My Dairy Note's

Life Style & Family Blog Indonesia

    • Home
    • About
    • Disclosure
    • Life Style
      • Books & Movie
      • Travel
      • Culinary
      • Fotografi
    • Women in Tech
      • Blogging
      • Techno
    • Midlife Series
      • Family
      • Wellness
    • Career & Project Management
      • Project Management
Cara Mudah Kelola Proyek dengan Tomps, Aplikasi Manajemen Proyek


Assalamu alaikum semua!
Apa kabarnya?  Semoga sehat senantiasa.  Walaupun PPKM Jawa-Bali baru usai, tetap patuhi prokes demi kemaslahatan bersama ya.

Di postingan kali ini, saya mau bahas topik yang jarang banget disinggung; yaitu pekerjaan.   Setelah sering kali nulis tentang hobi motret dan hobi lainnya, kali ini boleh ya ngomongin kerjaan 😉

Dimulai dengan pertanyaan, apa yang terbersit dalam benak jika mendengar kata "proyek"?   Duluuuu banget, yang terbayang dalam kepala saya adalah truk-truk besar, mesin escavator, kendaraan berat seperti buldozer beserta kawan-kawannya, helm lapangan beserta atributnya.  Tak ketinggalan debu beterbangan di tengah panas terik.

Setelah sekain lama menggeluti bidang project management, akhirnya pemikiran tentang proyek tadi pun terkoreksi.

Walau tidak sepenuhnya salah, sih.  Yang perlu "diluruskan" adalah paradigma tentang proyek.  Ternyata tidak semua proyek adalah proyek infrastruktur yang melibatkan alat-alat berat pembangunan.  Dan ngerjain proyek pun nggak mesti di lapangan penuh debu.  

Jadi, apa proyek itu?

Definisi Proyek

Untuk jelasnya, kita mulai dari definisinya dulu yuk.  Dalam bisnis dan ilmu pengetahuan, proyek diterjemahkan sebagai usaha temporer yang kerjakan secara kolaboratif yang tak jarang melibatkan penelitian atau desain untuk mencapai tujuan tertentu (atau unik, khas).

Gampangnya nih, proyek adalah usaha temporer atau sementara waktu untuk mencapai tujuan tertentu.  Sesuai kata-kata yang dihighlight kuning, tak lain keyword atau kata kunci dari definisi proyek.

Diperjelas lagi secara teorinya -merujuk PMBOK (Project Management Body Of Knowledget) milik Project Management Institute (PMI)® - secara definisi proyek adalah aktivitas yang mempunyai gabungan unsur waktu, ruang lingkup (scope) dan biaya.  So anything contains those three elements is eligible to be categorised as project.  

Project Management Institute adalah organisasi Project Management profesional terkemuka beranggotakan praktisi project management dari seluruh dunia.

Berdasarkan definisi tersebut, jangankan bangun rumah, punya rencana memperbaiki teras rumah saja sudah bisa disebut sebagai proyek.


Pict from Pexels


Project Components

Ada juga kemudian yang menambahkan mutu sebagai komponen proyek.  Dalam membuat atau membangun sesuatu, pastinya ingin output dengan kualitas yang baik 'kan?  Untuk mendapatkan kualitas produk yang bagus itu juga adalah suatu proses, yang bisa jadi sama panjangnya dengan periode proyek itu sendiri.  Memakai ilustrasi proyek renovasi rumah, kualitas bangunan teras seperti apa yang diinginkan?  

Dari jabaran di atas, maka proyek adalah gabungan dari waktu (Time) + ruang lingkup (Project Scope) + biaya (Cost) + kualitas (Quality).

Project Manager

Lalu siapa yang mengelola keempat komponen tersebut?  Tak bukan adalah Manager Proyek atau Project Manager.  

Siapa saja yang bisa jadi project manager?  Pada dasarnya semua orang bisa jadi Project Manager atau lazim disingkat PM.  Tentunya dengan syarat dan ketentuan berlaku.  Pria maupun wanita bisa jadi PM, tidak ada batasan gender.  Seperti saya contohnya hehehe.

Kenapa saya katakan demikian?  Karena mulanya pun saya tidak punya latar belakang proyek, apalagi project management.  Semuanya dipelajari sejalannya proyek alias learning by doing.  Sebagai suatu profesi yang diakui, project management itu ada ilmunya, lho.  Nah, ilmunya ini yang harus dipahami dan diterapkan dalam keseharian pelaksanaan proyek.  

Mengapa?  Karena mengelola sumber daya proyek dengan ruang lingkup yang dibatasi oleh waktu serta anggaran ternyata tidak mudah dan banyak tantangannya.  Keterbatasan ini juga yang membedakan antara “project management” dengan “management” yang lebih merupakan proses berkelanjutan.

Dengan belajar manajemen proyek yang mumpuni, seorang PM punya bekal untuk mengelola keterbatasan tersebut.  Menurut PMBOK [lagi] milik PMI ®, seorang project manager yang baik strongly recommended menguasai tiga hal yaitu Technical Project Management, Leadership serta Strategic and Business Management. 

Paham ‘kan mengapa “ilustrasi” proyek penuh debu itu kemudian berubah?  Karena sebagian besar alokasi waktu seorang PM justru dilakukan untuk menganalisa dan mengkoordinasikan proyek.  Sesekali saja ke lapangan jika diperlukan, misalnya untuk mengetahui situasi terakhir di lapangan.  Inipun sesekali saya lakukan.  Selain validasi apakah laporan yang diterima sesuai dengan lapangan, juga berinteraksi dengan team yang jarang mostly on site.  

Ingat kan, proyek adalah aktivitas kolaboratif.  Pastinya melibatkan banyak orang.  Koordinasi sekian banyak manusia dengan karakter yang berbeda, selain menarik juga jadi tantangan tersendiri.

Lha, memangnya koordinasi team masuk dalam job descriptionnya project manager?  Memangnya apa saja yang dilakukan seorang PM?

Jawabannya: banyak pake banget!  Meminjam istilah anak milenial.

Pekerjaan Project Manager bahkan dimulai jauh sebelum proyek itu dilaksanakan.  Idealnya PM terlibat dalam perencanaan (Planning Phase), selain bertujuan untuk kemudahan pelaksanaan [executing] dan pemantaun atau monitoring.  

