My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management
Inginnya aku 
Menjadi malaikat tanpa sayapmu
Yang selalu melindungimu
Dari semua yang meresahkanmu
Namun ternyata aku tak mampu


Maka kurajut doa
Yang kuuntai semenjak kutahu
Ada kehidupan lain dalam diriku


Doa dan cinta abadiku
Sudah kujadikan selimut kehidupanmu
Yang akan menemanimu 
Bahkan
Jika ku tak disisimu


Kau mungkin tak sempat mengucapkan
Tapi aku sepenuhnya mengerti
Dan Tuhan pun tahu
Betapa cintamu padaku
Satu pintaku
Bawa aku selalu
Dihatimu
Di setiap elah langkah nafasmu


***

tulisan ini diikutsertakan dalam #NgeblogBareng Kelompok Emak-Emak Blogger
dalam rangka memperingati Hari Ibu 2013
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments
Masih bermain diksi di fiksi mini.


***

#6
Buyung bingung.  Sudah dua malam bapak dijemput om tetangga sebelah.
Bapak pergi memakai baju dan gincu peninggalan ibu.

#7
Setelah dipikir masak-masak, ada yang kurang.
Otaknya tertinggal di atas meja dapur.

#8
Hari ini tidak masak.  
Tinggal sebutir beras tersisa dalam karung.

#9
Makanan berlimpah padahal Emak tidak masak.
Semalam ada kenduri di rumah pak Haji Salim.  Bapak diminta jadi tukang cuci pringnya.

#10
"Jangan MALU !  Nanti kamu mati dalam kemiskinan,"
ceramah sang koruptor pada anaknya.

***
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Merangkai kata itu (ternyata !) tidak mudah apalagi membuatnya bermakna.
Maka saya mencobanya.
Jajal kemampuan diri dalam keterbatasan ruang berekspresi.


***

#1
Aroma miras merebak di udara, botol berserakan. 
Mulutnya tertinggal dalam salah satu botol itu.

#2
Nenek moyangku orang pelaut. 
Aku berkaca; kulitku hitam bersisik, kakiku seperti ekor ikan.

#3
Mata kita bersiborok.  Merona merah jengah wajahmu,
tapi tak semerah lingeri mu semalam.

#4
Purnama pertama, aku membeku dalam rumpun bambubisu tak bersuara.  
Liar mereka mencariku, perawan terakhir dusun Ronggeng.

#5
Alhamdulillah Mak, doamu terkabul.  Tiap hari aku pegang duit.
Batin Nuri, kasir swalayan.

***

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments


Image from here

Menunduk khusuk menatap layar monitor di depan mata.

Kadang ada sebaris senyum terbentuk, kadang pula kerenyit terbentuk di dahi.  Tak jarang pandangan tak berkesan.

Namun si ibu jari sibuk menari di papan ketik.

Itu adalah pemandangan yang lazim ditemui kini.

Dalam antrian menunggu lift, menanti angkot, di dalam bis, di ruang tunggu dokter, di parkiran sekolah.membunuh waktu kala makanan yang dipesan belum datang, di ruang kedatangan di bandara, di ruang boarding atau bahkan ketika rapat sedang berlangsung. 


Sounds familiar ?
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Walaupun Shakespeare bilang, apalah artinya sebuah nama.  Pada kenyataannya memilih nama bagi [calon] anak adalah hal yang tidak mudah.  Tidak sedikit cerita berkaitan dengan pemilihan nama, dari yang sedih sampai yang lucu. 

Menyongsong kelahiran Kaka Cantik sekian belas tahun yang lalu, kami menyiapkan 2 nama; versi perempuan dan laki-laki.  Soalnya kami gak kepengen tahu jenis kelamin hasil USG.  Ceritanya pengen surprise, jadi lihat hasilnya aja waktu persalinan.  Anak ke-2 lain lagi.  Karena dari awal sudah mengharapkan anak laki-laki maka pemilihan nama pun dirancang sesuai dengan jenis kelaminnya.  Diperkuat lagi dengan hasil USG selama kehamilan.  Plus doa-doa, tentunya.  Alhamdulillah, hasilnya sesuai dengan yang harapkan.  



Jadi waktu nemu file ini, jadi inget lagi gimana seriusnya waktu milih nama buat Ade Ganteng.  Dan baru sadar kalo gak satu pun nama di atas yang dijadikan nama Ade Ganteng, hehehehe.

Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Punya kebiasaan mengabadikan gambar makanan sebelum disantap ? 

Narcism ini menjangkiti saya juga walaupun belum sampai level akut.  Berikut hasil jepretan sebelum akhirnya makanan-makanan ini berpindah dari meja hidangan ke dalam perut saya ^_^

Chocolate Cheese Cake

Segarnya rujak
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
http://www.flickr.com/photos/ratuna173/5605337434/
Seorang kawan beristrikan seorang kritikus film.  Darinya saya diberitahu bahwa, critical time from a movie is the first 15 minutes.  Jika dalam 15 menit pertama, sang kritikus sudah gelisah, bisa dibilang  alur cerita film tersebut tidak menarik.  Atau bisa dipastikan juga, filmnya jelek.  Tapi jika lewat dari masa 15 menit sang kritikus masih duduk di tempat, berarti Anda berhasil mendapatkan perhatiannya.

