My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management


Dengan pertimbangan kurva penderita #covid-19 belum landai, akhirnya Pemerintah memutuskan untuk extend PPKM Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) hingga 25 Juli 2021.  Bagi yang kangen berat sama traveling, mau-gak-mau kebijakan ini memupus harapan akan bisa ukur jalan lagi [baca bepergian].   Seperti yang seringkali dituliskan, saya bukan seorang traveler blogger profesional macam Mbak Trinity Sang Naked Traveler.  Namun saya senang menuliskan hal-hal seputaran bepergian dan menjelajah tempat baru.  Tidak sedikit postingan saya terinspirasi dari hasil jalan-jalan.  Karenanya paham betul dampak dari keputusan tersebut bagi travel blog.

Lalu apakah artinya gak akan buat postingan tentang traveling lagi?  Ternyata pikiran itu keliru.  Ada banyak topik yang bisa ditulis di website travel untuk update blog semasa pandemi covid19 ini.  Kita jajaki yuk opsi alternatifnya.

1. Menuliskan kegiatan jika sedang tidak bepergian.  

Pandemic atau tidak, tak selamanya juga seseorang on the road terus.  Pastinya ada masa dimana seorang traveler pun rindu akan rumah.  Ngga ada salahnya juga kan diceritain, ngapain aja tuh kalau kita #dirumahaja.

Berkaca pada diri sendiri, pada dasarnya saya orang rumahan.  Tidak dalam kondisi pandemi seperti ini pun, lebih suka di rumah.  Keluar rumah jika ada hal yang penting saja.  Cuma beda cerita jika terpaksa "dirumahkan" seperti sekarang.  Ternyata perlu stress release juga, lho.

Baca juga 7 Aktivitas Stress Release Yang Saya Lakukan Selama Pandemi

Pantai Gili Trawangan di waktu malam

2. Menuliskan travel bucket list

Everything starts with dreams!  Termasuk berangan-angan ke tempat favorit yang ingin dikunjungi.  Di satu sisi, ini baik karena masih mempunyai harapan bahwa dunia akan kembali membaik seperti sedia kala, yekan?  

Kalo buat saya, punya travel bucket list itu semacam optimisme.  Meski entah kapan dapat direalisasikan 😁

Sing penting ditulis aja dulu.  Menurut para psikologis menuliskan tujuan dan target akan membantu kita melihatnya secara lebih eksplisit.  Menurut saya itu valid.  Karena saat menuliskan travel bucket list, biasanya saya berdasarkan referensi -entah bacaan atau pengalaman teman- yang bisa diandalkan.  Pemilihan tempat biasanya didasarkan akan rasa keingintahuan kita juga, bukan?


Ibaratnya, menuliskan travel bucket list sudah merupakan bagian dari proses mewujudkan impian.  Dari sejumlah travel bucket list yang saya posting bertahun-tahun lalu, alhamdulillah sudah satu tercapai; yaitu Lombok Gili Trawangan.  Lainnya belum heheheh, insya Allah menyusul.

Mumpung bermimpi masih gratis, marilah kita mulai menuliskan impian kita.  Yuk!



3. Share your favorite travel apps

Tidak mesti travel application, lho ya.  It can be anything; travel blogs atau travel website yang kontennya informatif, dapat dijadikan referensi yang membantu kita dalam merancang perjalanan merealisasikan poin no. 2 di atas 😉

Di jaman digital yang most likely orang pada punya blog dan juga senang traveling, maka informasi tentang traveling berlimpah.  Tinggal kita cari aja.  Dalam hal ini saya ngga fanatik dengan satu website.  I'm open minded about all of them.  Justru dari membaca multiple blog ini, saya bisa punya informasi lebih.  Kekurangan informasi di blog yang satu, akan dilengkpai oleh blog lainnya.  

Google Maps juga salah satu aplikasi andalan.  Peta digital ini sangat membantu dalam menemukan lokasi, terutama jika destinasi masih dalam jangkauan internet.


Paket internet dari penyedia operator juga penting.  Gimana cerita bisa akses GMaps tanpa kuota internet, yes?  Biasanya saya bandingkan paket internet dari operator selular tempat saya berlangganan apakah mempunyai kerja sama dengan opsel negara tujuan.  Apakah lebih ekonomis dibanding membeli kartu sekali pakai di tempat tujuan, misalnya? 

Oiya, satu lagi, online currency converter.  Ini penting karena menyangkut isi dompet hehehe.