Project Manager yang terlibat dalam perencanaan akan lebih memahami “tujuan” proyek.  Menyambung analogi “Proyek Renovasi Teras”, setelah mengetahui bahwa yang akan direnovasi adalah teras rumah, maka project manager tidak akan membicarakan area lain selain teras.   Fokus pada teras dan lahan sekitar yang berada di dekatnya.  Project Manager yang berpengalaman bahkan akan bertanya, teras depan atau teras belakang?  

Makin spesifik, ya?  Lebih lanjut lagi, bagian apa yang mau direnovasi; apakah bosan dengan motif ubin yang sekarang atau malah akan merubah luas teras?  Makin detil informasi yang diberikan, makin memudahkan manager proyek menuangkan perencaan proyek termasuk desain proyek.  

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan tersebut, project manager dibantu timnya akan menyusun membuat rincian proyek yang terdiri dari rencana kerja termasuk jadwal proyek, pembagian tugas, menghitung biaya yang diperlakukan termasuk identifikasi resiko.  

Biaya proyek dihitung berdasarkan sumber daya proyek yang meliputi jumlah orang yang terlibat dalam proyek, makin banyak dan makin lama periode proyek, biasanya ongkosnya juga besar.  Jenis beserta jumlah bahan baku; makin premium bahan yang akan dipakai juga akan meningkatkan biaya proyek, plus biaya peralatan yang diperlukan untuk menunjang jalannya proyek.

Pict from Pexels


Tadi sedikit disinggung resiko.  Masih memakai proyek renovasi teras, apakah jadwal renovasi teras dilakukan di musim penghujan atau tidak.  Tentunya resiko keterlambatan akan lebih besar jika proyek dilakukan selama musim hujan, bukan?  Namun bagaimana jika renovasi harus tetap dijalankan?   Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memitigasi resiko biasanya memerlukan biaya.  Mitigasi di sini adalan tindakan antisipatif bertujuan meminimalisir dampak resiko, lebih bagus lagi jika dapat menghilangkan resiko.  Otomatis hal ini akan menambah komponen biaya.

Inilah yang dimaksud dengan pengelolaan keterbatasan –termasuk risk management- oleh seorang project manager.

Dalam pengelolaan tersebut, banyak melibatkan banyak dokumen dan beragam tabel dengan bantuan aplikasi perkantoran.  Khusus untuk tabel, yang biasa digunakan adalah excel sheet  besutan Mirosoft.  Jika proyeknya sederhana dengan lokasi tunggal, mungkin aplikasi tersebut masih dapat mengakomodir kebutuhan proyek.  

Saya sendiri merasakan MS Excel ini lumayan mumpuni.  Selain bisa untuk teks semacam word, buat grafik, pivot sampai formula dengan program tertentu bisa diakomodir oleh aplikasi ini.  Dan ini rupanya praktek umum.  Banyak perusahaan yang menggunakan spreadsheet excel ini dalam mengelola manajemen proyeknya. 

Padahal pakai excel pun bukan berarti zonder masalah.  Rasa frustasi pakai Excel baru muncul saat melibatkan banyak data dengan multiple formula.  

Bayangkan jika mengelola complex projects atau mengelola proyek di banyak site, di mana nota bene melibatkan banyak data.  Kemungkinannya antara excel akan hang or even crashed! 

Artinya spreadsheet bukan perangkat yang efektif untuk mengelola proyek, terutama proyek yang kompleks dan besar.  Jika masih menggunakan aplikasi excel, bisa dipastikan akan konsumsi waktu yang tidak sedikit dan mengurangi efektivitas.  

Di situasi yang seperti itu diperlukan suatu aplikasi yang dapat menunjang efektivitas pengelolaan manajemen proyek.   Ada banyak project management application di pasaran, umumnya dibuat oleh provider asing.  Modelnya pun macam-macam, namun punya konsep yang sama yaitu menjadi all-in-1 tool applications for managing project to achieve efficiency.

                                     
Pict from Pexels


Namun jika dikaitkan dengan Project Cost, sudah bisa dibayangkan harga jual yang tidak murah.  Belum apa-apa, proyek sudah perlu investasi tinggi untuk alokasi alat kerja.  

Bicara efisiensi, proyek itu maunya untung.  Mirip dengan orang jualan, ada spare margin yang umumnya jadi KPI project juga.  Masih ingat korelasi biaya terhadap waktu seperti yang dijelaskan di atas?

Maka dari itu jika ada opsi untuk menekan biaya, para pemangku kepentingan dalam hal ini project steering committee akan dengan senang hati membuat keputusan tersebut.  Oiya, dalam mekanisme kerjanya, project manager mempertanggung-jawabakan pekerjaannya pada komite yang disebut project steering committee. Komite ini bertindak selaku badan pengawas dan pembuat keputusan strategis yang berhubungan dengan proyek.  Dalam hal ini, project manager “hanya” bertindak selaku eksekutor proyek dan membuat keputusan-keputusan yang sifatnya teknis operasional proyek saja.
 

TOMPS

Kembali ke laptop, eh aplikasi manajemen proyek, untungnya sekarang sudah tersedia pilihan aplikasi manajemen proyek buatan anak negeri yaitu Tomps, hasil inkubasi digital PT. Telekomunikasi Indonesia.  Walau baru 4 tahun, Tomps sudah dipakai oleh berbagai pengembang dalam negeri untuk mengelola proyek-proyek mereka.  Hal tersebut makin membuat Tomps makin yakin untuk menjadi impactful project management ecosystem di Indonesia dengan memaksimalkan potensi sumber daya anak negeri.

Memangnya se-powerfull apa sih aplikasi manajemen proyek Tomps ini?

Yuk kita bedah mulai dari fitur-fiturnya dulu.

Fasilitas Fitur yang tersedia di Tomps

Baik mengelola peoyek skala kecil, menengah maupun besar; aplikasi ini menyediakan smart project management feature yang siap mengelola proyek secara end-to-end.  Mulai dari tahap inisiasi hingga project closing yang mencakup diantaranya:

  • Project Scheduling, Planner & Completion

Penjadwalan dari mulai proyek Start hingga Closing berikut alur aktivitas pekerjaan proyek dituangkan dalam fitur ini.  
              

  • Project Tracking

Memantau apakah proyek berjalan sesuai waktu yang sudah ditetapkan.  Ini menjadi salah satu fitur penting dalam setiap aplikasi manajemen proyek termasuk Tomps, tentunya.

  • Project Cost

Fitur untuk memonitor pengeluaran proyek.  Menjaga agar pengeluaran jangan sampai over budget. 