Blogging pun demikian.  Tulisan yang panjang kemungkinan besar akan membuat bosan pembaca blog Anda.  Sedangkan jika terlalu pendek, yang punya blog khawatir pesan yang akan disampaikan belum atau bahkan tidak optimal.  Dari salah satu bacaan mengenai tips how to write your blog, menulis artikel blog juga mengenal konsep yang sama.

Maka tantangan seorang blogger selain komitmen untuk selalu meng-update lamannya adalah bagaimana caranya menyajikan sebuah tulisan yang menarik.  Tidak bertele-tele dalam membahas tema, pesan tersampaikan dan dimengerti oleh pembaca.  

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
(nerusin oleh-oleh Hanoi yang ini)

The Beauty of the City
There's always a good thing within, even in a dirt !  Makanya bagian ini saya beri heading Ying Yang.  Karena selalu ada hal-hal manis sebagai penyeimbang.
  1. Ibarat trend, I found Hanoi as a vintage city.  
  2. Sudut-sudut kota dihiasi oleh bangunan yang kental unsur arsitektur Perancisnya.  East meets West menghasilkan bangunan yang cantik.  Mengingatkan saya akan bangunan art deco yang kalo di Indonesia masih bisa ditemukan di kota-kota lama seperti Bandung atau Malang.  Buat yang suka melihat-lihat bangunan-bangunan kuno, silahkan masukkan Hanoi dalam daftar must place to visit.  
  3. Banyaknya bangunan kuno yang berdiri utuh bahkan masih berfungsi umumnya untuk kegiatan pemerintahan menunjukkan jika mereka bisa memelihara dan menghargai peninggalan.
  4. Uniknya, di dalam kota juga ditemukan bangunan semacam kuil seperti yang saya temukan di pinggir danau kawasan Old Town.
  5. Nampaknya Old Town ini adalah melting pot nya kota Hanoi.  Pada malam hari, kita bisa menjumpai banyak wisman di kawasan ini.  Atmosfir internasional sangat terasa manakala kita mendengar beragam bahasa percakapan mengawang di udara; Swedia, Belanda, Perancis juga Bahasa Indonesia (nah, itu pastinya gerombolan kami, hihihi).  Selain tempat penginapan, terdapat pilihan tempat makan seperti caffe dan restoran di kawasan Old Town.  Lagi-lagi nafas Perancis kental terasa di sini.  Dari cara penyusunan meja kursi di selasaran resto persis di tepi jalan, mengingatkan saya akan film klasik  Midnight in Paris.   Wanna see an interesting night life in Hanoi ?  Definitely come to Old Town !
  6. Hanoi makin menarik karena dikelilingi banyak danau dan aliran sungai.  So they will be a beautiful scenery during the night; permukaan air danau memantulkan cahaya lampu kota.  Cantik banget !
  7. Bertentangan dengan kondisi jalanan, Hanoi punya banyak taman di tengah kota. Parks by the lake, awesome !
    Old Town di kejauhan dari West Lake di malam hari
    sayang gambarnya blur

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    No comments
    Tulisan ini pernah dimuat sebagai notes di FB sepulang dari perjalanan [lagi-lagi !] urusan kantor.  Dan setelah dipikir-pikir, it's too valuable kalo cuma ngendon di sana, makanya dakuw repost di sini. Mungkin ada beberapa kondisi yang sudah tidak valid lagi semenjak perjalanan tahun 2009 lalu. Lagipula Vietnam kabarnya is doing her homework untuk mengejar ketinggalannya dibanding negara-negara ASEAN lainnya.  Gak heran, kalo negara yang resmi jadi anggota ASEAN tahun 1995 ini mulai dilirik oleh para traveller sebagai salah satu negara tujuan wisata untuk kawasan Asia Tenggara.