Baca juga 7 Cara Telepon Murah Dari Luar Negeri


4. Tulis tentang essential item yang dibawa traveling

Nah, ini juga bisa jadi topik seru untuk update travel blog kalian.  Kenapa?  Konon traveling bisa menyiratkan karakter seseorang.  Dalam hal bepergian yang notabene meninggalkan rumah in terms of period of time, pastinya ada barang-barang yang kita bawa, selebihnya ditinggalkan.  Dengan kata lain, level of kerempongan akan terpampang nyata di situ 😁

Bagi yang sering bepergian, pastinya punya  item-item wajib bepergian.  


5. Menuliskan the best/the most memorable trips

Semua perjalanan liburan, mau kemana pun tujuannya dengan siapapun perginya, selalu menyenangkan dan punya cerita yang tak terlupakan.  Namun pergi berdua saja dengan anak ternyata jadi pengalaman yang berbeda.

Maka update blog yang baru lalu saya tulis week end gateway ke Singapura pergi berdua saja dengan Si Sulung which is absolutely an awesome journey!


6. Menuliskan kesan-kesan akan suatu tempat/perjalanan

Pulang dari bepergian, selain memory card penuh foto, biasanya pikiran saya terisi kembali dengan hal-hal baru.  Traveling semacam feeding my soul and mind.  Dari hasil mengamati selama perjalanan, banyak pelajaran yang saya dapatkan, beragam "sense" yang saya rasakan.  Semuanya terekam dalam ingatan dan jadi lumbung ide yang tak berkesudahan.  Rasanya tambah lagi perspektif baru.

Dari sini biasanya saya menulis banyak hal.  Entah menuliskan tentang perjalanan itu sendiri atau buah pikiran hasil traveling.

Baca juga Seoul Snap: Capture The City Vibe


7. Freezing moment; what and how to take better photos during traveling

Salah satu alat gak ketinggalan dibawa saat traveling berempat adalah tripod.  Meski repot tapi lihat hasilnya lebih puas dibanding minta tolong orang lain.  Mungkin ini resiko pakai DSLR, kurang praktis dan tidak sedikit yang terintimidatif dengan kamera jenis ini 😂

Saat mendokumentasikan perjalanan, saya selalu usahakan tidak sekadar, selfie sana-sana lalu bhay!  Saya berupaya menangkap momen, memperhatikan surrounding sambil mencari detil-detil unik.  Saya percaya setiap tempat punyak ciri khasnya sendiri.  Kekurangannya adalah, saking fokusnya dengan detil-detil tersebut dan gak mau kehabisan gambar, akibatnya baru sadar kalau ngga punya foto diri sendiri 😆


Belakangan saya belajar untuk minta diabadikan juga oleh orang lain.  Terlepas dari hasilnya, saya tetap appreciate karena punya rekam jejak dari setiap tempat yang dikunjungi.

Baca yang ini deh; Getting Around Myeong-Dong


8. Jadi turis di "rumah" sendiri 

Acapkali kita terbentur mindset sendiri.  Jalan-jalan identik dengan bepergian jauh.  Staycation selalu dikonotasikan dengan menginap di hotel.  Padahal kenyataannya tidaklah demikian.  Baca lagi yang saya quote dari The New York Times tentang staycation.

Terjebak di dalam kota sendiri karena pandemi, jadikan sebagai momentum untuk mengenali kota di mana kita tinggal.  Jelajahi untuk cari tahu kawasan menariknya; seperti Suryakencana untuk Bogor atau hal unik di sepanjang Braga bagi yang tinggal di Bandung.  Opsi lain,  cari ruang publik terbuka seperti taman kota, siapa tahu bisa piknik gratis?  


9. Menuliskan topik tentang makanan [favorit] saat traveling

Buat saya, traveling is about places-people-and food [for sure!].  All together bundled into traveling experience itself.  Anyhow, apalah artinya people without food, yes?

Maka dari itu, topik makanan ini beberapa kali jadi bahan postingan untuk update blog.  Jika memungkinkan [baca halal] saya akan mencobanya.  Kalaupun tidak, cukup potretnya aja yang menghiasi blog ini.  Ini berdasarkan trip ke Bangkok dan Seoul.  


Beberapa pengalaman dengan makanan selama traveling saya kemas menjadi postingan dan dibuat segmen khususnya dengan label culinary.  Chek it out!


Terakhir, 

10. How traveling can help your mental health

Riset the American Psychological Association menunjukan, mereka yang sering berpergian mampu menangani stres dengan lebih mudah. Berpergian memungkinkan kita untuk sementara waktu menarik diri dari lingkungan dan situasi yang membuat kita tertekan. Hal tersebut yang membantu kita untuk mengurangi tekanan, mendapatkan beberapa pandangan dan memusatkan kembali pikiran.

