Aisha Chaudhary, seorang motivator dan penulis India. Dia adalah penulis buku My Little Epiphanies, diterbitkan satu hari sebelum kematiannya.
Aisah lahir sebagai pengidap defisiensi imun gabungan yang parah (SCID, Severe Combined Immuno Deficiency). Di usia remajanya, Aisah menderita fibrosis paru sebagai efek pengobatan dari SCID. Semenjak itu, Aisha sering membagikan pengalamannya dengan menjadi pembicara.
Dalam waktu 2 jam 14 menit, kita akan mendengar Aisha bercerita tentang bagaimana orangtuanya (Aditi dan Niren) menjalani pernikahan saat menghadapi penyakit putri mereka.
By the time I finishing watched the movie on Netflix, I was overwhelmed by the thought of young Aisha about death and happiness. Ngga salah kalau dia dianggap sebagai pembicara inspirasi karena memang demikian adanya.
Kapoor & Sons (2016)
Masih mengangkat konflik keluarga, film berdurasi 137 menit ini mengisahkan tentang kesalahpahaman antara kakak-adik, pilihan hidup yang kontroversial, bahwa orang tua juga mempunyai masalah dan lagi-lagi mengangkat communication gap antara orang tua dan anak.
After all, family is family. You can not choose your family, it is a gift from God.
Terakhir saya cek, film yang dirilis tahun 2016 ini masih bisa dinikmati di channel Netflik.
The Lunch Box (2013)
Ila Sehgal adalah seorang istri muda yang mencari perhatian suaminya Rajeev Sehgal dan mencari cara untuk mengembalikan romantisme ke dalam pernikahannya, salah satunya adalah memasak makan siang yang lezat untuknya. Dia mengirim kotak makan siang melalui "dabbawalas" Mumbai.
Karena campur aduk, kotak bekal yang disiapkan Ila untuk suaminya dikirimkan berikut surat cinta untuk "sang suami" malah diterima oleh Saajan Fernandes, seorang duda yang akan pensiun dari pekerjaannya sebagai akuntan.
Dari sinilah cerita bergulir.
Dalam 105 menit, silih berganti scene memperlihatkan adegan menyiapkan menu, memasak, dan surat yang dibaca oleh orang yang tidak semestinya. Transformasi emosi Saajan, sang duda kesepian, apik digambarkan dari yang mulanya sarat kesedihan hingga menampilkan raut wajah berseri-seri dijatuhi panah amor Dewi Cinta.
Irrfan Khan pas banget membawakan peran ini. Tidak salah sehingga dinominasikan sebagai Film Terbaik Tidak dalam kategori Bahasa Inggris oleh British Academy Award 2015.
Sayangnya kita tidak akan pernah bisa melihat akting ciamiknya lagi. Almarhum yang juga sering terlibat proyek film dari luar India seperti Amerika dan Inggris ini menutup usianya April tahun lalu karena penyakit yang dideritanya. Life of Pi, Jurassic Park dan The Amazing Spider-Man sebagai Dr. Rajit Ratha adalah beberapa film hasil kolaborasinya dengan para sineas asing.
Oiya, lalu bagaimana penyelesaian kesalahpahaman ini?
Cari tahu sendiri dengan menontonya yaaa. Tanpa menontonnya, Readers tak akan memahami kerumitan "dabbawalas". Mekanisme yang terkenal dan rumit di Mumbai. Pada dasarnya mengambil dan mengantarkan makan siang dari restoran atau rumah kepada orang-orang di tempat kerja. 😉
Chak De! India (2006)
Chak De! India atau Let's Go! India merupakan film bergenre olahraga. Terinspirasi kemenangan tim hoki nasional wanita India pada ajang Commonwealth Games 2002, film ini menceritakan kisah perjuangan perempuan India yang kental dalam stigma feminisme dan seksisme, warisan partisi India, fanatisme ras dan agama, belum lagi prasangka etnis.
Walau berdurasi 153 menit, film Bollywood tanpa nyanyi dan joget ini menghibur juga, kok. Chak De! India dirilis di seluruh dunia pada tanggal 15 Agustus 2007, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan India ke-60, dan menerima tanggapan positif dari para kritikus.
Chak De! India berhasil memenangkan sejumlah penghargaan. Termasuk diantaranya Penghargaan Film Nasional untuk Film Populer Terbaik yang Menyediakan Hiburan Seutuhnya. Film ini berhasil meraup pendapatan box office sebesar 21,5 juta dolar AS di seluruh dunia selama masa tayangnya.
Dari 6 rekomendasi film Bollywood tanpa nyanyian dan joget di atas, kira-kira film yang mana yang ingin ditonton?