    Di depan tempat menginap


    Aksara Cacing Joget

    1. Rasanya kok susah nemu orang yang bisa bahasa Inggris di negara yang tulisannya mirip cacing meliuk-liuk ini.  Sekalinya ketemu sama yang bisa berbahasa Inggris, teteubb susah juga ngertinya karena pronunciation mereka terdengar rada ajaib di telinga.  Kalo udah capek buka telinga lebar-lebar; jurus pamungkasnya adalah minta mereka mengulang perkataannya atau bilang Thank you seraya ngeloyor pergi.  Capek juga ngobrol seperti itu, hihihi.
    2. Entah faktor nasionalis atau belum siap untuk menerima orang asing, papan nama toko dan nama jalanan masih ditulis dengan huruf bahasa lokal.  Namun sesekali terlihat juga papan nama dalam bahasa Perancis.  Percuma juga, dakuw sama ga ngertinya *tepok jidat*.
    3. Selintas, tulisan Vietnam ini sejenis dengan huruf Siam (Siamese, Thailand).  Dakuw sok tahu gak seehh ?!
    4. Karena gak PeDe untuk mencoba naik kendaraan umum selain taxi disebabkan kendala bahasa dan tulisan mirip cacing joget tersebut, alhamduillah jadi banyak berjalan kaki plus waspada tingkat tinggi (baca perihal Chaotic Road berikut).
    5. Kendala bahasa ini ternyata diamini pula oleh wisman lain yang kami sapa ketika menanyakan arah. Unless you understand or speak French, then talking with native is hopeless!  Begitu terangnya.  Kalo gitu sama donk penderitaannya sama kita.  Kirain kita aja yang nyaris putus asa karena ngga ada penduduk lokal yang bisa diajak ngomong, hehehe.
    6. Alhasil selama di Hanoi, saya lebih banyak menggunakan bahasa tarzan daripada bercakap-cakap sebagaimana lazimnya orang berkomunikasi.  
    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    No comments
    Untuk urusan bantal, saya suka yang "berisi" namun empuk.  Makanya saya jadi pilih-pilih untuk urusan yang satu ini.  Karena pada prinsipnya, tidur itu harus enak jadi perangkat tidur pun sebaiknya yang membuat tubuh nyaman.

    Bantal terlalu "gendut" atau "kempes" gak bakal masuk hitungan. Keduanya bikin ga nyenyak tidur.  Yang terlalu berisi membuat kepala serasa nangkring karena membuat jarak antara kepala dengan tulang leher. Terlalu "kempes" membuat posisi kepala nyaris sejajar dengan badan bisa menyebabkan tubuh jadi terlalu telentang.  Keduanya bikin saya ga enak tidur.






    Malangnya, di abad 21 ini sudah jarang ditemukan lagi bantal yang terbuat dari kapuk (atau saya aja yang jarang ketemu ? )  Umumnya terbuat dari bahan sintetis lazim disebut dacron untuk isian bantal.  Keunggulan dacron adalah karena sifatnya yang lembut dan empuk.  Karena itu cocok banget untuk bantal.  Namun ternyata kelembutan dan empuknya dacron ini juga tidak selamanya alias ada batasannya.  Ketika sifat-sifatnya termakan usianya maka sang dacron pun "kempes" dengan sukses.

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    7 comments

    ....
    I was once like you are now, and I know that it's not easy, 
    To be calm when you've found something going on. 
    But take your time, think a lot, 
    Why, think of everything you've got. 
    For you will still be here tomorrow, but your dreams may not
    ....
    Father & Son - Cat Stevens







    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    No comments
    Berawal dari keisengan namun bikin saya jejingkrakan gak karuan ketika menerima Femina edisi 30/2013.

    Gara-gara sebuah email yang saya kirimkan ke redaksi Femina.  

    Ceritanya sih, pengen pamer hasil menjilid kumpulan bonus-bonus Femina yang saya kumpulkan selama ini. Majalah gaya hidup wanita yang satu ini gak pelit memberikan bonus buklet pada pembacanya.  Topiknya pun beragam selain tentang life style juga informasi mengenai kesehatan, teknologi, fashion, kecantikan, kuliner dan resept masakan, tempat wisata, karier bahkan peluang bisnis khusus wanita.   
    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    13 comments
    Masih tentang kuliner, apalagi yang jadi icon kuliner Kota Bogor selain roti yang bentuknya kecil-kecil itu dan toge goreng ?  Tiada lain adalah asinan.

    Yup !  Jenis yang satu ini sudah menjadi ciri khas Kota Kujang lainnya untuk urusan perut.  Sederhana saja tampilannya; selain asinan sayur ada juga asinan buah atau kombinasi keduanya.  Disajikan dengan kuah cuka yang dicampur ulekan cabe merah.  Ditambah taburan kacang tanah goreng yang masih ada kulitnya. Aksesoris lainnya adalah kerupuk mie yang bentuknya melingkar-lingkar itu.  Jika masih kurang pedas, silahkan tambahkan sambal yang biasanya hanya terdiri dari cabai rawit hijau.  Lebih sip lagi jika dinikmati dalam kondisi dingin setelah disimpan dulu dalam lemari pendingin.  Dijamin, mata yang terbuai kantuk langsung melek !  Segerrrr !!



    Untuk urusan asinan, saya punya beberapa pilihan yang patut dicoba.

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    1 comments
    Today, lunch time, at coffee shop, somewhere in part of Southern Jakarta.

    What attracting me is not why they sitting in the coffee shop in the middle of the day during Ramadhan.  But what they are doing there.  Instead of a cup of coffee or even plate of snacks, they have notebook in front of them.  Some of them sitting alone but number of tables are surrounded by people.  Surely they doing something not only for coffee over social chatting.  From what I can see there are 5-6 tables which having same condition.