Disamping recharging pikiran dan jiwa, buat saya traveling adalah media kontemplasi, mostly belajar mengenai diri sendiri.

Seperti update blog berikut yaitu pemikiran buah hasil sejumlah solo traveling. 



Akhirnya lewat postingan ini ijinkan saya mengingatkan kembali jika saya bukan blogger perjalanan profesional.  Hanya blogger biasa yang punya keinginan untuk tetap update blog semasa pandemi covid19 ini dengan topik yang berkaitan dengan perjalanan. 

Tulisan inipun demi peremajaan blog setelah sekian lama ngga update.   Tulisan yang dibuat dengan mengingat lagi perjalanan yang pernah dilakukan.  Ide dari jalan-jalan bagai sumur tanpa dasar, selalu ada yang timbul, tak pernah habis.  Dan foto-foto perjalanan sebagai pengikat ingatan itu.

Harapannya, saran-saran di atas dapat saling menginpirasi.  Penting untuk menjaga agar pikiran tetap fokus,  bikin hati tenang dan Insya Allah bermanfaat untuk naikin imunitas.

Salam sehat!





Share
Tweet
Pin
Share
10 comments


#dirumahaja karena Covid-19 memang membosankan, ya?

Jika tak pandai mengelola stress management, akibatnya malah tidak baik untuk kesehatan diri sendiri bahkan ke orang-orang di sekitar kita.  Padahal di tengah situasi pandemic ini, imunitas tubuh jadi faktor krusial.

Akhirnya setelah selesai dengan pekerjaan, di suatu sore saya dan Paksu memutuskan menghirup udara segar sejenak.  Tentunya dengan menerapkan prokes donk.

Tapi bingung juga, mau kemana?  Lalu terlintas Taman Budaya Sentul.  

Mengapa memtuskan ke sana?

Selain tidak jauh dari Bogor, di tempat banyak dijumpai kafe resto bernuansa alam yang sejuk.  Asyik untuk ngopi sore sambil santai.  Selain menjanjikan ambience yang berbeda dengan kafe resto di perkotaan, kafe resto di sana banyak yang mengusung konsep open air di alam terbuka.  Suatu hal yang menjadi pertimbangan dan banyak dicari oleh pengunjung kafe.  Tak heran jika Sentul belakangan jadi sasaran kunjung para pemburu kafe.  

Dari hasil rekam lensa kamera, Taman Budaya Sentul menurut saya ibarat hidden gems Bogor.  Banyak opsi kafe resto yang bisa dipilih pengunjung.  Niat sekedar ngopi-ngopi cantik; ada Kulo, Kopi Oey, Popolo dan baru-baru ini hadir pula Kopi Nako di sana.

Perlu tempat yang menyajikan menu berat bisa langkahkan kaki ke Finch atau Wigeon.  Ingin burger?  Bisa cobain Art Burger.  Bahkan Kedai Kita Bogor pun buka outlet di sana.  Lengkap banget pilihannya.

Atau hanya ingin sekedar sight seeing sambil hunting motret dalam kota seperti yang saya lakukan, juga bisa.  Ada untungnya juga ke sini saat pandemi, nggak banyak orang.  Hasil fotonya jadi 'bersih' orang hehehe. Walau di beberapa tempat masih terlihat orang-orang yang serius di depan laptop, bahkan dari curi dengar sedang meeting.  Tetap dengan prokes ya, duduk berjarak dan masker 'on' di wajah.  Mungkin mereka merasa bosan seperti saya.  

Demikian selayang pandang ke Taman Budaya Sentul sore itu.  Lumayan sebagai pengobat jenuh dan jadi bahan postingan retjeh macam ini 😁


















Share
Tweet
Pin
Share
1 comments


Assalamu alaikum semuanya.  Semoga dalam kondisi baik-baik, ya.

Ngomongin soal traveling, punyakah cerita perjalanan yang paling berkesan?  Saya punya!
Yaitu liburan ke Bali berdua Mama sebagai hadiah kelulusan SMP.  Ceritanya di masa itu, dari kami berlima, cuma saya yang belum pernah ke Bali.  Kedua kakak saya sudah ke Bali bersama kawan-kawannya.  Sebagai anak cowok mereka nggak punya exit permit issue.  Lain ceritanya dengan saya, Si Bontot perempuan.  Mau kemana-mana perlu surat ijin keluar dan pengawalan khusus jika diperlukan, hahaha.  Begitulah nasib anak perempuan satu-satunya di keluarga.  Untuk Mama, ke Bali diajak Apak saat beliau dinas ke Pulau Dewata.  Tinggallah saya yang belum mengecap Tanah Bali.  Dari dulu, Bali memang nggak ada matinya.  Tujuan liburan fenomenal bahkan untuk orang Indonesia.  Ibaratnya, belum liburan kalau belum pernah ke Bali.