  • Gantt Chart & S-Curve

Ini adalah visualisasi dari upaya yang telah dilakukan dan biaya yang sudah dikeluarkan terhadap periode proyek yang berjalan.  Biasanya dalam bentuk grafik, dapat berupa grafik batang (Gantt Chart) atau Kurva S yang lazim disebut S-Curve.  Karena bentuknya memang menyerupai huruf S.  Grafik-grafik tersebut sangat membantu menganalisa performansi proyek karena membantu grafik tersebut membandingkan antara Plan vs Actual.  

Selisih atau perbedaan antara Plan vs Actual itulah yang akan dianalisa akar permasalahannya (Gap Analysis).  Sudah menjadi tugas project manager adalah membuat kondisi "aktual" sesuai dengan "target" yang ditetapkan di awal.



  • Document & evidence repository
Sebagaimana diutarakan sebelumnya bahwa manajemen proyek melibatkan banyak paperwork.  Mulai dari dokumen desain, laporan maupun dokumen korespondensi yang tak jarang isinya konfidensial.  Sifat proyek yang dinamis berkakibat pada jumlah dokumen yang menumpuk untuk dikelola dengan baik.  Selain membutuhkan tempat yang tidak kecil, isinya yang konfidensial membuat dokumen proyek memerlukan perlakuan khusus.  Ada dokumen yang boleh diakses oleh semua project member, namun ada yang hanya untuk kalangan terbatas, misalnya dokumen kontrak proyek.

Artinya diperlukan mekanisme yang tidak sembarang untuk mengatur dokumentasi. 

Keuntungan dari digitalisasi adalah bentuk dokumen yang tidak lagi mesti berbentuk kertas cetak konvensional.  Berkat kemajuan teknologi, dokumen fisik kini dapat diubah menjadi digital printing.  Dari perspektif ruang, kebutuhan akan tempat untuk menyimpan dokumen menjadi lebih efisien.

  • Unlimited cloud
Masih terkait dokumen.  Walaupun sudah berbentuk dokumen digital,  kebutuhan storage room masih diperlukan.  Hanya saja dalam bentuk yang berbeda.  Dengan bentuknya yang sekarang, diperlukan bukan lagi ruangan arsip melainkan storage capacity yang dapat menampung seluruh dokumen proyek beserta database proyek.

Tomps dalam hal ini menyediakan kapasitas server yang dapat disesuaikan dengan project size yang kita kelola.

  • Geo-map tagging & visualisation


Jika proyek yang dikelola tidak terpusat di satu titik, melainkan tersebar di banyak lokasi, fitur ini sangat bermanfaat dalam memberikan informasi alamat yang tepat dengan mengoptimalkan Google map tagging.  Berkat fitur ini pula kita dapat melihat peta sebaran proyek.

Ada proyek-proyek yang memang membutuhkan informasi lokasi yang presisi sedemikian rupa, misalnya proyek telekomunikasi; bidang industri yang saya geluti selama ini 😉

Sedangkan fitur visualisasi biasanya dibutuhkan sebagai bukit dukung atau evidence.  Sebagai validasi bahwa suatu aktivitas sudah dilakukan.  Ambil contoh lagi untuk proyek telekomunikasi; pembuktian bahwa instalasi perangkat sudah dipasang lengkap akan dilaporkan sebagai finished installation.  Sebagai buktinya, diperkuat dengan potret hasil instalasi yang diuggah dalam sistem.



  • API Integration
Fitur inilah yang menjadikan Tomps sebagai aplikasi manajemen proyek berbasis website yang dapat juga diakses via gawai dan mobile.   API memungkinkan interaksi antara data, aplikasi, dan perangkat.   Selain mengirimkan data, API juga memfasilitasi konektivitas antara perangkat dan program.

  • Reporting
Pada saat eksekusi, main job manager proyek adalah memantau perkembangan proyek.  Kegiatan melacak data tersebut dapat diperoleh melalui laporan.  Ada banyak jenis laporan yang terlibat; laporan kemajuan proyek harian, mingguan hingga bulanan.  Bahkan keuangan proyek.  

Selain dibutuhkan kualitas laporan yang akurat dan detil, laporan juga harus real-time.  Pada prakteknya, tidak mudah mengumpulkan banyak informasi terlebih jika lokasi proyek tersebar di banyak daerah.  Setelah data terkumpul, masih dibutuhkan waktu untuk mengolahnya menjadi laporan.  Dan ini dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali saja.  Project Reporting adalah makanan sehari-hari, bayangkan keseluruhan waktu yang dikonsumsi "hanya" untuk reporting. Belum lagi faktor error rate karena dikerjakan manual.

Kajian berdasarkan User Experience Tomps mencatat terjadi efisiensi sampai dengan 75% dalam hal pengumpulan data proyek.  Seandainya secara konvensional perlu waktu 8 jam untuk collect information, maka dengan menggunakan aplikasi manajemen proyek durasinya bisa dipangkas jadi 2 jam saja.  Wow!

Sisa waktu 6 jam dapat dioptimalkan untuk aktivitas project improvement lainnya.

  • Dashboard

Tomps sebagai aplikasi manajemen proyek dapat menyajikan laporan dari hulu ke hilir dalam satu tampilan atau integrated reporting yang memudahkan project controlling.  Benefit lainnya, project dashboard  dapat diakses kapan saja.

Dashboard End-2-end semacam ini sangat berguna dalam membangun project chopper view sebagai dasar bagi keputusan yang sifatnya strategis.

Say "sayonara" to spreadsheet 😉


Memahami kondisi pasar dimana proyek terdiri dari proyek skala kecil hingga komplek, pihak Tomps menyediakan beragam paket, mulai dari Basic Package  hingga kelas premium.  Pihak User tinggal  memilihnya sesuai dengan kebutuhan proyek dan ketersediaan budget.




So, jika Anda berkecimpung di dunia manajemen proyek dan merasa membutuhkan end-to-end information yang real time dengan sistem yang fleksibel serta transparan.  Bisa jadi itu indikasi bahwa cara konvensional yang dilakukan sudah tidak efektif lagi.  Jadikan hal tersebut sebagai momentum untuk beralih menggunakan aplikasi manajemen proyek Tomps dan rasakan manfaatnya.