    By a glance, I noticed they are not browsing.  As they are very serious looking at their notebook in front of them, the other is having discussion with people sitting next to them.  The body gesture saying that I'am working.  Coffee shop is just a place where they work today.  I also see they do worksheet similar with I do at the office.  Are they working ?  Hm...what an interesting work of style those people have.  Not always need coming to the "monotonous" cubicle every day.  What matter is as long as the work is done, you get paid.  

    Technology shall ease human live, working is one of them.  If you are a result oriented like me then working remotely or being freelancer can be the option.  Especially if you are also getting tired with the chaos from traffic situation these days.  Meeting is scheduled if communication can not solved over email nor phone.  Otherwise, get your job done, no matter where you are.





    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    No comments
    Ini hasil mengumpulkan ingatan dari beberapa kali kunjungan singkat ke Negara Siam.  Kenapa saya sebut "kunjungan singkat" ?  Karena semua perjalanannya dalam rangka kerja dan gak pake acara jalan-jalan kecuali maksain untuk City Tour which is itu ternyata yang dianjurkan juga oleh Tourism Authority of Thailand, hehehe tepat lah kalo begitu. 

    City of Temples
    Nggak cuma Bali, Bangkok juga bertebaran kuil baik yang terdapat di dalam kota maupun di luar kota Bangkok. Belum lagi patung Budhanya yang segede-gede gaban itu terbuat dari emas.  



    Hot hot hot !
    Jakarta atau kota-kota lainnya di Indonesia yang dekat pantai rasanya udah panas banget tapi ternyata di sana lebih panas.  Bawaannya pengen kipasan terus atau berteduh.  Makanya ga bisa lihat pohon rindang sedikit. Bawaannya pengen dekeeeet terus.  Bukan mau nari sambil nyanyi lagu Bollywood tapi buat 'ngadem'.  

    Untuk menghindari dehidrasi, maka sangat dianjurkan untuk sedia air mineral karena sebentar-sebentar minum terus.


    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    2 comments
    Workshop finished on Thursday, will be arrived in Bangkok same day very late night; and ahead to Jakarta on Saturday.  What would I do for the whole Friday then ?

    It was a trip from Hanoi back in 2010 where I had a workshop together with office mates.  Instead of hours, the flight will transit for 1 (one) day and I didn't notice until 1-day before departure. It was too late to change the itinerary (damn !).  

    There are 2 alternatives go to Hanoi from Jakarta.  If we take Singapore Airlines then we will transit in Singapore.  And we'll stop over in Bangkok if we fly with Thai Air.  There were no direct flight from Jakarta to Hanoi.  What I meant by strange is we had to stay over night on our way back home because the carrier arrived in Bangkok late mid night and continue to Jakarta the day after.  Unlikely from Jakarta to Hanoi, it was only transit for a couple of hours (about 2 to 3 hours if not mistaken) at Bangkok before continue to Hanoi in the same day.




    Knew it would be almost midnight arrived in Bangkok on the way to Jakarta, I reserved a hotel near Suvarnabhumi International Airport.  Back then, I wasn't quite happy about the fact that had to stay one more day on the way back home; not only because I already left home for more than a week (home sick syndrome attack !) but I can imagine it was soo unpractical for carrying bag in & out the hotel in a day, check-in again, boarding again while you can do it earlier.  On top of that, the day I transit in Bangkok was coincided with Eid Adha.  It was my first experience being away during religion festive !  Well face it, that it's the unpleasant thing (if I may say) about traveling; itinerary sometimes not "friendly" as you expected.  Who says, travelling is fun ?  Err, let me refresh;   big time, travel is always fun!

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    2 comments
    Selain buku dan sepatu, tas adalah benda yang bisa bikin saya kalap (hallah !).  Apalagi jika bahan tas terbuat dari kulit, hadeeuuuhhhh, bisa meriang panas dingin daku dibuatnya....kalo ga sampai beli hehehe.  Suami Ganteng sampai ga bisa komentar lagi sama kebiasaan saya yang satu ini.  

    Untuk keperluan narsis, saya suka model tote bag.  Terbukti model tas yang satu ini ageless dan bisa untuk occasion apa aja; mulai dari yang resmi semisal untuk kerja hingga untuk keperluan santai jalan-jalan ke mall.  Alhasil dari yang ukuran kecil sampai yang gadang pun masuk dalam koleksi. Sayangnya si tote ini ga cucok banget kalo untuk travelling.  Ngerepotin. Walau pake yang ukuran besar sekalipun.  Terlebih jika jalan-jalannya disambi dengan aktivitas foto memakai kamera non-pocket.  Ngga banget pokoknya.  


    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    8 comments
    Pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang yang baru tahu jika saya berdomisili di Kota Hujan alias Bogor adalah; "Tahu gak, FO (Factory Outlet) yang paling bagus di mana ?" atau "tempat makan yang enak, di mana ya ?"  Atau dapat komentar seperti ini; "Katanya ada bansus (bandrek susu) enak banget di daerah bla bla bla, udah pernah nyoba belum lo ?"