Singkat cerita, akhirnya kami berdua ke Bali.  Bali di pertengahan 1980-an (bisa ngira-ngiralah yaw, berapa umur saya hehe) pastinya beda dengan sekarang.  Semuanya masih serba manual, boro-boro ada aplikasi travel online.  Tempat wisata pun belum semarak.  Destinasinya standar; Tanah Lot, Kintamani, Pura Besakih dan Pantai Kuta.  Ubud masih kampung yang belum dilirik wisatawan.  

Meski hanya berdua kami tidak mengikuti tour.  Alih-alih terikat dengan rombongan, kami pilih paket daily tour sendiri.  Jadi hari ini ikut tour arah Bedugul.  Keesokan hari jika ingin santai, kami off-kan dulu tournya.  Dan arrangement seperti ini berdasarkan hasil diskusi kita berdua.  Iya, selama perjalanan itu, otomatis kami jadi banyak diskusi.  Tidak sedikit pendapat saya yang “didengar” Mama. Sikap Mama yang demikian membuat saya jadi merasa “dewasa”.  Yang biasanya perjalanan liburan dikomandani oleh Apak, kali ini kami berdua yang pegang peranan.  Efeknya ternyata beda sekali lho, jadi lebih terasa unsur adventure-nya.  Selain itu,  Saking berkesannya liburan berdua Mama ke Bali, hingga tertanam keinginan untuk melakukannya lagi di kemudian hari. 

Selain jadi ajang bonding hubungan saya dengan Mama yang kemudian membuat relationship seperti “teman”, liburan berdua Mama ternyata jadi pengalaman yang sangat emosional di kemudian hari.  Karena tidak lama saya lulus SMA, Mama berpulang ke pangkuan Ilahi. 

"Hanya" dikasih waktu sebentar sama Mama, jadi menimbulkan dendam.  Jika punya anak nanti, betul-betul ingin memaksimalkan hubungan ibu dengan anak.  Pengen jadi ortu yang asik seasik kanal berita https://www.ibupedia.com/.  Salah satu ikhtiarnya adalah bercita-cita traveling berdua anak saja!  Saat saya sampaikan keinginan tersebut pada Paksu, alhamdulillah dia memahami dan mengijinkan.

Sama Mama di Bali 
 "What the daughter does, the mother did" 

Maka dari itu manakala Si Sulung punya permintaan untuk “dihadiahi” traveling jika diterima di perguruan tinggi negeri, permintaannya kami setujui.  Itupun dengan syarat tambahan jika masuk PTN melalui jalur undangan.  Qadarullah Si Sulung masuk PTN tanpa tes.  Semua doa dan ikhtiar dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. 

Saat penentuan tujuan, akhirnya diputuskan Singapura.  Pertimbangannya karena harga tiket ke Singapura lebih murah dibanding Bali.  Well, not nice but it’s true.  Selain faktor keamanan di Negara Merlion ini cukup baik, saya juga sudah familiar karena beberapa kali tugas ke sana. 

Perjalanan ke Singapura itu benar-benar dibuat tanpa pretensi apa-apa.  Saya yang acapkali mempersiapkan itinerary dengan matang seperti perjalanan ke Bangkok lalu, kali ini sangat santai.  Urusan pencarian tiket saya serahkan pada Si Sulung.  Kata kuncinya, cari tiket seekonomis mungkin.  And she did her part great.  Saya tinggal urus penginapan.  Dari sekian banyak pilihan akhirnya kami memilih 5Foot Way.Inn.  Hostel ekonomis dengan fasilitas yang lumayan untuk budgetted travel kali ini.


Di hari keberangkatan, begitu PakSu drop off kami di Terminal Bus Damri, artinya petualangan ibu dan anak pun dimulai hingga 3 hari ke depan.  Yup, kami memilih berakhir pekan di Singapura.  The trip was short of like week-end gate away.  Dalam hati, sebetulnya saya sangat excited.  Bepergian adalah pengalaman yang indah; ketika saya pergi solo, rasanya memuaskan; saat bersama teman-teman, itu menyenangkan; tapi dengan anakku saja, rasanya luar biasa!

Dan sejarahpun berulang.  Rasanya de ja vu.  Bedanya, saya jadi si ibu, bukan Ratna si anak remaja.  Dalam perjalanan tersebut, rasanya bukan sekedar anak dan ibu, melainkan teman seperjalanan.  She is my travel buddy.  I have to listen my travel mate to make this trip fun and joyful.  And so she is.  