Infografis Tomps, aplikasi manajemen proyek

*Tulisan ini diikutsertakan dalam TOMPS Blog Competition*



Sumber referensi:
- Wikipedia
- PMI.org
- Tomps.id
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Dengan pertimbangan kurva penderita #covid-19 belum landai, akhirnya Pemerintah memutuskan untuk extend PPKM Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) hingga 25 Juli 2021.  Bagi yang kangen berat sama traveling, mau-gak-mau kebijakan ini memupus harapan akan bisa ukur jalan lagi [baca bepergian].   Seperti yang seringkali dituliskan, saya bukan seorang traveler blogger profesional macam Mbak Trinity Sang Naked Traveler.  Namun saya senang menuliskan hal-hal seputaran bepergian dan menjelajah tempat baru.  Tidak sedikit postingan saya terinspirasi dari hasil jalan-jalan.  Karenanya paham betul dampak dari keputusan tersebut bagi travel blog.

Lalu apakah artinya gak akan buat postingan tentang traveling lagi?  Ternyata pikiran itu keliru.  Ada banyak topik yang bisa ditulis di website travel untuk update blog semasa pandemi covid19 ini.  Kita jajaki yuk opsi alternatifnya.

1. Menuliskan kegiatan jika sedang tidak bepergian.  

Pandemic atau tidak, tak selamanya juga seseorang on the road terus.  Pastinya ada masa dimana seorang traveler pun rindu akan rumah.  Ngga ada salahnya juga kan diceritain, ngapain aja tuh kalau kita #dirumahaja.

Berkaca pada diri sendiri, pada dasarnya saya orang rumahan.  Tidak dalam kondisi pandemi seperti ini pun, lebih suka di rumah.  Keluar rumah jika ada hal yang penting saja.  Cuma beda cerita jika terpaksa "dirumahkan" seperti sekarang.  Ternyata perlu stress release juga, lho.

Baca juga 7 Aktivitas Stress Release Yang Saya Lakukan Selama Pandemi

Pantai Gili Trawangan di waktu malam

2. Menuliskan travel bucket list

Everything starts with dreams!  Termasuk berangan-angan ke tempat favorit yang ingin dikunjungi.  Di satu sisi, ini baik karena masih mempunyai harapan bahwa dunia akan kembali membaik seperti sedia kala, yekan?  

Kalo buat saya, punya travel bucket list itu semacam optimisme.  Meski entah kapan dapat direalisasikan 😁

Sing penting ditulis aja dulu.  Menurut para psikologis menuliskan tujuan dan target akan membantu kita melihatnya secara lebih eksplisit.  Menurut saya itu valid.  Karena saat menuliskan travel bucket list, biasanya saya berdasarkan referensi -entah bacaan atau pengalaman teman- yang bisa diandalkan.  Pemilihan tempat biasanya didasarkan akan rasa keingintahuan kita juga, bukan?


Ibaratnya, menuliskan travel bucket list sudah merupakan bagian dari proses mewujudkan impian.  Dari sejumlah travel bucket list yang saya posting bertahun-tahun lalu, alhamdulillah sudah satu tercapai; yaitu Lombok Gili Trawangan.  Lainnya belum heheheh, insya Allah menyusul.

Mumpung bermimpi masih gratis, marilah kita mulai menuliskan impian kita.  Yuk!



3. Share your favorite travel apps

Tidak mesti travel application, lho ya.  It can be anything; travel blogs atau travel website yang kontennya informatif, dapat dijadikan referensi yang membantu kita dalam merancang perjalanan merealisasikan poin no. 2 di atas 😉

Di jaman digital yang most likely orang pada punya blog dan juga senang traveling, maka informasi tentang traveling berlimpah.  Tinggal kita cari aja.  Dalam hal ini saya ngga fanatik dengan satu website.  I'm open minded about all of them.  Justru dari membaca multiple blog ini, saya bisa punya informasi lebih.  Kekurangan informasi di blog yang satu, akan dilengkpai oleh blog lainnya.  

Google Maps juga salah satu aplikasi andalan.  Peta digital ini sangat membantu dalam menemukan lokasi, terutama jika destinasi masih dalam jangkauan internet.


Paket internet dari penyedia operator juga penting.  Gimana cerita bisa akses GMaps tanpa kuota internet, yes?  Biasanya saya bandingkan paket internet dari operator selular tempat saya berlangganan apakah mempunyai kerja sama dengan opsel negara tujuan.  Apakah lebih ekonomis dibanding membeli kartu sekali pakai di tempat tujuan, misalnya? 

Oiya, satu lagi, online currency converter.  Ini penting karena menyangkut isi dompet hehehe.

Baca juga 7 Cara Telepon Murah Dari Luar Negeri


4. Tulis tentang essential item yang dibawa traveling

Nah, ini juga bisa jadi topik seru untuk update travel blog kalian.  Kenapa?  Konon traveling bisa menyiratkan karakter seseorang.  Dalam hal bepergian yang notabene meninggalkan rumah in terms of period of time, pastinya ada barang-barang yang kita bawa, selebihnya ditinggalkan.  Dengan kata lain, level of kerempongan akan terpampang nyata di situ 😁

Bagi yang sering bepergian, pastinya punya  item-item wajib bepergian.  


5. Menuliskan the best/the most memorable trips

Semua perjalanan liburan, mau kemana pun tujuannya dengan siapapun perginya, selalu menyenangkan dan punya cerita yang tak terlupakan.  Namun pergi berdua saja dengan anak ternyata jadi pengalaman yang berbeda.

Maka update blog yang baru lalu saya tulis week end gateway ke Singapura pergi berdua saja dengan Si Sulung which is absolutely an awesome journey!


6. Menuliskan kesan-kesan akan suatu tempat/perjalanan

Pulang dari bepergian, selain memory card penuh foto, biasanya pikiran saya terisi kembali dengan hal-hal baru.  Traveling semacam feeding my soul and mind.  Dari hasil mengamati selama perjalanan, banyak pelajaran yang saya dapatkan, beragam "sense" yang saya rasakan.  Semuanya terekam dalam ingatan dan jadi lumbung ide yang tak berkesudahan.  Rasanya tambah lagi perspektif baru.

Dari sini biasanya saya menulis banyak hal.  Entah menuliskan tentang perjalanan itu sendiri atau buah pikiran hasil traveling.