    Honestly, itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab karena jawaban-jawabannya subjektif. Kalau saya bilang bagus atau enak tapi ternyata tidak satu selera, nah...repot 'kan ?

    Nggak jarang pula, baik saya maupun Suami Ganteng, ditelepon di kala akhir pekan oleh teman-teman kami yang isi pertanyaannya adalah; "eh, gue mau ke tempat bli bli bli, tapi ngga tahu tempatnya.  Kira-kira dari pintu Tol (Jagorawi) gue harus ambil arah ke mana ya ?"  Ada dua kemungkinan besar, yang nelpon tidak pasang GPS di kendaraannya atau lupa bahwa Google Maps itu free dowload di smart phone yang dipakainya untuk menelepon kami (^_^).

    Pertanyaan seperti ini masih enak untuk dijawab.  Yang bingung kalo ada yang nanya; "Gue lagi di Bogor nih, lagi nyari tukang soto. Belah mana ya ?"  Lha, memangnya cuma satu tukang soto di Bogor ?  Lagipula, posisi kawan yang bertanya itu ada di mana sampe 'lempeng' aja bilang "belah mana ?"  (Se)Belah mana dari sisi siapa ?  Hihihi.

    Terlepas dari semua itu, saya seneng-seneng aja ditanya seperti itu. Telepon dari teman-teman pun kami anggap sebagai sambungan tali silaturahmi ^_^.  Dianggap lebih tahu dari Mr. Google (Maps) artinya informasi kami bisa dipercaya 'kan ?

    Bicara soal selera pribadi, saya jadi pengen share beberapa spot kuliner jadi favorit kami sekeluarga dan kemudian sering saya rekomendasikan baik ke kawan dan kerabat.  Dan semoga ngga dianggap 'promo terselubung' ya, hehe...

    Toge Goreng Ibu Hj. Omah
    Ini salah satu icon kuliner kota Bogor. Rebusan toge, mie kuning dan potongan lontong plus tahu yang disiram kuah khas berbahan tauco ini termasuk jajanan yang diperkenalkan oleh kedua orang tua saya di waktu kecil.  Penjual toge goreng awalnya mangkal di depan Kantor PLN Jl. Jend. Sudirman sebelumnya akhirnya menempati lokasi permanen di Toko Kue Bogor Permai masih di ruas jalan yang sama.  Rasa bumbu kuahnya yang nggak berubah dari pertama kali mencicipi dulu sekali hingga sekarang menambah rasa romantisme masa lalu saya; teringat kenangan makan bersama Bapak dan almarhum Mama beserta kakak-kakak.  Saat ini, usaha Toge Goreng Ibu Hj. Omah sudah dikelola oleh generasi ke-3.  Penjual yang biasa melayani kami sekeluarga dulu merupakan ayah Ibu Hj. Omah.  Betapa segala sesuatu itu jika dikelola dengan baik, nyata bisa diwariskan termasuk diantaranya usaha kaki lima ini.

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    19 comments

    14 is you now
    grow,run and alive
    touch the sky
    as high as you can imagine






    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    1 comments
    Yang namanya pikiran buntu itu bisa terjadi pada jenis pekerjaan dan siapapun; baik profesional atapun amatir.  Dari pengalaman sendiri ketika masih jadi orang kantoran, yang suka saya lakukan ketika mengalami kebuntuan adalah angkat telepon dan ngobrol ngalor-ngilur sama teman yang “bersedia” untuk terima telepon saya hehehe.  Jika telepon ga sukses karena ga bisa nemuin ‘korban’ yang bersedia diajak bicara, maka saya akan “namu” minimal sama temen yang duduk di meja sebelah.  Ga ada orang di meja sebelah ?  Nyamperin temen yang duduknya beda lantai, itung-itung olahraga kecil-kecilan.   Lumayan lho, selain ngelurusin kaki karena duduk berlama-lama ternyata tidak baik untuk kesehatan, siapa tahu dapat update dari bagian lain.  Atau bahkan timbul ide ciamik setelah bincang-bincang dengan kawan dari bagian lain.

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    9 comments
    The moment your kids ask you to buy things which you never think before they would like to have in a first place OR they did not have interest as they were, be aware Mom, it might a signal.  Yup ! A signal from "kiddo" to A Grown Up !

    So when Kakak Cantik asked me to buy a houndstooth hat, I knew that the time is coming.

    And it doesn't stop there.  Not only buy the hat but she also asked me to framed her while she put different poses wearing a new hat.  

    Well face it, Mom, she is grown up now !
    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    No comments
    Ketika saya kecil, alharmahumah Mama sesekali mengijinkan saya untuk mandi hujan di pekarangan rumah dengan syarat hujan minus petir.  Rasanya sangat sensasional buat saya saat itu.  Yang biasanya harus terkurung dalam rumah karena di luar hujan, tiba-tiba saja diijinkan untuk bermain-main dalam hujan.  What a memory !!  Kenangan yang sama yang saya inginkan pada Adek Ganteng dan Kakak Cantik.