Wefie alas kaki di MRT

Ikutan lesehan sama orang-orang ini sambil makan es krim potong Uncle


Traveling berdua ke Singapura kita isi dengan hal-hal retjeh.  Pepotoan di Haji Lane, wandering around sekitaran tempat penginapan di China Town, window shopping sepanjang Orchard Road, nongkrong di pertokoan Orchard sambil makan es krim potong, belanja oleh-oleh di Mustafa Centre, keliling kota Singapura pakai MRT, keliteran gak jelas di Marina Bay.  Ngga ada itinerary yang jelas.  Spontaeous aja.  Pokoknya
; girls just want to have fun!  

Mirip seperti perjalanan saya dengan Mama ke Bali, kali ini pun kami banyak bertukar cerita dan diskusi bahkan ide.  Si Sulung ini memang anaknya matematis, punya kecenderungan untuk berhitung.  Begitu pula saat akan bertransaksi, dia yang jadi juru hitung.  Memberikan pandangan agar saya mencari toko lainnya saat dinilainya harga barang yang dimaksud dianggap terlalu tinggi.  Dengan caranya yang demikian saya jadi tahu trik menekan biaya makan di Singapura yang memang sudah terkenal tinggi biaya hidupnya.  

Dalam hati saya sangat bersyukur karena diberi kesempatan oleh Allah untuk merealisasikan keinginan saya: traveling berdua dengan anak.  Lewat perjalanan ini, saya jadi makin memahami pola pikir dan sikapnya.  Karena hanya berdua saja, sikapnya pun jadi lebih independen.  Insya Allah nanti saya bisa melakukan hal yang sama dengan adiknya.  Atau Paksu bepergian berdua saja dengan Anak Lanang, mungkin?

Walaupun sebetulnya semua perjalanan liburan mau kemana pun tujuannya dengan siapapun perginya, selalu menyenangkan dan punya cerita yang tak terlupakan.  Namun pergi berdua saja dengan anak akan menjadi kenangan khusus bagi saya.  Semoga juga untuk dia.

“The greatest legacy we can leave our children is happy memories.”
- Og Mandino - 

***

 Tulisan ini diikutsertakan dalam Ibupedia Blog Competition - Share Your Parenting Story 

Share
Tweet
Pin
Share
16 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Me


          

recent posts

Popular Posts

  • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
  • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
  • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June 2025 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  June 2022 (2)
  • ▼  2021 (12)
    • ►  August 2021 (1)
    • ▼  July 2021 (3)
      • Travel Blog; Update Apa Selama Masa Pandemi Covid19?
      • Cafe Hopping di Taman Budaya Sentul
      • Week End Gateway; Asiknya Traveling Berdua Anak ke...
    • ►  June 2021 (2)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  February 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ►  2020 (7)
    • ►  December 2020 (2)
    • ►  October 2020 (1)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  March 2020 (1)
    • ►  January 2020 (1)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  October 2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (4)
  • ►  2018 (25)
    • ►  December 2018 (4)
    • ►  November 2018 (4)
    • ►  October 2018 (3)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (18)
    • ►  December 2017 (5)
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  August 2017 (3)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (1)
  • ►  2016 (37)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (4)
    • ►  May 2016 (2)
    • ►  April 2016 (9)
    • ►  March 2016 (8)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (6)
  • ►  2015 (75)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (6)
    • ►  August 2015 (5)
    • ►  July 2015 (19)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (7)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (9)
    • ►  January 2015 (5)
  • ►  2014 (39)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  October 2014 (2)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  August 2014 (5)
    • ►  July 2014 (2)
    • ►  June 2014 (3)
    • ►  May 2014 (4)
    • ►  April 2014 (2)
    • ►  March 2014 (2)
    • ►  February 2014 (5)
    • ►  January 2014 (7)
  • ►  2013 (36)
    • ►  December 2013 (5)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  June 2013 (1)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (6)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (28)
    • ►  December 2012 (2)
    • ►  November 2012 (3)
    • ►  October 2012 (3)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (4)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  May 2012 (1)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  March 2012 (1)
    • ►  February 2012 (1)
    • ►  January 2012 (3)
  • ►  2011 (28)
    • ►  December 2011 (2)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (2)
    • ►  June 2011 (4)
    • ►  May 2011 (1)
    • ►  April 2011 (4)
    • ►  March 2011 (3)
    • ►  January 2011 (3)
  • ►  2010 (2)
    • ►  December 2010 (1)
    • ►  June 2010 (1)

Created with by BeautyTemplates