Baca juga Seoul Snap: Capture The City Vibe


7. Freezing moment; what and how to take better photos during traveling

Salah satu alat gak ketinggalan dibawa saat traveling berempat adalah tripod.  Meski repot tapi lihat hasilnya lebih puas dibanding minta tolong orang lain.  Mungkin ini resiko pakai DSLR, kurang praktis dan tidak sedikit yang terintimidatif dengan kamera jenis ini 😂

Saat mendokumentasikan perjalanan, saya selalu usahakan tidak sekadar, selfie sana-sana lalu bhay!  Saya berupaya menangkap momen, memperhatikan surrounding sambil mencari detil-detil unik.  Saya percaya setiap tempat punyak ciri khasnya sendiri.  Kekurangannya adalah, saking fokusnya dengan detil-detil tersebut dan gak mau kehabisan gambar, akibatnya baru sadar kalau ngga punya foto diri sendiri 😆


Belakangan saya belajar untuk minta diabadikan juga oleh orang lain.  Terlepas dari hasilnya, saya tetap appreciate karena punya rekam jejak dari setiap tempat yang dikunjungi.

Baca yang ini deh; Getting Around Myeong-Dong


8. Jadi turis di "rumah" sendiri 

Acapkali kita terbentur mindset sendiri.  Jalan-jalan identik dengan bepergian jauh.  Staycation selalu dikonotasikan dengan menginap di hotel.  Padahal kenyataannya tidaklah demikian.  Baca lagi yang saya quote dari The New York Times tentang staycation.

Terjebak di dalam kota sendiri karena pandemi, jadikan sebagai momentum untuk mengenali kota di mana kita tinggal.  Jelajahi untuk cari tahu kawasan menariknya; seperti Suryakencana untuk Bogor atau hal unik di sepanjang Braga bagi yang tinggal di Bandung.  Opsi lain,  cari ruang publik terbuka seperti taman kota, siapa tahu bisa piknik gratis?  


9. Menuliskan topik tentang makanan [favorit] saat traveling

Buat saya, traveling is about places-people-and food [for sure!].  All together bundled into traveling experience itself.  Anyhow, apalah artinya people without food, yes?

Maka dari itu, topik makanan ini beberapa kali jadi bahan postingan untuk update blog.  Jika memungkinkan [baca halal] saya akan mencobanya.  Kalaupun tidak, cukup potretnya aja yang menghiasi blog ini.  Ini berdasarkan trip ke Bangkok dan Seoul.  


Beberapa pengalaman dengan makanan selama traveling saya kemas menjadi postingan dan dibuat segmen khususnya dengan label culinary.  Chek it out!


Terakhir, 

10. How traveling can help your mental health

Riset the American Psychological Association menunjukan, mereka yang sering berpergian mampu menangani stres dengan lebih mudah. Berpergian memungkinkan kita untuk sementara waktu menarik diri dari lingkungan dan situasi yang membuat kita tertekan. Hal tersebut yang membantu kita untuk mengurangi tekanan, mendapatkan beberapa pandangan dan memusatkan kembali pikiran.

Disamping recharging pikiran dan jiwa, buat saya traveling adalah media kontemplasi, mostly belajar mengenai diri sendiri.

Seperti update blog berikut yaitu pemikiran buah hasil sejumlah solo traveling. 



Akhirnya lewat postingan ini ijinkan saya mengingatkan kembali jika saya bukan blogger perjalanan profesional.  Hanya blogger biasa yang punya keinginan untuk tetap update blog semasa pandemi covid19 ini dengan topik yang berkaitan dengan perjalanan. 

Tulisan inipun demi peremajaan blog setelah sekian lama ngga update.   Tulisan yang dibuat dengan mengingat lagi perjalanan yang pernah dilakukan.  Ide dari jalan-jalan bagai sumur tanpa dasar, selalu ada yang timbul, tak pernah habis.  Dan foto-foto perjalanan sebagai pengikat ingatan itu.

Harapannya, saran-saran di atas dapat saling menginpirasi.  Penting untuk menjaga agar pikiran tetap fokus,  bikin hati tenang dan Insya Allah bermanfaat untuk naikin imunitas.

Salam sehat!





Share
Tweet
Pin
Share
10 comments


#dirumahaja karena Covid-19 memang membosankan, ya?

Jika tak pandai mengelola stress management, akibatnya malah tidak baik untuk kesehatan diri sendiri bahkan ke orang-orang di sekitar kita.  Padahal di tengah situasi pandemic ini, imunitas tubuh jadi faktor krusial.

Akhirnya setelah selesai dengan pekerjaan, di suatu sore saya dan Paksu memutuskan menghirup udara segar sejenak.  Tentunya dengan menerapkan prokes donk.

Tapi bingung juga, mau kemana?  Lalu terlintas Taman Budaya Sentul.  

Mengapa memtuskan ke sana?

Selain tidak jauh dari Bogor, di tempat banyak dijumpai kafe resto bernuansa alam yang sejuk.  Asyik untuk ngopi sore sambil santai.  Selain menjanjikan ambience yang berbeda dengan kafe resto di perkotaan, kafe resto di sana banyak yang mengusung konsep open air di alam terbuka.  Suatu hal yang menjadi pertimbangan dan banyak dicari oleh pengunjung kafe.  Tak heran jika Sentul belakangan jadi sasaran kunjung para pemburu kafe.  

Dari hasil rekam lensa kamera, Taman Budaya Sentul menurut saya ibarat hidden gems Bogor.  Banyak opsi kafe resto yang bisa dipilih pengunjung.  Niat sekedar ngopi-ngopi cantik; ada Kulo, Kopi Oey, Popolo dan baru-baru ini hadir pula Kopi Nako di sana.

Perlu tempat yang menyajikan menu berat bisa langkahkan kaki ke Finch atau Wigeon.  Ingin burger?  Bisa cobain Art Burger.  Bahkan Kedai Kita Bogor pun buka outlet di sana.  Lengkap banget pilihannya.

Atau hanya ingin sekedar sight seeing sambil hunting motret dalam kota seperti yang saya lakukan, juga bisa.  Ada untungnya juga ke sini saat pandemi, nggak banyak orang.  Hasil fotonya jadi 'bersih' orang hehehe. Walau di beberapa tempat masih terlihat orang-orang yang serius di depan laptop, bahkan dari curi dengar sedang meeting.  Tetap dengan prokes ya, duduk berjarak dan masker 'on' di wajah.  Mungkin mereka merasa bosan seperti saya.  

Demikian selayang pandang ke Taman Budaya Sentul sore itu.  Lumayan sebagai pengobat jenuh dan jadi bahan postingan retjeh macam ini 😁


















Share
Tweet
Pin
Share
1 comments


Assalamu alaikum semuanya.  Semoga dalam kondisi baik-baik, ya.