    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    3 comments
    It was one lazy Saturday.  

    But seemed my 6-yo boy has a tons of energy to spill out.  All of the sudden, I decided to "freeze" him. 

    'Coz there is no same moment for the second time !




    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    4 comments
    Seperti yang diterangkan oleh Rancho ketika ditanya oleh dosennya dalam film 3 Idiots bahwa teknologi seyogyanya untuk memudahkan kerja manusia.  Jadi barang sekecil resleting pun, menurut Pancho, bisa dikategorikan sebagai mesin.

    Ketika hidup kita sudah diinvasi oleh teknologi plus internet di masa kini, pernah terpikir ga kalau ternyata kita sudah jarang melakukan hal-hal berikut ?



    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    4 comments
    Image from Google


    Almarhum nyokap bilang, trend itu semacam siklus.  Sesaat hype, hilang untuk kemudian timbul lagi.  Saat Lupus Reborn di tahun 2013 yang lalu, gue jadi inget lagi serial Lupus yang dimuat di majalah Hai.  Lupus booming berbarengan dengan masa SMA gue.  Seandainya Lupus ini beneran orang, bisa jadi udah seumuran gue juga.

    Buat yang ga kenal Lupus, dia adalah anak laki-laki SMA Merah Putih yang hobi mengunyah permen karet, tokoh iconic remaja tahun 80-an.  Gegara dia, angkatan kami jadi ikutan belajar gelembungin permen karet.  Para remaja cowok ramai-ramai berpotonganan rambut jambul dengan semi gondrong di bagian belakang; somehow mirip syle rambutnya Roger Tyler, vokalis Band Duran-Dura!  Kalau pun bagian gondrongnya terpaksa dipotong karena razia di sekolah, minimal bagian jambul masih bisa dipertahankan.  Ngga ketinggalan, tas bertali panjang yang diselempangkan, mirip postman style gitu deh.

    Setelah booming menjadi serial di majalah remaja Hai, cerita yang dianggap mewakili remaja di jamannya itu pun naik kelas jadi buku.  Anehnya, walau hobi membaca, gue ngga sampai mengkoleksi serial ini.  Sempet baca sih, satu-dua bukunya.  Itupun hasil minjem temen, hehehe.

    Dari hasil baca buku pinjeman itu, Gue jadi paham jika sang pengarang Hilman Hariwijaya pandai ”menghidupkan” tokoh Lupus sehingga tidak sedikit yang berpendapat bahwa Lupus memang benar adanya. Bahkan beranggapan Hilman adalah personafikasi Lupus yang sesungguhnya.  Tidak sedikit remaja cewek yang saking kesengsemnya sama si Lupus sampai bela-belain cari SMA Merah Putih!  Ketika Lupus tak bisa ditemukan wujudnya, maka Hilman sang pengarang lah yang jadi serbuan para fansnya.

    Walau Gue gak termasuk Lupus fans club, Tuhan berbaik hati memberikan kesempatan pada Gue untuk bertemu langsung dengan Hilman.  Tidak lain karena tugas negara eh, tugas sekolah.  Jadi waktu SMA dulu, Gue ngga bisa diem gitu.  Ada yang dilakukan.  Kalo bisa semua kegiatan sekolah diikutin.  Selain kepengurusan OSIS, Gue juga menceburkan diri di redaksi majalah sekolah.

    Dari keterlibatan di majalah sekolah yang diberi AKSARA itulah, gue jadi paham ribetnya ngurusin majalah mulai dari milih tema untuk tiap edisi, cari nara sumber (biasanya wawancarain temen-temen sendiri), ngetik naskahnya yang jaman segitu masih pake mesin tik yang segede meja itu.  Pe-er banget saat ngetik, ehh pita mesinnya putus atau pita habis.   Alhasil tangan jadi kotor kehitaman sehabis mengganti dengan pita baru.   Jaman segitu belum ada laptop untuk ngetik syantique!  Editing, ngatur lay-out majalah, matching-in naskah sama gambar, nguber-nguber team ilustrasi yang notabene para cowok dimana mereka mendahulukan main bola padahal deadline udah deket.  

    Yang terakhir, nganterin naskah siap naik cetak ke percetakan.  Biasanya hal ini kami lakukan bergantian antar teman redaksi yang lain, tak lain untuk cerewetin si Bapak tukang cetak supaya majalah bisa terbit tepat waktu.  Yah, semacam cheer leader percetakanlah walau seringnya sih telat terbit, hahaha! 

    Yang tidak kalah pentingnya: jualin majalah ke kelas-kelas sekaligus penagihan.  Lengkap sudah tugas gandanya; dari reporter, tukang ketik naskah sampe jadi debt collector.  Semua dilakonin.  And I found the experience was priceless!