Ngomongin soal traveling, punyakah cerita perjalanan yang paling berkesan?  Saya punya!
Yaitu liburan ke Bali berdua Mama sebagai hadiah kelulusan SMP.  Ceritanya di masa itu, dari kami berlima, cuma saya yang belum pernah ke Bali.  Kedua kakak saya sudah ke Bali bersama kawan-kawannya.  Sebagai anak cowok mereka nggak punya exit permit issue.  Lain ceritanya dengan saya, Si Bontot perempuan.  Mau kemana-mana perlu surat ijin keluar dan pengawalan khusus jika diperlukan, hahaha.  Begitulah nasib anak perempuan satu-satunya di keluarga.  Untuk Mama, ke Bali diajak Apak saat beliau dinas ke Pulau Dewata.  Tinggallah saya yang belum mengecap Tanah Bali.  Dari dulu, Bali memang nggak ada matinya.  Tujuan liburan fenomenal bahkan untuk orang Indonesia.  Ibaratnya, belum liburan kalau belum pernah ke Bali.

Singkat cerita, akhirnya kami berdua ke Bali.  Bali di pertengahan 1980-an (bisa ngira-ngiralah yaw, berapa umur saya hehe) pastinya beda dengan sekarang.  Semuanya masih serba manual, boro-boro ada aplikasi travel online.  Tempat wisata pun belum semarak.  Destinasinya standar; Tanah Lot, Kintamani, Pura Besakih dan Pantai Kuta.  Ubud masih kampung yang belum dilirik wisatawan.  

Meski hanya berdua kami tidak mengikuti tour.  Alih-alih terikat dengan rombongan, kami pilih paket daily tour sendiri.  Jadi hari ini ikut tour arah Bedugul.  Keesokan hari jika ingin santai, kami off-kan dulu tournya.  Dan arrangement seperti ini berdasarkan hasil diskusi kita berdua.  Iya, selama perjalanan itu, otomatis kami jadi banyak diskusi.  Tidak sedikit pendapat saya yang “didengar” Mama. Sikap Mama yang demikian membuat saya jadi merasa “dewasa”.  Yang biasanya perjalanan liburan dikomandani oleh Apak, kali ini kami berdua yang pegang peranan.  Efeknya ternyata beda sekali lho, jadi lebih terasa unsur adventure-nya.  Selain itu,  Saking berkesannya liburan berdua Mama ke Bali, hingga tertanam keinginan untuk melakukannya lagi di kemudian hari. 

Selain jadi ajang bonding hubungan saya dengan Mama yang kemudian membuat relationship seperti “teman”, liburan berdua Mama ternyata jadi pengalaman yang sangat emosional di kemudian hari.  Karena tidak lama saya lulus SMA, Mama berpulang ke pangkuan Ilahi. 

"Hanya" dikasih waktu sebentar sama Mama, jadi menimbulkan dendam.  Jika punya anak nanti, betul-betul ingin memaksimalkan hubungan ibu dengan anak.  Pengen jadi ortu yang asik seasik kanal berita https://www.ibupedia.com/.  Salah satu ikhtiarnya adalah bercita-cita traveling berdua anak saja!  Saat saya sampaikan keinginan tersebut pada Paksu, alhamdulillah dia memahami dan mengijinkan.

Sama Mama di Bali 
 "What the daughter does, the mother did" 

Maka dari itu manakala Si Sulung punya permintaan untuk “dihadiahi” traveling jika diterima di perguruan tinggi negeri, permintaannya kami setujui.  Itupun dengan syarat tambahan jika masuk PTN melalui jalur undangan.  Qadarullah Si Sulung masuk PTN tanpa tes.  Semua doa dan ikhtiar dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. 

Saat penentuan tujuan, akhirnya diputuskan Singapura.  Pertimbangannya karena harga tiket ke Singapura lebih murah dibanding Bali.  Well, not nice but it’s true.  Selain faktor keamanan di Negara Merlion ini cukup baik, saya juga sudah familiar karena beberapa kali tugas ke sana. 

Perjalanan ke Singapura itu benar-benar dibuat tanpa pretensi apa-apa.  Saya yang acapkali mempersiapkan itinerary dengan matang seperti perjalanan ke Bangkok lalu, kali ini sangat santai.  Urusan pencarian tiket saya serahkan pada Si Sulung.  Kata kuncinya, cari tiket seekonomis mungkin.  And she did her part great.  Saya tinggal urus penginapan.  Dari sekian banyak pilihan akhirnya kami memilih 5Foot Way.Inn.  Hostel ekonomis dengan fasilitas yang lumayan untuk budgetted travel kali ini.


Di hari keberangkatan, begitu PakSu drop off kami di Terminal Bus Damri, artinya petualangan ibu dan anak pun dimulai hingga 3 hari ke depan.  Yup, kami memilih berakhir pekan di Singapura.  The trip was short of like week-end gate away.  Dalam hati, sebetulnya saya sangat excited.  Bepergian adalah pengalaman yang indah; ketika saya pergi solo, rasanya memuaskan; saat bersama teman-teman, itu menyenangkan; tapi dengan anakku saja, rasanya luar biasa!

Dan sejarahpun berulang.  Rasanya de ja vu.  Bedanya, saya jadi si ibu, bukan Ratna si anak remaja.  Dalam perjalanan tersebut, rasanya bukan sekedar anak dan ibu, melainkan teman seperjalanan.  She is my travel buddy.  I have to listen my travel mate to make this trip fun and joyful.  And so she is.  

Wefie alas kaki di MRT

Ikutan lesehan sama orang-orang ini sambil makan es krim potong Uncle


Traveling berdua ke Singapura kita isi dengan hal-hal retjeh.  Pepotoan di Haji Lane, wandering around sekitaran tempat penginapan di China Town, window shopping sepanjang Orchard Road, nongkrong di pertokoan Orchard sambil makan es krim potong, belanja oleh-oleh di Mustafa Centre, keliling kota Singapura pakai MRT, keliteran gak jelas di Marina Bay.  Ngga ada itinerary yang jelas.  Spontaeous aja.  Pokoknya
; girls just want to have fun!  

Mirip seperti perjalanan saya dengan Mama ke Bali, kali ini pun kami banyak bertukar cerita dan diskusi bahkan ide.  Si Sulung ini memang anaknya matematis, punya kecenderungan untuk berhitung.  Begitu pula saat akan bertransaksi, dia yang jadi juru hitung.  Memberikan pandangan agar saya mencari toko lainnya saat dinilainya harga barang yang dimaksud dianggap terlalu tinggi.  Dengan caranya yang demikian saya jadi tahu trik menekan biaya makan di Singapura yang memang sudah terkenal tinggi biaya hidupnya.  