    Balik lagi ke lap...eh Lupus.  Hasil rapat memutuskan akan mengetahkan Lupus sebagai feature.  Eh, kok berani-beraninya, anak sekolahan putih abu-abu (bukan judul sinetron ya !) mewawancarai seorang Lupus maksudnya Hilman.  Ini tidak lain karena -Shinta- salah satu teman redaksi bertetangga dan kenal baik dengan Hilman.  Berdasarkan KKN yang positif tersebut maka kami pun memberikan diri untuk mewawancarainya.

    Di jadwal yang telah disetujui, kami berkunjung ke rumah Hilman. Wawancara dilakukan seusai jam sekolah.  Supaya gak malu-maluin, daftar pertanyaan sudah disiapkan.  Kamera poket isi film 24 pun siap beraksi (belum ada kamera digital apalagi ponsel berkamera, hadeeuuh ketahuan jadulnya !).  Biar kelihatan lebih profesional, Shinta yang notabene tetangga Hilman pun tumben-tumbennya bawa recorder.  Pokoknya, everything is ready!

    Alhamdulillah wawancara berlangsung seperti yang diharapkan.  Dari sesi tersebut Gue jadi paham jika Hilman itu aslinya pemalu.  Mengaku introvert, ga banyak bicara.  Sekalinya bicara, suaranya haluuus sekali, cenderung pelan.  Kami sampai harus mencondongkan badan menajamkan telinga untuk mendengarkan jawaban-jawaban si penulis Lupus tersebut. Jauh beda dibanding karakter rekaannya; Lupus yang ngocol nan ceria itu.

    Sore itu kami (Titi, Shinta dan gw) pulang ke rumah dengan puas hati.  Tugas wawancara berlangsung baik.  Rasanya sudah seperti wartawan profesional.  Rencananya, hasil wawancara akan kami olah besok sepulang sekolah.

    Manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan.  Siang seusai sekolah, kami bertiga (Shinta-Titi-Gue) terbengong-bengong di ruang OSIS yang merangkap ruang redaksi.  Tak berkedip menatap tape recorder milik Shinta.  Berulang kali diputar ulang tapi yang terdengar cuma suara Shinta ketika bertanya berdasarkan daftar pertanyaan, sesekali terdengar suara tukang jualan keliling yang kemarin lewat di muka rumah Hilman.  Tapi sama sekali ga kedengeran suara jawaban sang pengarang. Alamak !  Kami jadi teringat wawancara kemarin, bagaimana kami harus memanjangkan telinga untuk mendengar setiap jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.   Woalaaahhhh, saking pelannya suara dia sampe rekamannya pun gak kedengaran  !

    Semangat tinggi kami bertiga langsung drop.  Memandang sedih tape recorder dan kertas kosong yang sudah terpasang di mesin tik.  Kerjaan siang itu gak bisa selesai karena kami hanya mengandalkan tape recorder.  Tidak satupun dari kami yang menyalin secara tertulis jawaban-jawaban Hilman. Speechless abis.  Akhirnya diambil keputuskan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.  Wawancara harus diulang, gak ada pilihan lain.  Biar malunya nggak berjamaah, maka hanya Shinta sendiri yang datang lagi ke rumah Hilman soalnya ‘kan tetanggaan, hihihi.  Untungnya sang pengarang tidak keberatan dan majalah sekolah edisi Lupus pun terbit sesuai rencana.

    Entah karena faktor itu atau bukan, dari kami bertiga, saat ini hanya Shinta yang benar-benar nyemplung jadi kuli tinta di salah satu majalah wanita terkemuka.  Titi sudah disibukkan oleh klinik khusus anak-anak di Bandung dan Gue?

    Gue memilih jadi pegawai yang sesekali menulis di media blog, hehehe.

    Makanya begitu baca di media tentang Lupus Reborn, ingatan Gue pun kembali ke wawancara memalukan itu sambil wondering, kira-kira sekarang ini Hilman kalo bicara masih pelan atau nggak ya ?

    Semesta seolah mendengar pertanyaan gue. Setelah sekian puluh purnama tidak berkabar, kalau tidak salah sekitar tahun 2018, ada undangan dari Shinta untuk bertemu lagi dengan sang Penulis.  Maka di suatu siang, beberapa mantan Tim Aksara bertatap muka kembali dengan Hilman “Lupus” Hariwijaya.  

    Menurut kalian, kira-kira suaranya masih sama kayak dulu atau berubah?


    Ki-ka
    Hilman – Shinta – Sri “Atiek” Saraswati - gue




    (Teruntuk teman-teman Aksara SMA 7889; Shinta Tetriana & Putri "Titi" Anggun, Wibowati “Bowie”, Bernie “Beben” Medise, Sri “Atiek” Saraswati, almarhumah Siska “Chika” Anggia Tarmelia.  Para illustrator Novi dan Ochie).