Dalam hati saya sangat bersyukur karena diberi kesempatan oleh Allah untuk merealisasikan keinginan saya: traveling berdua dengan anak.  Lewat perjalanan ini, saya jadi makin memahami pola pikir dan sikapnya.  Karena hanya berdua saja, sikapnya pun jadi lebih independen.  Insya Allah nanti saya bisa melakukan hal yang sama dengan adiknya.  Atau Paksu bepergian berdua saja dengan Anak Lanang, mungkin?

Walaupun sebetulnya semua perjalanan liburan mau kemana pun tujuannya dengan siapapun perginya, selalu menyenangkan dan punya cerita yang tak terlupakan.  Namun pergi berdua saja dengan anak akan menjadi kenangan khusus bagi saya.  Semoga juga untuk dia.

“The greatest legacy we can leave our children is happy memories.”
- Og Mandino - 

***

 Tulisan ini diikutsertakan dalam Ibupedia Blog Competition - Share Your Parenting Story 

Share
Tweet
Pin
Share
16 comments
Tips Ampuh Kangen Traveling Karena Masih #dirumahaja


Kangen seseorang, tinggal telpon atau kirim chat.

Nah, kalau kangennya traveling sedangkan kondisi masih seperti sekarang dimana diberlakukan pembatasan sana-sini, apa donk yang mesti dilakukan?

Saya memang bukan travel blogger.  Cuma emak-emak paruh baya yang senang travel.  And happens to be kesukaan saya dan Paksu akan bepergian ini alhamdulillah menular juga pada anak-anak 😉

Biasanya setahun sekali kami sempatkan untuk liburan keluarga; baik merambah Indonesia nan luas ini atau jika ada rejekinya ke luar negeri, walaupun baru ke Singapore dan Bangkok 😁

Maka salah satu yang bikin kami baper #dirumahaja dikarenakan pandemi adalah [drum roll] traveling!

Manakala perjalanan tak dapat direalisasikan, kerinduan itupun perlahan coba diredam dengan cara ini.

1. Throwback travel stories

Menceritakan kembali kejadian-kejadian yang kami alami bersama semasa liburan jadi sering kami lakukan.  Entah itu kelucuan, kejadian menegangkan saat kami tersasar (yep, traveling kurang seru kalo ga pake nyasar haha) atau bahkan kenorakan kami.

Jika diingat kembali, ternyata sekarang menjadi cerita yang menghibur dan cukup untuk melepas tawa sejenak.

Retelling throwback stories semacam itu ternyata selain baik untuk menggali lagi kenangan, sekaligus ajang pembelajaraan bagi kami sekeluarga.  Mendapatkan lesson-learned dari setiap catatan perjalanan dan di waktu yang bersamaan menciptakan optimisme akan kondisi yang lebih baik di mana kita berempat bisa traveling lagi!


2. Buka lagi foto-foto traveling 

Throwback momen traveling selain lewat cerita, seringnya juga dengan melihat lagi dokumentasi hasil jalan-jalan.  Karena saya senang motret, maka kebanyakan momen-momen perjalanan terframe dalam gambar.  Ada juga beberapa berupa video klip namun jumlahnya tak sebanyak foto.

Sambil menyelam minum air, itu juga yang dilakukan saat melihat kembali foto-foto itu.  Selain merefresh memory, sekalian saya rapikan file digital tersebut.  Seleksi mana yang mau dicetak, gambar mana yang mau disimpan, atau mungkin hapus yang tidak perlu.  Singkatnya melakukan file photo management.  Lumayan 'kan, menghemat memory external disk.

Melihat lagi foto-foto perjalanan juga ternyata menyegarkan ingatan, lho.  Saking segarnya, sampai bisa bikin tulisan baru.  Contohnya blog post tentang Taman Sempur  dan suka-duka akan traveling.  Keduanya saya tulis semasa pandemi berdasarkan melihat lagi foto-foto lama.  Foto-foto tersebut ampuh melahirkan lagi ingatan dan rasa yang pernah ditimbulkan karena perjalanan itu sendiri.

Ternyata, foto ampuh juga ya jadi ladang ide selain pengobat rindu.  Semacam lihat foto pacar semasa muda dulu, uhuk!


3. Menonton film dengan genre traveling

Seperti yang saya tulis bagaimana mengusir stress release di masa pandemi, diantaranya dengan menonton film.  Hampir dua tahun ini, tak terhitung sudah berapa film yang ditonton.  Diantaranya genre tentang traveling.

Maka dari itu saya senang nonton saluran NatGeo (National Geographic).  Ada beberapa series yang saya ikuti seperti John Torode (Australia), Gok Wan (Chinese English) dan David Rocco (Canadian).  Mereka adalah chef yang ternama di negaranya dan somehow mereka  mengemas tema kuliner dengan traveling menjadi satu tontonan yang menarik.  

Alasan saya menyukai program mereka karena ketiganya punya kesamaan konsep.  Mereka tidak melulu datang ke suatu tempat, icip-icip lalu pergi.  Selain berinteraksi dengan penduduk lokal, mereka juga mengulas sejarah kuliner daerah setempat.  Ada unsur budaya, sosial, sejarah berikut humanioranya.  Something that I like.

Selain drama Korea, saya juga nonton reality show jalan-jalan besutan negeri Ginseng yang dilakoni oleh para aktor.  Yang saya sukai dari program variety ini selain konsep liburan yang berbeda, pemilihan destinasinya pun nggak umum.  




Ambil contoh konsep liburan ala backpacking dan membebaskan para pesertanya untuk mengatur agenda liburan ditayangkan oleh serial Traveler.  Di musim pertama, Traveler menjelajah sejarah dan budaya Kuba.  Musim yang kedua, mereka mengetengahkan keindahan Argentina ala backpacker.

Lain halnya dengan seri Trans-Siberia Pathfinders.  5 orang aktor yang wajahnya sering wira-wiri di drama Korea, diminta melakukan perjalanan kereta api terpanjang di dunia dari Vladivostok ke Moskwa.   Bagaimana mereka melewati waktu-waktu yang panjang serta membosankan dalam kereta berikut pengalaman menyinggahi  beberapa bentang alam luar biasa di Rusia seperti Danau Baikal, Pulau Alhorn dan berbagai kota kecil di sepanjang jalan; bagi saya it's a insightful trip!

Alhasil usai nonton Trans-Siberia. saya jadi terinspirasi untuk trip Trans-Siberia.  Seru 'kali ya? 


4. Membaca buku dengan tema traveling 

Saya pernah updates status dengan menuliskan "Reading to feeding my brain, and traveling to feed my soul."  Dan demikianlah adanya.  Kalau lama ngga baca buku, buntu pikiran rasanya.  Sama halnya jika tak plesiran.  Karena sepulang dari traveling biasanya saya merasa happy, banyak ide hasil inspirasi cuci mata sepanjang perjalanan, punya koleksi foto baru dengan view yang berbeda dari biasanya, punya stok bahan cerita yang bisa dibagi entah. Pendek kata; menyenangkan!

Dengan keterbasan yang disebabkan pandemi, persisnya sih jadi ngga leluasa bepergian, maka yowes dicukupkan saja dengan membaca.  

Tips Ampuh Kangen Traveling Karena Masih #dirumahaja

Karena hobi membaca dan suka travel, maka genre bacaan sayapun tak jauh dari keduanya.  Ada beberapa buku hasil tulisan travel writer yang masuk dalam koleksi.  

Selain mendapat pengetahuan baru akan suatu tempat di bagian bumi ini, tulisan mereka mengajarkan saya akan humaniora.  Membantu saya membentuk perspektif baru menyesap suatu perjalanan.  Tak jarang saya temukan filsafah kehidupan diantara goresan-goresan para penulis itu.  What an awesome journey of mind!

5. Menikmati Lingkungan Sekitar 

Merehatkan sejenak raga dan pikiran dari rutininas dengan liburan atau traveling sebetulnya hal yang biasa dilakukan sebelum pandemi merebak.  Adanya pandemi banyak aktivitas sosial dibatasi demi meredam penyebaran wabah.  Kita pun merasa terpasung dengan kegiatan yang sama dari hari ke hari dengan ruang gerak yang tak leluasa lagi.

Toh pada dasarnya manusia perlu bersosialisasi, tak suka dikungkung.  Dapat dipahami jika kita sesekali perlu keluar dari rutinitas dengan menikmati lingkungan.  Adanya social restriction membuat kita kudu pandai memilah tempat dan kegiatan.  Selain jalan pagi keliling perumahan, saya memilih bersepeda untuk menikmati lingkungan sekeliling.  Dan tentunya tetap mengikuti prokes ya.  Tetap bermasker dan hanya berdua Paksu atau anak-anak.  

Rute gowes dan tempat beristirahat pun dipilih yang sepi dan aman.  Kalau toh, berhenti di tempat makan, kami akan bergegas pergi begitu orang-orang mulai berdatangan.  Tak jarang, jika kelelahan, spontan menepi di sisi jalan, menikmati bekal minum air putih di bawah pohon rindang hehehe.

Semuanya dibawa simpel namun tetap mawas diri.  

Selain olah tubuh dengan bersepeda, saya dan Paksu pun bisa dapat pemandangan cantik-cantik seperti foto berikut.  Terik matahari dan napas ngos-ngosan terbayar sudah rasanya.  Untungnya tinggal di daerah pinggiran Ibukota, untuk menikmati semua itu, gowesnya ngga perlu jauh-jauh.  Me happy!  

Ngga salah deh kalau bersepeda termasuk dalam kategori olahraga rekreasi!

Tips Ampuh Kangen Traveling Karena Masih #dirumahaja

Tips Ampuh Kangen Traveling Karena Masih #dirumahaja


Having all said, itulah yang kami lakukan dua tahun terakhir ini dalam upaya mengikis kangen traveling yang terpendam karena pandemi covid.

Walau sensasinya memang tak sama dengan traveling, minimal bisa mengobati rasa rindu itu.

Hellow traveling, we miss you....


Share
Tweet
Pin
Share
14 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Me


          

recent posts

Popular Posts

  • 5 Mie Ayam Enak di Bogor
  • Serunya Wisata Satu Hari di Cirebon
  • Paralayang; Uji Nyali di Puncak Kebun Teh

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June 2025 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  June 2022 (2)
  • ▼  2021 (12)
    • ▼  August 2021 (1)
      • Cara Mudah Kelola Proyek dengan Tomps, Aplikasi Ma...
    • ►  July 2021 (3)
      • Travel Blog; Update Apa Selama Masa Pandemi Covid19?
      • Cafe Hopping di Taman Budaya Sentul
      • Week End Gateway; Asiknya Traveling Berdua Anak ke...
    • ►  June 2021 (2)
      • Tips Ampuh Kangen Traveling Karena Masih #dirumahaja
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  February 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ►  2020 (7)
    • ►  December 2020 (2)
    • ►  October 2020 (1)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  March 2020 (1)
    • ►  January 2020 (1)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  October 2019 (2)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (4)
  • ►  2018 (25)
    • ►  December 2018 (4)
    • ►  November 2018 (4)
    • ►  October 2018 (3)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (18)
    • ►  December 2017 (5)
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  August 2017 (3)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (1)
  • ►  2016 (37)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (4)
    • ►  May 2016 (2)
    • ►  April 2016 (9)
    • ►  March 2016 (8)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (6)
  • ►  2015 (75)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (6)
    • ►  August 2015 (5)
    • ►  July 2015 (19)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (7)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (9)
    • ►  January 2015 (5)
  • ►  2014 (39)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  October 2014 (2)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  August 2014 (5)
    • ►  July 2014 (2)
    • ►  June 2014 (3)
    • ►  May 2014 (4)
    • ►  April 2014 (2)
    • ►  March 2014 (2)
    • ►  February 2014 (5)
    • ►  January 2014 (7)
  • ►  2013 (36)
    • ►  December 2013 (5)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  June 2013 (1)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (6)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (28)
    • ►  December 2012 (2)
    • ►  November 2012 (3)
    • ►  October 2012 (3)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (4)
    • ►  July 2012 (5)
    • ►  May 2012 (1)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  March 2012 (1)
    • ►  February 2012 (1)
    • ►  January 2012 (3)
  • ►  2011 (28)
    • ►  December 2011 (2)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (2)
    • ►  June 2011 (4)
    • ►  May 2011 (1)
    • ►  April 2011 (4)
    • ►  March 2011 (3)
    • ►  January 2011 (3)
  • ►  2010 (2)
    • ►  December 2010 (1)
    • ►  June 2010 (1)

Created with by BeautyTemplates