    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    8 comments
    Newer Posts
    Older Posts

    Follow Me


              

    recent posts

    Popular Posts

    • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
    • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
    • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

    Blog Archive

    • ►  2025 (1)
      • ►  June 2025 (1)
    • ►  2022 (2)
      • ►  June 2022 (2)
    • ►  2021 (12)
      • ►  August 2021 (1)
      • ►  July 2021 (3)
      • ►  June 2021 (2)
      • ►  May 2021 (1)
      • ►  February 2021 (1)
      • ►  January 2021 (4)
    • ►  2020 (7)
      • ►  December 2020 (2)
      • ►  October 2020 (1)
      • ►  April 2020 (2)
      • ►  March 2020 (1)
      • ►  January 2020 (1)
    • ►  2019 (17)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  October 2019 (2)
      • ►  September 2019 (1)
      • ►  July 2019 (1)
      • ►  May 2019 (2)
      • ►  March 2019 (5)
      • ►  February 2019 (1)
      • ►  January 2019 (4)
    • ►  2018 (25)
      • ►  December 2018 (4)
      • ►  November 2018 (4)
      • ►  October 2018 (3)
      • ►  August 2018 (2)
      • ►  July 2018 (5)
      • ►  April 2018 (1)
      • ►  March 2018 (1)
      • ►  February 2018 (2)
      • ►  January 2018 (3)
    • ►  2017 (18)
      • ►  December 2017 (5)
      • ►  November 2017 (3)
      • ►  October 2017 (1)
      • ►  September 2017 (2)
      • ►  August 2017 (3)
      • ►  June 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  February 2017 (1)
      • ►  January 2017 (1)
    • ►  2016 (37)
      • ►  December 2016 (1)
      • ►  November 2016 (1)
      • ►  July 2016 (3)
      • ►  June 2016 (4)
      • ►  May 2016 (2)
      • ►  April 2016 (9)
      • ►  March 2016 (8)
      • ►  February 2016 (3)
      • ►  January 2016 (6)
    • ►  2015 (75)
      • ►  December 2015 (2)
      • ►  November 2015 (7)
      • ►  October 2015 (3)
      • ►  September 2015 (6)
      • ►  August 2015 (5)
      • ►  July 2015 (19)
      • ►  June 2015 (4)
      • ►  May 2015 (3)
      • ►  April 2015 (7)
      • ►  March 2015 (5)
      • ►  February 2015 (9)
      • ►  January 2015 (5)
    • ►  2014 (39)
      • ►  December 2014 (2)
      • ►  November 2014 (1)
      • ►  October 2014 (2)
      • ►  September 2014 (4)
      • ►  August 2014 (5)
      • ►  July 2014 (2)
      • ►  June 2014 (3)
      • ►  May 2014 (4)
      • ►  April 2014 (2)
      • ►  March 2014 (2)
      • ►  February 2014 (5)
      • ►  January 2014 (7)
    • ▼  2013 (36)
      • ▼  December 2013 (5)
        • Ibu, Cinta Tanpa Akhir
        • Fiksi Mini Lagi
        • Mencoba Ber-Fiksi Mini
        • Fenomena Ibu Jari
        • What’s In A Name ?
      • ►  November 2013 (5)
        • From The Dishes
        • 15 Menit Pertama Yang Menentukan
        • Hanoi, City of Lakes (Part 2)
        • Hanoi, City of Lakes
        • DIY : Refill Bantal
      • ►  October 2013 (2)
        • Father & Son
        • Iseng Yang Kreatif
      • ►  September 2013 (5)
        • Asinan, The Iconic Food of Bogor
        • New Way of Working
        • Bangkok Trivia Fact
        • What To Do in Bangkok for One Day
        • Bag Pack si Tas Serbaguna
      • ►  August 2013 (1)
        • Wisata Kuliner Bogor, My Personal Preferences
      • ►  June 2013 (1)
        • Hit 14th !
      • ►  May 2013 (4)
        • Menyiasati Writer Block
        • A Girl with Houndstooth Fedora Hat
        • Playing Under The Rain
        • One Lazy Saturday
      • ►  April 2013 (6)
        • 15 Things We Barely Do These Days
        • Lupus Oh Lupus
      • ►  March 2013 (3)
      • ►  February 2013 (2)
      • ►  January 2013 (2)
    • ►  2012 (28)
      • ►  December 2012 (2)
      • ►  November 2012 (3)
      • ►  October 2012 (3)
      • ►  September 2012 (4)
      • ►  August 2012 (4)
      • ►  July 2012 (5)
      • ►  May 2012 (1)
      • ►  April 2012 (1)
      • ►  March 2012 (1)
      • ►  February 2012 (1)
      • ►  January 2012 (3)
    • ►  2011 (28)
      • ►  December 2011 (2)
      • ►  November 2011 (3)
      • ►  October 2011 (1)
      • ►  September 2011 (1)
      • ►  August 2011 (4)
      • ►  July 2011 (2)
      • ►  June 2011 (4)
      • ►  May 2011 (1)
      • ►  April 2011 (4)
      • ►  March 2011 (3)
      • ►  January 2011 (3)
    • ►  2010 (2)
      • ►  December 2010 (1)
      • ►  June 2010 (1)

    Created with by BeautyTemplates